Ikut Larut dalam Dunia Gadis itu

Malam itu, rumah Dalian dipenuhi suara berisik yang berasal dari balkon lantai dua. Lampu-lampu kecil di sepanjang pagar balkon berkedip-kedip, seolah ikut meramaikan pertengkaran kecil yang terjadi di sana.

“Kio! Balikin bando gue!” teriak Dalian, wajahnya memerah kesal.

Kio berlari mengitari balkon sambil menggenggam bando berbentuk kuping kucing milik kakaknya. “Enggak mau! Kan tadi gue yang nemu di ruang tamu!” jawabnya dengan nada penuh kemenangan.

“Itu punya gue, dasar bocah!” Dalian mencoba meraih bando itu, tetapi Kio dengan lincah menghindar.

“Kalau kakak mau, ambil aja kalau bisa!” tantang Kio sambil menjulurkan lidah.

Dalian menggeram. “Kio, gue serius nih! Balikin sebelum gue—”

“Lapor Mami?” potong Kio dengan nada mengejek. “Ih, cemen banget sih, Kak Dalian.”

“Lo nih ya, Kio...” Dalian memutar strategi. Dia pura-pura berhenti mengejar dan duduk bersandar di pagar balkon, berpura-pura tidak peduli.

Melihat kakaknya menyerah, Kio mendekat dengan ekspresi penasaran. “Kok diem? Udah capek, ya?”

Saat Kio mendekat cukup dekat, Dalian dengan sigap melompat dan merebut bando itu dari tangannya. “Gotcha!” seru Dalian penuh kemenangan.

“Eh, curang! Kakak nggak bilang mau nangkep gue!” protes Kio sambil melompat mencoba merebut kembali bando itu.

“Gue nggak perlu izin buat ngambil barang milik sendiri,” balas Dalian sambil mengacungkan bando itu tinggi-tinggi.

Kio, yang kesal karena kalah, malah tertawa kecil. “Ya udah deh, Kak. Lagian, bando itu jelek banget. Cuma cocok buat anak kecil!”

“Eh, apa lo bilang?” Dalian menyipitkan mata. “Lo mau dihukum, ya?”

Kio menyeringai lebar, lalu berlari lagi. “Ayo kejar gue kalau berani!”

Dalian menghela napas panjang, akhirnya menyerah. “Capek gue ngeladenin lo, Kio.”

Mereka berdua akhirnya duduk bersisian di lantai balkon, napas terengah-engah setelah aksi kejar-kejaran tadi. Langit malam dipenuhi bintang, dan suasana mulai tenang.

“Kak,” Kio membuka obrolan, nadanya lebih lembut, “kenapa sih kakak masih pakai bando kayak gitu? Kakak kan udah gede.”

Dalian menoleh, tersenyum tipis. “Karena kadang, gue pengen inget masa kecil. Lo tau nggak, waktu kecil, gue pernah minta dibeliin bando ini sama Mommy, terus Mommy beliin pas ulang tahun gue. Jadi... ini penting buat gue.”

Kio terdiam sejenak, lalu berkata pelan, “Maaf, Kak... Kio nggak tau.”

Dalian mengacak rambut adiknya. “Nggak apa-apa. Tapi, lain kali jangan ngusilin barang orang, ya.”

“Oke, deh!” jawab Kio sambil tersenyum lebar.

Malam itu, balkon menjadi tempat mereka berdamai, dengan bintang-bintang menjadi saksi kehangatan sederhana antara kakak dan adik yang selalu saling mengusili, tetapi tak pernah berhenti peduli.

"Hahaha, kalian berdua kayak Tom and Jerry!"

Tawa seseorang yang terdengar jelas dari arah rumah sebelah langsung memecahkan suasana. Suara itu terdengar begitu riang dan tak asing di telinga Dalian.

Dia menoleh cepat ke arah sumber suara, dan benar saja, di balkon rumah tetangganya berdiri Karel dengan senyuman lebar di wajahnya. Dia melambaikan tangan santai, seolah menyapa teman lama.

“Karel?!” seru Dalian dengan ekspresi terkejut sekaligus bingung. “Ngapain lo di situ?!”

Karel mengangkat bahu sambil tertawa kecil. “Rumah gue di sini. Gue baru pindah minggu lalu. Jadi tetangga lo, Dalian!”

Dalian terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi itu. Dia melirik Kio yang juga tampak heran.

“Lo serius?” tanya Dalian, setengah tak percaya.

Karel mengangguk sambil menunjuk ke arah balkon rumahnya. “Lihat tuh! Gue bahkan bisa liat balkon lo tiap hari. Hebat, kan?”

Dalian merasakan wajahnya memanas. “Hah? Ngapain juga lo liatin balkon gue!” ucapnya cepat dengan nada kesal.

“Eh, gue nggak maksud gitu!” Karel buru-buru mengangkat tangan, memberi isyarat menyerah. “Tadi gue cuma nggak sengaja ngeliat pas kalian ribut. Kocak banget, sumpah!”

Dalian mendengus, sementara Kio yang duduk di sampingnya justru terlihat semakin tertarik.

“Kak Karel, jadi sekarang tetangga kita?” tanya Kio polos, matanya berbinar.

Karel mengangguk. “Iya, adik kecil. Nama kamu siapa?”

“Kio!” jawabnya dengan penuh semangat. “Kak Karel suka main game? Kio punya koleksi banyak di kamar.”

“Oh, gue suka banget main game!” balas Karel sambil tersenyum lebar. “Mungkin kapan-kapan gue mampir ke rumah lo, ya.”

Dalian langsung menyela, matanya memicing curiga. “Lo nggak bakal mampir ke rumah gue tanpa izin dulu, kan?”

Karel tertawa lagi. “Tenang aja, gue nggak seberani itu, kok. Tapi... kayaknya menarik juga sih kalau bisa ngobrol sama lo tiap hari.”

“Lo nih ya...” Dalian menutupi wajah dengan tangannya, merasa geli sekaligus jengkel.

“Dalian, lo lucu banget kalau lagi kesal,” celetuk Karel, membuat Dalian makin sebal.

Sementara itu, Kio malah tampak antusias. “Kak, kalau Kak Karel jadi tetangga, gue jadi punya teman baru dong! Seru banget!”

“Gue nggak yakin itu seru,” gumam Dalian pelan, matanya tetap mengawasi Karel yang berdiri santai di balkon sebelah.

Dalian kesal, hingga dia bermaksud masuk ke dalam rumah. Karel hanya menghela nafas, mencoba terbiasa akan sikap Dalian yang mudah kesal.

Tapi, tak lama kemudian. Dalian dan Kio keluar rumah. Ingin beli sesuatu ke supermarket seberang.

Ketika Dalian dan Kio keluar dari rumah, suasana malam terasa sejuk. Angin lembut menggoyangkan dedaunan, dan cahaya lampu jalan memberikan kehangatan pada pemandangan.

Kio melompat-lompat kecil, seolah mencoba mengusik keseriusan kakaknya. "Jadi, kita beli apa aja, Kak?" tanya Kio, nada suaranya riang.

"Snack buat kamu, kebutuhan dapur buat Mommy, sama mie instan buat Kakak. Jangan lupa, jangan bikin malu," jawab Dalian sambil berjalan cepat, berusaha menyeberang jalan dengan aman.

Namun, begitu sampai di trotoar seberang, Kio tiba-tiba berteriak, "Loh, itu kan Kak Karel!"

Dalian spontan menoleh. Dan benar saja, di depan pintu masuk supermarket, Karel sedang berdiri dengan gaya yang sok casual.

"Oh Tuhan, dia lagi!" gerutu Dalian, sambil memijat pelipisnya.

Kio malah tertawa. "Kak, jangan-jangan dia ngikutin kita?"

"Ngapain juga dia ngikutin kita, dasar bocah." Dalian mencoba menjelaskan, meski nada suaranya penuh kekesalan.

Ketika mereka mendekat, Karel menyapa dengan senyum lebar, "Wah, nggak nyangka ketemu kalian lagi. Dunia ini sempit banget, ya?"

Dalian hanya melirik malas. "Supermarket di sini cuma satu. Wajar aja ketemu, Karel."

Karel tertawa kecil. "Iya sih, tapi kayaknya takdir suka bikin kita ketemu terus."

"Takdir kepala lo," gumam Dalian pelan sambil menarik tangan Kio menuju pintu masuk supermarket, mengabaikan Karel yang masih berdiri di sana.

Namun, bukannya menjauh, Karel malah ikut masuk ke dalam supermarket, membuat Dalian mendesis kesal. "Karel, lo mau beli apa sih?" tanya Dalian akhirnya, menatap tajam ke arahnya.

Karel mengangkat bahu santai. "Oh, gue cuma mau liat-liat. Siapa tau butuh sesuatu."

"Kalau nggak butuh, pulang aja," balas Dalian dengan nada dingin.

Kio menyikut Dalian pelan sambil berbisik, "Kak, jangan galak-galak. Nanti dia baper."

Karel yang mendengar itu tertawa lagi. "Tenang aja, gue udah kebal sama Kak Dalian yang jutek. Ini bagian dari pesonanya, kan?"

Dalian menatapnya dengan sorot mata tajam. "Gue serius, Karel."

"Tapi gue juga serius, Dalian," jawab Karel dengan senyum yang sulit diartikan.

Akhirnya, Dalian memutuskan untuk mengabaikan Karel dan fokus mencari barang belanjaan.

Tapi Karel tetap mengikutinya seperti bayangan. Bahkan, Karel menawarkan untuk membawa keranjang belanjaan mereka, membuat Kio semakin terhibur.

"Kak Karel baik banget ya," kata Kio sambil tersenyum lebar.

"Dia baik karena nyebelin," balas Dalian cepat, membuat Kio tertawa lagi.

Di tengah suasana yang aneh itu, Karel dengan santainya bertanya, "Eh, gue traktir es krim, mau nggak?"

Dalian berhenti, menatapnya. "Lo bercanda?"

"Nggak. Beneran. Gue traktir. Anggap aja hadiah karena gue suka bikin lo kesal."

Kio langsung melompat kegirangan. "Mauuu! Kak Dalian, kita ambil es krim ya!"

Dalian mendesah panjang, merasa kalah. "Ya udah, tapi sekali ini aja, Karel. Dan abis ini, jangan ngikut-ngikut lagi!"

Karel tersenyum lebar. "Deal!"

Terpopuler

Comments

Afi Afifah

Afi Afifah

Lah,, Karel udah unlock semua dialog “flirty but annoying” 🤣🤣 dia belajar dari manatuh...

Dikit lagi lo masuk friendzone yang menyamar jadi sweet zone, hihhiii~

2025-04-11

0

Afi Afifah

Afi Afifah

Karakter yang ngeselin tapi somehow lovable ❤❤ hahahaha 😂😂

2025-04-11

0

Afi Afifah

Afi Afifah

Tanda-tanda tsundere-nya Dalian makin kuat 😂😂

2025-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Gadis Pemberani tapi Penakut
2 Gadis ini Memiliki Kekuatan Istimewa
3 Gadis ini akan Memberiku Jalan
4 Menuju Dunia bukan Manusia
5 Aku membutuhkan Gadis ini
6 Meski begitu, Aku harus Melindunginya
7 Kekuatan Gadis itu Muncul
8 Rencanaku yang Dihantam Takdir
9 Tumbal untuk Menyelamatkan Kekasihku
10 Aku Berhutang Budi pada Gadis itu
11 Maafku untuk Gadis yang Tak Bersalah
12 Gadis itu Ternyata Masih Ingat
13 Aku dalam Dua Pria Misterius
14 Mengobrol Ringan dengan Gadis itu
15 Ikut Larut dalam Dunia Gadis itu
16 Gadis itu Mencurigai Hadirnya Karel
17 Gadis itu Jutek tapi Peduli
18 Aku Suka Ngusilin Gadis Ini
19 Aku Berakhir di Tubuh yang Lumpuh
20 Gadis itu Mulai Diincar
21 Gadis itu Bersedia Menolong Makhluk Lain
22 Gadis itu Ingin Menyelamatkan Semuanya
23 Hutan Inner Child Bagian dari Kisah
24 Eclipse, Salah Satu Makhluk Terkuat
25 Inner Child Gadis itu Rela Berkorban
26 Gadis itu Berhati Besar
27 Gadis itu Bisa Bicara dengan Bijak
28 Segel Mata Gadis itu Dirusak
29 Aku Mencemaskannya, tapi Aku Tetap Usil
30 Gadis itu Punya Fans
31 Gadis itu Punya Sisi yang Memikat
32 Aku Tidak Suka
33 Gadis itu Mencemaskan Sahabatnya
34 Gadis itu Tak Mau Kuganggu
35 Aku Merasa Sahabatnya Terlalu Baik
36 Aku Harus Membuat Pilihan
37 Gadis itu Merindukanku
38 Aku ada Selama Kau Percaya
39 Aku Harus Mengambil Tubuhku Kembali
40 Siapa Kau Sebenarnya?
41 Gadis itu Memikirkanku
42 Gadis itu Tak Menyukai Circle Pertemanan
43 Rambut Gadis itu Hidup
44 Aku Ingin Tahu Semua tentang Gadis Itu
45 Kerjaanku Ngusilin Gadis itu Terus
46 Adik Gadis itu Mengajakku Bermain
47 Aku Berjanji untuk Menjaga Gadis itu
48 Aku Kagum pada Kepedulian Gadis itu
49 Kekuatan Gadis itu Bangkit
50 Aku Telah Kembali ke Tubuh Asliku
51 Gadis itu Masih Diintai
52 Ada Sesuatu yang Terasa Janggal
53 Terima Kasih, Dalian
54 Kau Aman Bersamaku, Gadisku
55 Kita Akan Melewati Ini Bersama
56 Aku ingin menyelamatkan kekasihku, tapi...
57 Aku ingin Lebih Perhatian Padanya
58 Ada Murid Baru Bernama Lio
59 Siapa Sebenarnya Yang Kusayangi?
60 Aku Pria Buruk
61 Aku Ingin Terus Memiliki Momen Ini
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Gadis Pemberani tapi Penakut
2
Gadis ini Memiliki Kekuatan Istimewa
3
Gadis ini akan Memberiku Jalan
4
Menuju Dunia bukan Manusia
5
Aku membutuhkan Gadis ini
6
Meski begitu, Aku harus Melindunginya
7
Kekuatan Gadis itu Muncul
8
Rencanaku yang Dihantam Takdir
9
Tumbal untuk Menyelamatkan Kekasihku
10
Aku Berhutang Budi pada Gadis itu
11
Maafku untuk Gadis yang Tak Bersalah
12
Gadis itu Ternyata Masih Ingat
13
Aku dalam Dua Pria Misterius
14
Mengobrol Ringan dengan Gadis itu
15
Ikut Larut dalam Dunia Gadis itu
16
Gadis itu Mencurigai Hadirnya Karel
17
Gadis itu Jutek tapi Peduli
18
Aku Suka Ngusilin Gadis Ini
19
Aku Berakhir di Tubuh yang Lumpuh
20
Gadis itu Mulai Diincar
21
Gadis itu Bersedia Menolong Makhluk Lain
22
Gadis itu Ingin Menyelamatkan Semuanya
23
Hutan Inner Child Bagian dari Kisah
24
Eclipse, Salah Satu Makhluk Terkuat
25
Inner Child Gadis itu Rela Berkorban
26
Gadis itu Berhati Besar
27
Gadis itu Bisa Bicara dengan Bijak
28
Segel Mata Gadis itu Dirusak
29
Aku Mencemaskannya, tapi Aku Tetap Usil
30
Gadis itu Punya Fans
31
Gadis itu Punya Sisi yang Memikat
32
Aku Tidak Suka
33
Gadis itu Mencemaskan Sahabatnya
34
Gadis itu Tak Mau Kuganggu
35
Aku Merasa Sahabatnya Terlalu Baik
36
Aku Harus Membuat Pilihan
37
Gadis itu Merindukanku
38
Aku ada Selama Kau Percaya
39
Aku Harus Mengambil Tubuhku Kembali
40
Siapa Kau Sebenarnya?
41
Gadis itu Memikirkanku
42
Gadis itu Tak Menyukai Circle Pertemanan
43
Rambut Gadis itu Hidup
44
Aku Ingin Tahu Semua tentang Gadis Itu
45
Kerjaanku Ngusilin Gadis itu Terus
46
Adik Gadis itu Mengajakku Bermain
47
Aku Berjanji untuk Menjaga Gadis itu
48
Aku Kagum pada Kepedulian Gadis itu
49
Kekuatan Gadis itu Bangkit
50
Aku Telah Kembali ke Tubuh Asliku
51
Gadis itu Masih Diintai
52
Ada Sesuatu yang Terasa Janggal
53
Terima Kasih, Dalian
54
Kau Aman Bersamaku, Gadisku
55
Kita Akan Melewati Ini Bersama
56
Aku ingin menyelamatkan kekasihku, tapi...
57
Aku ingin Lebih Perhatian Padanya
58
Ada Murid Baru Bernama Lio
59
Siapa Sebenarnya Yang Kusayangi?
60
Aku Pria Buruk
61
Aku Ingin Terus Memiliki Momen Ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!