Gadis itu Mencurigai Hadirnya Karel

Hari terus berlalu. Dalian semakin dirundung resah. Pikirannya selalu dipenuhi oleh sosok Karel yang entah kenapa kerap muncul di sekitarnya. Dengan rasa penasaran yang terus mengganggu, ia memutuskan untuk mendatangi ayahnya yang sedang duduk di ruang keluarga, asyik membaca koran.

"Dads," panggil Dalian, membuat ayahnya menurunkan koran.

"Ada apa, Dalian? Tumben malam-malam datang ke sini," tanya ayahnya sambil memiringkan kepala, penasaran.

Dalian duduk di sofa dengan ekspresi serius. "Aku mau tanya soal tetangga sebelah kita, yang rumahnya itu." Ia menunjuk ke arah dinding yang berbatasan langsung dengan rumah tetangga.

"Mereka punya anak cowok nggak? Seumuran sama aku, mungkin?"

Ayahnya tampak bingung sesaat, lalu tertawa kecil. "Anak cowok? Nggak ada, Dalian. Tetangga sebelah kita itu kan pasangan tua. Mereka nggak punya anak."

Dalian mengernyitkan dahi. "Hah? Tapi aku selalu lihat ada cowok di sana. Dia bilang tinggal di rumah itu."

Ayahnya tersenyum samar, lalu meletakkan korannya di meja. "Oh, kamu belum tahu, ya? Rumah itu sudah dijual lama. Pemiliknya pindah ke luar kota."

Dalian terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar. "Jadi... sekarang siapa yang tinggal di situ?" tanyanya, suaranya terdengar sedikit tegang.

Ayahnya mengangkat bahu. "Ayah juga nggak tahu. Belum kelihatan ada yang pindah, kok. Mungkin masih kosong."

"Kok kosong, Dads? Aku jelas-jelas lihat ada orang di sana," kata Dalian, nada suaranya mulai naik.

Ayahnya tertawa pelan. "Mungkin kamu salah lihat, Dalian. Atau mungkin cuma orang yang mampir. Tapi coba deh, kalau kamu penasaran, tanya aja langsung ke sana."

Dalian merasa bingung sekaligus kesal. Tidak mungkin ia selalu salah lihat. Sosok Karel begitu jelas, dengan senyum dan tingkah yang selalu mengganggu. Tapi kalau benar rumah itu kosong, kenapa Karel ada di sana? Dan kenapa dia bilang tinggal di situ?

Dengan perasaan penuh tanda tanya, Dalian kembali ke kamarnya. Namun, ia tak bisa tidur dengan tenang. Bayangan Karel, dengan sikapnya yang menyebalkan namun misterius, terus berputar di benaknya. Apakah Karel berbohong? Atau ada sesuatu yang lebih aneh sedang terjadi?

Keesokan harinya, Dalian berdiri di depan rumah tetangganya, menatap pintu pagar yang tertutup rapat. Rumah itu tampak sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tidak ada suara, tidak ada lampu menyala. Dalian menghela napas panjang, lalu memutuskan untuk mengetuk pintu pagar, berharap ada seseorang yang keluar. Tapi tidak ada jawaban.

Saat ia berbalik untuk pergi, sebuah suara yang familiar terdengar dari belakangnya. "Pagi, Dalian!"

Dalian langsung menoleh dan melihat Karel berdiri di sudut jalan, membawa tas sekolahnya sambil melambai riang.

"Karel?!" seru Dalian terkejut.

Karel berjalan mendekat dengan senyum lebar seperti biasa. "Kenapa bengong di depan rumah kosong? Lagi nyari siapa?"

Dalian melipat tangan di depan dada, menatapnya tajam. "Lo tinggal di sini, kan? Jangan bohong!"

Karel tertawa kecil, mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. "Eh, gue nggak bilang gue tinggal di sini. Gue cuma bilang gue ada di sini. Itu beda, Dalian."

"Gue enggak salah denger deh. Elo bilang elo tinggal di sini," jelas Dalian.

"Masa?" Karel berpura-pura.

Dalian hampir meledak. "Maksud lo apa, sih? Rumah ini kosong! Beneran, gitu?! Terus lo ngapain ada di rumah ini? Selalu muncul di balkon buat gangguin gue?"

Karel hanya tersenyum misterius, matanya menatap Dalian penuh teka-teki. "Kadang, nggak semua hal harus lo tahu sekarang, Dalian. Lo bakal ngerti nanti."

Jawaban itu membuat Dalian semakin frustrasi. Namun, sebelum ia sempat membalas, Karel sudah melangkah pergi, meninggalkannya dengan sejuta pertanyaan yang tak terjawab.

Pagi itu di kelas, Dalian duduk dengan dagu bertumpu di meja, menatap kosong ke arah papan tulis. Cahaya matahari yang masuk lewat jendela tidak mampu mengusir rasa lelah dan pusing yang menggelayutinya. Chelsey, yang duduk di sebelahnya, memiringkan kepala sambil mengunyah permen karet, memperhatikan sahabatnya dengan penuh perhatian.

"Kok muka lo kusut banget? Kurang tidur, ya?" tanya Chelsey, menyodorkan botol air minumnya.

Dalian menghela napas panjang. "Kurang tidur sih iya, tapi ini lebih dari itu. Gue pusing banget, kepala gue kayak mau pecah."

Chelsey menaikkan alis, menaruh botol air di meja. "Pusing kenapa? Tugas? Nilai ujian? Atau... cowok?"

"Pak Pandita," gumam Dalian sambil menutup wajahnya dengan tangan.

Chelsey menepuk-nepuk bahu Dalian dengan dramatis. "Wajar sih kalau lo pusing soal dia. Gurunya emang kayak ada aura serem, tapi kok kayaknya bukan cuma itu? Ada lagi, ya?"

Dalian menegakkan tubuhnya dan menatap Chelsey dengan mata lelah. "Ada lagi. Gue cemas soal Pak Pandita, iya. Tapi ada satu orang lagi yang bikin hidup gue kacau sekarang."

Chelsey menyipitkan mata, lalu menepuk meja dengan antusias. "Siapa? Karel?"

Dalian mengangguk pelan, bibirnya mengerucut. "Iya, Karel. Cowok aneh itu bikin gue nggak bisa tenang. Dia muncul di mana-mana, terus dia bilang hal-hal yang bikin gue makin bingung."

Chelsey tertawa kecil, membuat Dalian mendelik kesal. "Gue serius, Chelsey! Dia bahkan ada di rumah tetangga gue, tapi bokap gue bilang rumah itu kosong. Lo ngerti kan betapa anehnya itu?"

Chelsey mencoba menahan tawa, tapi tidak berhasil. "Dalian, mungkin lo terlalu mikirin dia. Jangan-jangan lo mulai suka sama dia, nih?"

Dalian langsung menyikut lengan Chelsey, membuat sahabatnya meringis sambil tertawa. "Gue nggak suka sama dia! Gue sebel, ngerti nggak? Dia ganggu banget!"

"Ya, mungkin dia cuma pengen berteman sama lo," ujar Chelsey sambil memainkan ujung rambutnya. "Tapi kalau dia emang aneh, ya... anggap aja dia semacam hiburan hidup lo."

"Hiburan apanya? Dia kayak kutukan," gerutu Dalian, lalu merebahkan kepala ke meja lagi. "Gue bener-bener nggak ngerti kenapa hidup gue tiba-tiba jadi rumit gini."

Chelsey menepuk bahu Dalian pelan. "Lo butuh istirahat. Jangan terlalu mikirin dua orang itu. Fokus aja sama hidup lo, atau setidaknya fokus buat ngelewatin hari ini tanpa meledak."

Dalian menghela napas panjang. "Gue coba, deh. Tapi kalau Karel muncul lagi nanti, gue serius bakal ngamuk."

Chelsey tertawa, mengangguk setuju. "Gue tunggu. Pasti seru ngeliat lo ngamuk."

Dalian memutar bola matanya sambil melepas nafas pasrah. Meski kesal, ia merasa sedikit lebih ringan setelah berbicara dengan Chelsey.

Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa rasa pusing dan cemas ini tidak akan mudah hilang, terutama dengan Karel dan Pak Pandita yang terus menghantui pikirannya.

"Oya, Chelsey?" Ingat Dalian.

"Apa?"

"Habis jam istirahat nanti kan pelajaran dari Pak Pandita, gue kabur aja kali ya?"

"Serius lo? Ngapain?"

"Soalnya, gue belum siap ngadepin ketegangan ini," Dalian memelas.

"Tapi apa elo akan kabur terus setiap kali ketemu Pak Pandita? Gimana juga dia itu guru mapel kita, Matematika lho Dalian. Kamu mau ketinggalan pelajaran." Jelas Chelsey.

"Trus gimana donk?!"

Terpopuler

Comments

Afi Afifah

Afi Afifah

Resah mulu kamu Dal?? Jadi overthinking kronis bahaya tauuu...

Tiap hari hidupnya dibumbui anxiety edition 😳😳 kasian dia Thoorr...

2025-04-11

0

Afi Afifah

Afi Afifah

Astogeee... Statement-nya mindblowing banget. Anak debat pasti langsung standing ovation 😤😤

2025-04-11

0

Afi Afifah

Afi Afifah

Nah ini nih 😒😒 Tapi emang kadang denial tuh tanda-tanda awal, awal apa hayooo...

2025-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Gadis Pemberani tapi Penakut
2 Gadis ini Memiliki Kekuatan Istimewa
3 Gadis ini akan Memberiku Jalan
4 Menuju Dunia bukan Manusia
5 Aku membutuhkan Gadis ini
6 Meski begitu, Aku harus Melindunginya
7 Kekuatan Gadis itu Muncul
8 Rencanaku yang Dihantam Takdir
9 Tumbal untuk Menyelamatkan Kekasihku
10 Aku Berhutang Budi pada Gadis itu
11 Maafku untuk Gadis yang Tak Bersalah
12 Gadis itu Ternyata Masih Ingat
13 Aku dalam Dua Pria Misterius
14 Mengobrol Ringan dengan Gadis itu
15 Ikut Larut dalam Dunia Gadis itu
16 Gadis itu Mencurigai Hadirnya Karel
17 Gadis itu Jutek tapi Peduli
18 Aku Suka Ngusilin Gadis Ini
19 Aku Berakhir di Tubuh yang Lumpuh
20 Gadis itu Mulai Diincar
21 Gadis itu Bersedia Menolong Makhluk Lain
22 Gadis itu Ingin Menyelamatkan Semuanya
23 Hutan Inner Child Bagian dari Kisah
24 Eclipse, Salah Satu Makhluk Terkuat
25 Inner Child Gadis itu Rela Berkorban
26 Gadis itu Berhati Besar
27 Gadis itu Bisa Bicara dengan Bijak
28 Segel Mata Gadis itu Dirusak
29 Aku Mencemaskannya, tapi Aku Tetap Usil
30 Gadis itu Punya Fans
31 Gadis itu Punya Sisi yang Memikat
32 Aku Tidak Suka
33 Gadis itu Mencemaskan Sahabatnya
34 Gadis itu Tak Mau Kuganggu
35 Aku Merasa Sahabatnya Terlalu Baik
36 Aku Harus Membuat Pilihan
37 Gadis itu Merindukanku
38 Aku ada Selama Kau Percaya
39 Aku Harus Mengambil Tubuhku Kembali
40 Siapa Kau Sebenarnya?
41 Gadis itu Memikirkanku
42 Gadis itu Tak Menyukai Circle Pertemanan
43 Rambut Gadis itu Hidup
44 Aku Ingin Tahu Semua tentang Gadis Itu
45 Kerjaanku Ngusilin Gadis itu Terus
46 Adik Gadis itu Mengajakku Bermain
47 Aku Berjanji untuk Menjaga Gadis itu
48 Aku Kagum pada Kepedulian Gadis itu
49 Kekuatan Gadis itu Bangkit
50 Aku Telah Kembali ke Tubuh Asliku
51 Gadis itu Masih Diintai
52 Ada Sesuatu yang Terasa Janggal
53 Terima Kasih, Dalian
54 Kau Aman Bersamaku, Gadisku
55 Kita Akan Melewati Ini Bersama
56 Aku ingin menyelamatkan kekasihku, tapi...
57 Aku ingin Lebih Perhatian Padanya
58 Ada Murid Baru Bernama Lio
59 Siapa Sebenarnya Yang Kusayangi?
60 Aku Pria Buruk
61 Aku Ingin Terus Memiliki Momen Ini
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Gadis Pemberani tapi Penakut
2
Gadis ini Memiliki Kekuatan Istimewa
3
Gadis ini akan Memberiku Jalan
4
Menuju Dunia bukan Manusia
5
Aku membutuhkan Gadis ini
6
Meski begitu, Aku harus Melindunginya
7
Kekuatan Gadis itu Muncul
8
Rencanaku yang Dihantam Takdir
9
Tumbal untuk Menyelamatkan Kekasihku
10
Aku Berhutang Budi pada Gadis itu
11
Maafku untuk Gadis yang Tak Bersalah
12
Gadis itu Ternyata Masih Ingat
13
Aku dalam Dua Pria Misterius
14
Mengobrol Ringan dengan Gadis itu
15
Ikut Larut dalam Dunia Gadis itu
16
Gadis itu Mencurigai Hadirnya Karel
17
Gadis itu Jutek tapi Peduli
18
Aku Suka Ngusilin Gadis Ini
19
Aku Berakhir di Tubuh yang Lumpuh
20
Gadis itu Mulai Diincar
21
Gadis itu Bersedia Menolong Makhluk Lain
22
Gadis itu Ingin Menyelamatkan Semuanya
23
Hutan Inner Child Bagian dari Kisah
24
Eclipse, Salah Satu Makhluk Terkuat
25
Inner Child Gadis itu Rela Berkorban
26
Gadis itu Berhati Besar
27
Gadis itu Bisa Bicara dengan Bijak
28
Segel Mata Gadis itu Dirusak
29
Aku Mencemaskannya, tapi Aku Tetap Usil
30
Gadis itu Punya Fans
31
Gadis itu Punya Sisi yang Memikat
32
Aku Tidak Suka
33
Gadis itu Mencemaskan Sahabatnya
34
Gadis itu Tak Mau Kuganggu
35
Aku Merasa Sahabatnya Terlalu Baik
36
Aku Harus Membuat Pilihan
37
Gadis itu Merindukanku
38
Aku ada Selama Kau Percaya
39
Aku Harus Mengambil Tubuhku Kembali
40
Siapa Kau Sebenarnya?
41
Gadis itu Memikirkanku
42
Gadis itu Tak Menyukai Circle Pertemanan
43
Rambut Gadis itu Hidup
44
Aku Ingin Tahu Semua tentang Gadis Itu
45
Kerjaanku Ngusilin Gadis itu Terus
46
Adik Gadis itu Mengajakku Bermain
47
Aku Berjanji untuk Menjaga Gadis itu
48
Aku Kagum pada Kepedulian Gadis itu
49
Kekuatan Gadis itu Bangkit
50
Aku Telah Kembali ke Tubuh Asliku
51
Gadis itu Masih Diintai
52
Ada Sesuatu yang Terasa Janggal
53
Terima Kasih, Dalian
54
Kau Aman Bersamaku, Gadisku
55
Kita Akan Melewati Ini Bersama
56
Aku ingin menyelamatkan kekasihku, tapi...
57
Aku ingin Lebih Perhatian Padanya
58
Ada Murid Baru Bernama Lio
59
Siapa Sebenarnya Yang Kusayangi?
60
Aku Pria Buruk
61
Aku Ingin Terus Memiliki Momen Ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!