Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru

Galliard benar, Mama perlu menenangkan Papa saat papa tahu jika aku pingsan. Padahal Papa juga tahu jika aku hanya berpura-pura setelah mama dan Galliard menceritakan yang sesungguhnya. Papa terlihat sangat marah dan emosi. Ia berkali-kali bertanya dan memanggil dokter untuk memeriksa keadaanku. Papa juga menuntut penjelasan dari pihak istana mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Aku dengar dari Galliard jika seisi kota sudah mulai bergunjing tentang putusnya pertunanganku dengan Anthony.

Aku tak masalah dengan hal itu. Mama dan papa juga sama sekali tak marah dengan keputusanku untuk membatalkan pertunanganku. Mereka bilang itu hakku, dan aku berhak menentukan hidupku selama itu hal baik dan aku bahagia. Galliard bilang jika reputasiku mungkin akan memburuk akan hal itu dan aku tak peduli. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya dan langkah paling utamaku adalah menyingkirkan hubungan yang tidak baik untukku. Aku juga baru tahu jika Yrina sering merundung Margareth agar ia menjauhi Anthony. Mengingat jika Yrina sangat mencintai Anthony, hal itu sama sekali tak mustahil ia lakukan.

Sejujurnya, aku sama sekali tak terpikirkan untuk mengakhiri pertunangan Yrina dan Anthony. Aku masih berusaha memahami dunia ini dan bagaimana peranku di sini. Namun saat Galliard memintanya, aku tak bisa menolak hal itu. Jika disuruh memilih mana yang harus ku pilih, tentu saja aku akan memilih untuk mengikuti permintaan Keluarga Lavien. Satu hal yang pasti dari awal. Keluarga Lavien sangat mencintai Yrina dan aku ingin merasakan hal itu juga.

Yrina, kau sangat beruntung karena keluargamu sangat mencintaimu dan terima kasih sudah mengizinkanku merasakannya.

Setelah hari itu, kami langsung meninggalkan istana dan menginap di penginapan kota. Kami menginap di sebuah penginapan yang berada di dekat pasar dan taman kota. Penginapannya cantik dan nyaman, itu sebabnya aku meminta untuk menginap di tempat tersebut selama beberapa minggu. Dan kini sudah tiga minggu lamanya kami menginap di penginapan. Mama dan papa sudah bolak-balik kembali ke Menara Sihir berkali-kali untuk mengurus pekerjaan sekaligus meminta Yvanna untuk ikut menginap di kota namun Yvanna terus menolak. Sore hariku belakangan ku habiskan dengan memerhatikan anak-anak yang bermain dan berlarian di taman. Terkadang aku juga melihat keramaian pasar dari balkon kamar tempatku menginap. Rasanya seperti benar-benar masuk ke negeri dongeng. Walaupun sejujurnya aku masih sedikit merindukan ponsel pintarku. Aku rindu membaca novel dan komik daring.

Aku masih memikirkan pria tampan bermata biru saat itu. Namun aku masih belum menemukan kesempatan yang tepat untuk menanyakannya pada Galliard karena ia sangat sibuk belakangan, ia merupakan seorang penyihir yang secara khusus melatih dan mengajar Anthony, Si Putra Mahkota. Ia terus menerus berada di istana dan baru pulang larut malam jadi aku tak ingin mengganggunya. Saat dia sedang senggang pun, aku tak bisa menanyakannya karena mama dan papa selalu berada di sisiku, memastikan jika aku baik-baik saja. Pagi tadi mama dan papa juga pergi ke kerajaan tetangga untuk mengurus beberapa pekerjaan mereka. Mereka akan pulang besok lusa. Jadi aku hanya ditemani Catherine dan para pelayan lainnya.

Saat langit mulai kemerahan dan udara mulai dingin, aku memutuskan untuk menutup jendela lalu setengah berbaring di atas ranjang. Aku membuka buku yang tadi ditinggalkan Galliard, ia bilang buku ini adalah buku sejarah tentang Kerajaan Yugoos, jadi ia memintaku untuk membacanya. Ajaibnya, aku bisa membacanya meskipun hurufnya berbeda dengan di duniaku dulu. Bukan hanya hurufnya, namun bahasa yang digunakan ku rasa juga berbeda. Namun aku juga bisa berbicara menggunakan bahasa ini dengan sangat baik. Mama bilang hal itu dikarenakan pada dasarnya prinsip yang digunakan di duniaku dan di dunia ini sama, yaitu prinsip komunikasi. Jadi jika aku masuk ke dunia ini maka aku akan paham dengan tulisan dan bahasa di sini, begitu juga jika mama yang pergi ke dunia dulu, mama juga akan paham dan bisa berbicara bahasa di sana. Namun ini hanya berlaku bagi penyihir. Seketika aku jadi ingin tahu bagaimana kabar duniaku di sana. Kurasa dunia itu masih terus berjalan dengan baik meskipun tanpaku.

"Tok! Tok! Tok!" Aku mendengar suara pintu kamarku diketuk.

"Siapa?" Tanyaku.

"Aku." Jawab orang yang ada di luar. Itu suara Galliard. "Bolehkah aku masuk?" Tanyanya.

"Tentu, masuklah, kak!"

Pintu pun terbuka dan Galliard masuk. Dia masih terlihat kelelahan. Kurasa ia baru pulang mengajar Anthony.

"Kau baru pulang?" Tanyaku.

"Iya." Kata Galliard yang langsung duduk di ujung ranjang. "Lelah sekali rasanya. Bagaimana keadaanmu?" Sambung Galliard.

"Baik. Kapan kita akan pulang?"

"Entahlah, kau bisa pulang kapanpun kau mau. Atau kau bisa menungguku menyelesaikan pelatihan Anthony beberapa minggu lagi jika kau mau."

"Baiklah. Aku ingin menikmati suasana Zugus dulu."

"Ya. Ajaklah Catherine berjalan-jalan di pasar atau di taman besok." Kata Galliard. Ia lalu merebahkan punggungnya di atas ranjang. "Aku lelah sekali."

Aku mendekat ke arahnya dan mengipasi kepalanya. "Apa Anthony menyiksamu?"

"Tidak. Sama sekali tidak."

"Kau tidak berbohong?"

"Tidak. Aku tidak berbohong, hanya saja banyak materi sihir yang harus ia pelajari sebelum bulan depan."

"Benarkah? Memangnya ada acara apa di bulan depan?"

"Kompetisi Sihir. Para ksatria penyihir di seluruh kerajaan termasuk Anthony akan mengikutinya. Menara kita akan ramai bulan depan."

"Benarkah? Apa itu seru?"

Galliard terkekeh. "Tentu saja. Kau memenangkannya terakhir kali."

Aku langsung tertawa canggung. "Kurasa aku yang sekarang tidak akan bisa memenangkannya."

"Kau tak perlu khawatir, beristirahatlah! Kali ini biarkan saudaramu yang akan memenangkannya untukmu." Kata Galliard yang lalu bangkit dan kembali duduk.

"Kau akan ikut?"

"Tidak. Aku panitia penyelenggaranya. Yvanna yang akan memenangkannya."

Wow. Itu artinya semua anggota Keluarga Lavien berbakat dalam sihir. Tak salah lagi, Lavien memang Keluarga Penyihir paling kuat. Aku penasaran sihir di dunia ini seperti apa. Terakhir kali, aku hanya bisa melihat Galliard yang membuat para penjaga istana tak sadarkan diri. Itu pun dia sama sekali tak menyebutkan mantra atau wujud.

"Kalian pasti sangat berbakat dalam sihir." Kataku.

Galliard menatapku lalu menatap gaun yang ku kenakan. Gaun putih yang dilapisi luaran berwarna seperti Bunga Lilac. Pita rambut dan antingku pun ku sesuaikan dengan warna gaunku.

"Seperti Lilac Ramonda." Komentar Galliard.

"Lilac Ramonda?" Tanyaku.

"Iya. Bunga favorit Mama. Warna bajumu mirip dengan bunga itu."

"Warnanya sangat cantik. Aku jadi penasaran dengan bunga itu." Kataku sambil sedikit tertawa.

"Ada apa?" Tanyaku lagi

"Selera berpakaianmu juga berubah." Jawab Galliard.

"Semakin baik atau semakin buruk? Atau, apakah aku masih terlihat seperti orang lain?"

"Ya. Yrina yang berbeda. Kau yang sekarang seperti matahari di musim semi."

Aku seketika tersenyum dan tertawa mendengar ucapannya. Aku memukul lengan Galliard dengan pelan. "Kau membuatku malu, kak. Apa kau baru sadar jika adikmu memang secantik ini?"

"Setidaknya kecantikanmu sudah tak mematikan lagi." Kata Galliard, dia ikut tersenyum.

Aku sedikit terkejut mendengarnya. Mematikan? Apakah Yrina mematikan?

"Kak, ada yang ingin kutanyakan." Kataku setelah teringat sesuatu.

"Apa? Siapa? Kau ingin menanyakan Dimitry?" Kata Galliard.

"Hah? Dimitry? Siapa dia?"

"Pria yang kau pandangi saat itu." Ekspresi Galliard seketika berubah tak suka.

Ah jadi nama pria tampan itu Dimitry. Dia benar-benar membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Entahlah itu cinta atau bukan. Aku sungguh tertarik kepadanya. Kurasa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama.

Episodes
1 Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2 Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3 Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4 Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5 Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6 Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7 Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8 Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9 Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10 Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11 Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12 Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13 Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14 Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15 Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16 Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17 Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18 Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19 Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20 Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21 Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22 Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23 Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24 Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25 Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26 Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27 Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28 Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29 Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30 Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31 Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32 Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33 Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34 Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35 Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36 Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37 Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38 Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39 Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40 Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41 Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42 Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43 Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44 Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45 Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46 Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47 Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48 Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49 Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 : Hujan yang Menghapus, Air yang Mendekap
2
Bab 2 : Kisah yang Usai, Mimpi yang Dimulai
3
Bab 3 : Retakan Ruang, Cahaya Menyelinap
4
Bab 4 : Jiwaku Bernyanyi di Ragamu
5
Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
6
Bab 6 : Gadis yang Tak Punya Nama di Hati Mereka
7
Bab 7 : Seperti Terbangun dalam Mimpi yang Lain
8
Bab 8 : Di Antara Kita Hanya Jarak
9
Bab 9 : Negeri yang Kini Berbisik Namaku
10
Bab 10 : Persimpangan Antara Dulu dan Selamanya
11
Bab 11 : Jika Aku Bukan Nyata, Mengapa Harus Gemetar?
12
Bab 12 : Skenario Kusut, Aktor yang Berisik
13
Bab 13 : Takdir Menyisihkanmu untuk Menempatkanku
14
Bab 14 : Kita yang Pernah, Kini Hanya Ingatan
15
Bab 15 : Bunga Mawar itu Mulai Tumbuh di Tempat Baru
16
Bab 16 : Dia, Detik yang Tak Ingin Kulewati
17
Bab 17 : Racun yang Mengalir Berusaha Menjadi Obat
18
Bab 18 : Kau yang Hilang di Antara Kebohongan
19
Bab 19 : Cinta dalam Diam yang Tak Ku Mengerti
20
Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
21
Bab 21 : Ketika Duri Mengancam, Aku yang Akan Berdarah
22
Bab 22 : Biarkan Benci Bersarang di Dadaku
23
Bab 23 : Agar Seperti Kau, Tapi Masih Aku
24
Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu
25
Bab 25 : Mengenang Makna di Setiap Lapisan Memori
26
Bab 26 : Di Persimpangan Gelap dan Terang
27
Bab 27 : Beban Manis yang Tak Ingin Ku Tinggalkan
28
Bab 28 : Batas yang Ku Injak dengan Kesalahpahaman
29
Bab 29 : Dia yang Dekat di Mata dan Duri di Hati
30
Bab 30 : Saat Mereka Mengambilku dari Dunia yang Gelap
31
Bab 31 : Bayangan yang Menyertai Cahaya
32
Bab 32 : Lagu Pertama yang Kau Nyanyikan Untukku
33
Bab 33 : Saat Sang Pengganti Menatap Sang Sejati
34
Bab 34 : Benci yang Menjadi Nafas
35
Bab 35 : Dosa yang Berjalan dengan Gaun Indah
36
Bab 36 : Saat Keajaiban Tak Lagi Imajinasi
37
Bab 37 : Saat Si Gadis Beracun Meramu Keahliannya
38
Bab 38 : Dua Gadis, Satu Ledakan
39
Bab 39 : Di Depan Mataku Keajaiban Bangkit
40
Bab 40 : Tangan Tak Dikenali Tapi Hati Merasa
41
Bab 41 : Kami Hanya Pion dalam Perintah yang Gila
42
Bab 42 : Takdir Menertawakanku di Ujung Jalan
43
Bab 43 : Mereka yang Menunggu Keajaiban dalam Dunia yang Tak Peduli, Dia Menjaga
44
Bab 44 : Saat Hutan Menyanyi
45
Bab 45 : Keajaiban yang Bersembunyi di Mata yang Salah
46
Bab 46 : Ketika Malam Berbisik Nama Pemiliknya
47
Bab 47 : Di Antara Pepohonan, Seseorang yang Dirindukan Menunggu
48
Bab 48 : Saat Kau Terpikat pada Kegelapan
49
Bab 49 : Sebuah Kabar yang Menghentikan Waktu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!