Aku Suka Ngusilin Gadis Ini

Dalian masih sibuk dengan selimut di tangannya, berusaha mengalihkan perhatian dari situasi yang membuatnya sedikit canggung.

Dia membalikkan posisi selimut sekali lagi, meski sebenarnya sudah rapi sejak tadi. "Canggung banget, ih, nyebelin!" Gerutunya.

Sementara itu, Karel berdiri di depan cermin, memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri untuk memeriksa kondisi kacamatanya. Dengan satu tangan, dia membenarkan posisi kacamata yang sebelumnya miring akibat terkena bola. Cukup satu gerakan sederhana, dan kacamata itu kembali sempurna seperti semula.

“Wah, udah bagus lagi,” gumam Karel lega, meski hidungnya masih terasa nyeri. Ia menoleh ke arah Dalian yang masih sibuk dengan selimut. “Eh, Dalian.”

Dalian menoleh setengah malas. “Apa lagi?” tanyanya dengan nada datar.

Karel menggaruk belakang kepalanya, tampak sedikit canggung. “Hmm... hidung gue masih sakit, nih. Lo bisa bantuin nggak? Mungkin kasih salep atau apa gitu?”

Dalian mengerutkan kening. “Hah? Gue? Emang gue suster, apa?” Dia melipat tangan di dada, pura-pura tidak peduli.

Karel mengangkat bahu sambil tersenyum kecil. “Ya kan lo lagi di UKS. Lagian susternya pada gak ada, kemana sih mereka, hmm... Masa iya gue harus minta ke tembok?"

Dalian mendengus pelan. “Ya udah, tunggu bentar.” Dia bangkit dari tempat duduknya dan mulai membuka laci-laci meja di UKS, mencari kotak P3K. Dalam hati dia menggerutu, “Kenapa juga gue harus repot buat dia? Tapi kasihan juga kalau nggak diurus.”

Setelah beberapa saat, dia menemukan salep luka dan beberapa kapas. Dia kembali ke arah Karel, mengulurkan barang-barang itu tanpa berkata apa-apa.

Karel menerima salep dan kapas itu dengan senyum lebar. “Thanks, Dalian. Gue tau lo baik, kok, meski sering jutek.”

Dalian memutar bola matanya. “Cepet pake, terus cabut sana,” ucapnya, mencoba terdengar kesal.

Karel membuka tutup salep dan mulai mencoba mengoleskan ke hidungnya. Tapi, begitu ia menyentuh hidungnya yang memar, ia meringis kesakitan. “Aduh, sakit banget kalau gue sendiri yang ngoles. Lo bantuin, dong.”

Dalian langsung mendelik. “Apa? Nggak, ah! Lo sendiri aja! Pake tangan gue malah tambah sakit lagi."

“Please, Dalian. Gue nggak bisa lihat sendiri hidung gue. Kalau gue maksa, malah makin sakit.” Karel memelas.

"Ck, sengaja banget!" Dalian mendesah panjang, lalu meraih kapas di tangan Karel. “Ya udah, sini. Tapi lo diem, ya! Jangan gerak-gerak.”

Karel duduk di kursi dan menatap Dalian dengan senyum lebar, seolah menikmati momen itu. Dalian, di sisi lain, mencoba tetap fokus, meski tangan gemetar sedikit saat mengoleskan salep ke hidung Karel.

“Jangan senyum-senyum gitu, deh. Gue jadi risih,” ucap Dalian sambil melirik ke arah Karel.

Karel tertawa kecil. “Gimana gue nggak senyum? Lo kelihatan serius banget, kayak dokter beneran.”

“Duh, diem nggak, sih?” Dalian melotot. Tapi, Karel hanya tertawa pelan, membuat Dalian merasa semakin ingin cepat-cepat menyelesaikan tugasnya.

Setelah mengoles salep dan memplester dengan rapi, Karel berkata, “Thanks, dokter Dalian. Elo hebat banget." Karel memberi dua jempolnya. "Gue nggak bakal lupa jasa lo.”

Ucapan itu, semakin membuat Dalian merasa canggung. Berat rasanya menahan rona pipinya yang hampir saja menguap seperti kepiting rebus.

"By the way, elo ngapain di UKS? Sakit? Tapi, gue lihat elo gak sakit." Selidik Karel.

"Elo diem aja deh!" Perintah Dalian.

“Iuh, galak bener cewek ini. Dalian, lo tuh unik banget, ya. Gue suka.” jawab Karel.

Dalian tertegun dengan wajah memerah lagi. “Gila, apa-apaan dia ngomong kayak gitu?” ucapnya di dalam pikiran.

"Pipimu tampak merah," usil Karel.

"Karel, stop!" Wajah Dalian semakin memerah, tapi ia segera berusaha menyembunyikannya dengan pura-pura sibuk membereskan kapas dan salep. “Udah, kan? Gue balik ke kelas dulu,” katanya cepat, lebih baik kabur dari situasi canggung ini.

Tapi sebelum dia sempat melangkah keluar, Karel berkata, “Eh, jangan buru-buru, dong. Gue serius tadi. Lo tuh unik banget. Kayaknya gue nggak bakal bosan deket sama lo.”

Dalian menghentikan langkahnya. Dia menoleh dengan tatapan setengah bingung, setengah jengkel. “Karel, Jangan bikin gue kesel. Ngelawak mulu, hih!"

Karel hanya tertawa kecil, suaranya renyah. “Bukan ngelawak. Gue cuma bilang apa yang gue pikirin. Lo beda dari cewek-cewek lain. Dan itu seru buat gue.”

Dalian menghela napas panjang, mencoba menahan diri agar tidak terpancing lebih jauh. “Lo tuh suka banget ngomong sembarangan. Udah ah, gue balik.” Dengan langkah cepat, dia membuka pintu UKS dan pergi tanpa menunggu jawaban dari Karel.

Rencananya untuk kabur mulus GATOT alias gagal total. Baru beberapa langkah keluar dari UKS, Dalian malah menabrak seseorang. “Aduh, maaf!” serunya sambil mengangkat kepala.

Tapi saat melihat siapa yang ditabraknya, ia langsung terpaku. “Pak Pandita?!”

Pak Pandita berdiri di depannya, alisnya terangkat tinggi. Dengan nada tegas, ia berkata, “Dalian, kamu kenapa ada di sini? Bukannya seharusnya kamu di kelas saya sekarang?”

Dalian menelan ludah, otaknya bekerja keras mencari alasan. “Eh, itu... saya lagi kurang enak badan, Pak. Jadi ke UKS dulu, tadi... sakit kepala.”

Pak Pandita menyipitkan matanya, seolah tak sepenuhnya percaya. “Sakit kepala? Tapi kenapa saya lihat kamu keluar dari UKS sambil tergesa-gesa seperti ini?”

Dalian mulai panik. “Eh, itu, Pak... saya—”

Namun sebelum dia sempat menyelesaikan alasannya, suara ceria dari belakangnya terdengar. “Pak Pandita! Halo!”

Dalian menoleh dengan ekspresi horor. “Karel?! Aduh, kenapa dia harus muncul sekarang?!” pikirnya.

Karel mendekat dengan langkah santai, memegang hidungnya yang sudah diplester. “Dalian ini baik banget, lho, Pak. Dia tadi bantu saya di UKS karena hidung saya kena bola. Kalau bukan dia, mungkin saya masih kesakitan.”

Pak Pandita menatap Karel, lalu Dalian, yang terlihat bingung dan salah tingkah. “Benarkah? Tapi kenapa saya tidak melihat catatan izin atau laporan dari UKS tentang kejadian ini?”

Karel tersenyum lebar. “Yah, Pak, namanya juga mendadak. Kita kan harus bertindak cepat. Lagian, Dalian tuh orangnya penuh inisiatif. Keren, kan?”

Dalian ingin sekali menghilang saat itu juga. Wajahnya semakin memerah, tapi kali ini bukan karena pujian Karel, melainkan karena situasi ini semakin rumit.

Pak Pandita menghela napas panjang. “Baiklah, saya akan biarkan kali ini. Tapi lain kali, kalau ada masalah, kalian harus melapor dulu, mengerti?”

Dalian mengangguk cepat, “Iya, Pak. Maaf.”

Setelah Pak Pandita pergi, Karel menoleh ke Dalian dengan senyuman jahil. “Nah, gue udah bantuin lo, kan? Lo nggak dihukum. Gimana, hebat, kan?”

Dalian mendengus kesal. “Hebat apanya? Lo malah bikin situasi tambah ribet!” Dia melangkah cepat menjauh, tapi Karel mengikuti di belakangnya sambil terkikik.

“Serius, Dalian. Lo itu seru banget kalau lagi panik. Gue nggak bakal bosen deh.”

“Karel, stop ngomong gitu, atau gue lempar lo ke lapangan.” Ancaman Dalian hanya membuat Karel tertawa lebih keras.

Terpopuler

Comments

Afi Afifah

Afi Afifah

INI NIH! Serangan maut cowok iseng + peka. Dalian udah kayak microwave, merahnya bukan main. 🤣🤣

2025-04-11

0

Afi Afifah

Afi Afifah

Dalian emang Queen of denial. Tapi tetep nurut juga tuh, dasar tsundere lokal.

2025-04-11

0

Afi Afifah

Afi Afifah

Ancaman sayang dari Dalian~

2025-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Gadis Pemberani tapi Penakut
2 Gadis ini Memiliki Kekuatan Istimewa
3 Gadis ini akan Memberiku Jalan
4 Menuju Dunia bukan Manusia
5 Aku membutuhkan Gadis ini
6 Meski begitu, Aku harus Melindunginya
7 Kekuatan Gadis itu Muncul
8 Rencanaku yang Dihantam Takdir
9 Tumbal untuk Menyelamatkan Kekasihku
10 Aku Berhutang Budi pada Gadis itu
11 Maafku untuk Gadis yang Tak Bersalah
12 Gadis itu Ternyata Masih Ingat
13 Aku dalam Dua Pria Misterius
14 Mengobrol Ringan dengan Gadis itu
15 Ikut Larut dalam Dunia Gadis itu
16 Gadis itu Mencurigai Hadirnya Karel
17 Gadis itu Jutek tapi Peduli
18 Aku Suka Ngusilin Gadis Ini
19 Aku Berakhir di Tubuh yang Lumpuh
20 Gadis itu Mulai Diincar
21 Gadis itu Bersedia Menolong Makhluk Lain
22 Gadis itu Ingin Menyelamatkan Semuanya
23 Hutan Inner Child Bagian dari Kisah
24 Eclipse, Salah Satu Makhluk Terkuat
25 Inner Child Gadis itu Rela Berkorban
26 Gadis itu Berhati Besar
27 Gadis itu Bisa Bicara dengan Bijak
28 Segel Mata Gadis itu Dirusak
29 Aku Mencemaskannya, tapi Aku Tetap Usil
30 Gadis itu Punya Fans
31 Gadis itu Punya Sisi yang Memikat
32 Aku Tidak Suka
33 Gadis itu Mencemaskan Sahabatnya
34 Gadis itu Tak Mau Kuganggu
35 Aku Merasa Sahabatnya Terlalu Baik
36 Aku Harus Membuat Pilihan
37 Gadis itu Merindukanku
38 Aku ada Selama Kau Percaya
39 Aku Harus Mengambil Tubuhku Kembali
40 Siapa Kau Sebenarnya?
41 Gadis itu Memikirkanku
42 Gadis itu Tak Menyukai Circle Pertemanan
43 Rambut Gadis itu Hidup
44 Aku Ingin Tahu Semua tentang Gadis Itu
45 Kerjaanku Ngusilin Gadis itu Terus
46 Adik Gadis itu Mengajakku Bermain
47 Aku Berjanji untuk Menjaga Gadis itu
48 Aku Kagum pada Kepedulian Gadis itu
49 Kekuatan Gadis itu Bangkit
50 Aku Telah Kembali ke Tubuh Asliku
51 Gadis itu Masih Diintai
52 Ada Sesuatu yang Terasa Janggal
53 Terima Kasih, Dalian
54 Kau Aman Bersamaku, Gadisku
55 Kita Akan Melewati Ini Bersama
56 Aku ingin menyelamatkan kekasihku, tapi...
57 Aku ingin Lebih Perhatian Padanya
58 Ada Murid Baru Bernama Lio
59 Siapa Sebenarnya Yang Kusayangi?
60 Aku Pria Buruk
61 Aku Ingin Terus Memiliki Momen Ini
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Gadis Pemberani tapi Penakut
2
Gadis ini Memiliki Kekuatan Istimewa
3
Gadis ini akan Memberiku Jalan
4
Menuju Dunia bukan Manusia
5
Aku membutuhkan Gadis ini
6
Meski begitu, Aku harus Melindunginya
7
Kekuatan Gadis itu Muncul
8
Rencanaku yang Dihantam Takdir
9
Tumbal untuk Menyelamatkan Kekasihku
10
Aku Berhutang Budi pada Gadis itu
11
Maafku untuk Gadis yang Tak Bersalah
12
Gadis itu Ternyata Masih Ingat
13
Aku dalam Dua Pria Misterius
14
Mengobrol Ringan dengan Gadis itu
15
Ikut Larut dalam Dunia Gadis itu
16
Gadis itu Mencurigai Hadirnya Karel
17
Gadis itu Jutek tapi Peduli
18
Aku Suka Ngusilin Gadis Ini
19
Aku Berakhir di Tubuh yang Lumpuh
20
Gadis itu Mulai Diincar
21
Gadis itu Bersedia Menolong Makhluk Lain
22
Gadis itu Ingin Menyelamatkan Semuanya
23
Hutan Inner Child Bagian dari Kisah
24
Eclipse, Salah Satu Makhluk Terkuat
25
Inner Child Gadis itu Rela Berkorban
26
Gadis itu Berhati Besar
27
Gadis itu Bisa Bicara dengan Bijak
28
Segel Mata Gadis itu Dirusak
29
Aku Mencemaskannya, tapi Aku Tetap Usil
30
Gadis itu Punya Fans
31
Gadis itu Punya Sisi yang Memikat
32
Aku Tidak Suka
33
Gadis itu Mencemaskan Sahabatnya
34
Gadis itu Tak Mau Kuganggu
35
Aku Merasa Sahabatnya Terlalu Baik
36
Aku Harus Membuat Pilihan
37
Gadis itu Merindukanku
38
Aku ada Selama Kau Percaya
39
Aku Harus Mengambil Tubuhku Kembali
40
Siapa Kau Sebenarnya?
41
Gadis itu Memikirkanku
42
Gadis itu Tak Menyukai Circle Pertemanan
43
Rambut Gadis itu Hidup
44
Aku Ingin Tahu Semua tentang Gadis Itu
45
Kerjaanku Ngusilin Gadis itu Terus
46
Adik Gadis itu Mengajakku Bermain
47
Aku Berjanji untuk Menjaga Gadis itu
48
Aku Kagum pada Kepedulian Gadis itu
49
Kekuatan Gadis itu Bangkit
50
Aku Telah Kembali ke Tubuh Asliku
51
Gadis itu Masih Diintai
52
Ada Sesuatu yang Terasa Janggal
53
Terima Kasih, Dalian
54
Kau Aman Bersamaku, Gadisku
55
Kita Akan Melewati Ini Bersama
56
Aku ingin menyelamatkan kekasihku, tapi...
57
Aku ingin Lebih Perhatian Padanya
58
Ada Murid Baru Bernama Lio
59
Siapa Sebenarnya Yang Kusayangi?
60
Aku Pria Buruk
61
Aku Ingin Terus Memiliki Momen Ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!