Aku dalam Dua Pria Misterius

Dalian berjalan dengan langkah berat menuju lapangan basket di belakang sekolah ketika di jam kosong. Udara terasa lembap, dan angin sejuk berhembus pelan, mengusap wajahnya yang masih dipenuhi kegelisahan.

Ia menggenggam bola basket erat-erat, seolah benda itu mampu menenangkan pikirannya yang kacau. Lapangan sepi. Hanya ada suara gemerisik dedaunan dan derit tiang basket yang berayun tertiup angin. Dalian memantulkan bola ke tanah, bunyinya menggema, ritmis, mengiringi detak jantungnya yang mulai mereda.

Ia mencoba melepaskan semua pikiran tentang Pak Pandita, tentang Kaya, tentang mimpi yang masih menghantui. Dengan gerakan cepat, Dalian melepaskan tembakan ke arah ring. Bola melayang di udara, berputar, lalu masuk dengan mulus.

Tapi, alih-alih merasa lega, perasaan kosong tetap menguasainya. “Kenapa semuanya terasa begitu rumit?” gumamnya pelan.

Ia menembak lagi, lagi, dan lagi, hingga keringat mengalir di pelipisnya. Namun, rambut hitamnya masih memancarkan kilauan yang indah. Tetapi pikiran tentang Pak Pandita tidak bisa diusir. Sosok itu terlalu nyata, terlalu serupa dengan Kaya, tapi dingin seperti bayangan gelap yang menyusup ke dalam mimpinya.

Saat ia bersiap menembak lagi, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Ia menoleh dan melihat Chelsey berdiri di pinggir lapangan, memandangnya dengan tatapan cemas.

"Masih mikirin guru baru itu?" tanya Chelsey, berjalan mendekat sambil menyeruput teh kotaknya.

Dalian mengangguk pelan. "Ada sesuatu yang aneh tentang dia. Rasanya... dia seperti bukan manusia."

Chelsey menghela napas, duduk di bangku kayu di sisi lapangan. "Dalian, gue tahu elo terganggu. Tapi elo harus berhenti mikirin hal-hal yang nggak jelas. Gue nggak mau sahabat gue makin terpuruk."

Dalian menatap bola di tangannya. "Tapi, Chelsey, dia tahu nama gue sebelum gue menyebutkan. Dan dia bilang gue satu-satunya yang bisa mengingat kejadian itu."

Chelsey terdiam sesaat, lalu menatap Dalian dengan tatapan serius. "Kalau elo yakin ada yang aneh, kita cari tahu bareng. Gue nggak mau ninggalin elo sendirian."

Dalian terkejut, tapi senyum tipis muncul di wajahnya. "Makasih, Chelsey."

Namun, sebelum percakapan mereka berlanjut, Suara langkah kaki lain terdengar lagi, lebih berat, dan kali ini membuat bulu kuduk Dalian meremang ketika langkah kaki itu terdengar semakin cepat. Ketakutan akan diserang sesuatu atau lebih bahaya dari apa yang dia pikirkan.

Kedatangannya langsung menyerobot bola Dalian, "Jangan lengah." Bisiknya.

Dalian terkejut.

Bukan terkejut karena takut tapi melihat sesuatu yang tidak biasa baginya. Seorang siswa cupu. Kehadirannya cukup membuat Dalian terhibur, dia sejenak menahan tawanya.

Penampilannya mencolok dan aneh. Cowok itu mengenakan kemeja putih yang dikancingkan hingga ke leher, dihiasi dasi kupu-kupu merah. Celananya terlalu tinggi, ikat pinggangnya berada di atas perut, rambut hitamnya licin disisir ke belakang, dan kacamata tebal bertengger di hidung. Punggungnya sedikit membungkuk, membawa kesan culun yang kentara.

Ketika permainan berhenti, cowok itu berjalan mendekat dengan langkah kikuk, tapi anehnya penuh percaya diri. "Hai, kalian!" serunya dengan suara riang yang terdengar sedikit canggung. "Boleh ikutan main kan?"

Dalian dan Chelsey saling berpandangan, kebingungan. Dalian mengangguk pelan, masih mencoba memahami kehadiran aneh murid ini. Cowok itu kembali memungut bola basket yang tergeletak di tanah, lalu memantulkannya dengan cara yang canggung.

"Nama gue Karel," katanya sambil tersenyum lebar, menunjukkan gigi yang terlalu putih. "Gue murid baru di sini."

Dalian memperhatikan Karel dengan penuh waspada, namun tak ada tanda-tanda ancaman. "Gue Dalian, dan ini Chelsey," ucapnya singkat.

Tanpa menunggu lebih lama, Karel melempar bola ke arah Dalian, tapi lemparannya melenceng jauh. Dalian menahan tawa, terhibur meski merasa aneh. "Main basket lo parah banget, Karel."

Karel menggaruk kepala, tertawa canggung. "Hehe, maklum, gue lebih sering main catur daripada olahraga."

Namun, ada sesuatu yang membuat Dalian merasa nyaman di sekitar Karel. Mungkin karena sikapnya yang polos dan ramah. Mereka mulai bermain bersama, meskipun jelas Karel tidak memiliki kemampuan bermain basket.

Setiap kali Karel mencoba mencetak poin, dia gagal dengan cara yang konyol, membuat Chelsey tertawa terbahak-bahak. Dengan Dalian marah-marah karena kesal. Tawa mereka memenuhi lapangan membuat Dalian mulai melupakan sejenak kekhawatirannya tentang Pak Pandita.

Permainan berlangsung dengan penuh canda tawa. Karel terus melakukan kesalahan yang tidak terduga, membawa bola tanpa melakukan dribble, terlalu lama mendribble, melempar bola terlalu jauh hingga hampir mengenai pohon di pinggir lapangan.

"Karel, serius deh! Elo itu beneran murid baru atau aktor komedi? Salah mulu" komentar Dalian.

Karel tertawa kecil, mengangkat bahu. "Gue lebih ke murid baru yang pengen bikin teman baru. Kalau harus jadi badut supaya kalian senang, gue nggak keberatan."

"Lo aneh banget!" seru Dalian.

Karel tersenyum lebar, matanya berbinar di balik kacamata tebalnya. "Hidup udah cukup serius, kan? Gue cuma pengen kita semua bisa santai sebentar."

Dalian menatap Karel, masih merasa ada sesuatu yang aneh, tapi entah kenapa, dia merasa tenang. "Karel, lo selalu seceria ini?"

Karel menatap Dalian dengan senyum misterius. "Nggak selalu, tapi gue percaya satu hal: terkadang tawa adalah cara terbaik buat melawan kegelapan."

Matanya menyipit sejenak, seolah ada rahasia yang disembunyikan di balik keceriaannya.

Dalian terdiam, seolah-olah kata-kata itu menyentuh sesuatu yang dalam di hatinya. "Lo nggak sesederhana yang gue kira, ya ternyata?"

Karel hanya mengangkat bahu, lalu berdiri sambil menepuk-nepuk celananya yang berdebu. "Siapa sih yang benar-benar sederhana, Dalian?"

Saat Karel berjalan menjauh untuk mengambil bola yang terlempar jauh, Dalian dan Chelsey saling berpandangan. "Menurut lo, dia aneh nggak sih?" tanya Chelsey sambil menahan tawa.

Dalian mengangguk pelan, tapi kali ini dengan senyuman samar. "Aneh, tapi kayaknya gue butuh orang aneh kayak dia."

Saat Dalian dan Chelsey berniat kembali ke kelas, tubuh Dalian tiba-tiba terasa tidak seimbang sehingga dia hampir saja jatuh.

Sebelum Dalian benar-benar jatuh, Karel dengan sangat cepat langsung datang menolong. Tatapan mata mereka bertaut, dan dalam sekejap suasana di sekitar terasa hening. Dalian menatap Karel yang masih memegang lengannya, merasa aneh dengan kecepatan reaksi Karel.

Seolah-olah Karel sudah tahu Dalian akan terjatuh. "Lo baik-baik aja?" tanya Karel, suaranya terdengar lembut, lebih serius daripada biasanya.

Dalian mengangguk pelan, masih mencoba memahami perasaan aneh yang menggelayut di hatinya. "Iya, cuma pusing dikit."

Chelsey, yang memperhatikan dari samping, mengangkat alis heran. "Cepet banget lo nolongnya, Karel. Lo punya radar atau gimana?"

Karel tertawa kecil, melepaskan pegangan tangannya dengan perlahan. "Kebetulan aja. Refleks."

Namun, ada sesuatu di mata Karel yang membuat Dalian ragu. Tatapan itu terasa familiar—seperti tatapan seseorang yang pernah dia kenal.

"Lo kayak... Kaya," gumam Dalian tanpa sadar.

Karel tersentak, namun segera menyembunyikan keterkejutannya dengan senyuman. "Kaya? Siapa itu?"

Dalian menggeleng pelan, menepis pikirannya. "Nggak, nggak ada. Lupakan aja."

"Yuk balik ke kelas," ajak Chelsey sambil merangkul Dalian. "Gue nggak mau kita kena marah gara-gara kelamaan di sini."

Dalian mengangguk dan berjalan pelan, tetapi pikirannya terus dipenuhi dengan kebingungan. Refleks Karel, tatapannya, bahkan cara dia berbicara. Semuanya mengingatkan Dalian pada Kaya.

Pandita atau Karel nih si Kaya yang sebenarnya? 🤔

Terpopuler

Comments

Afi Afifah

Afi Afifah

dah fix nih, plot-nya nyambung sama si Kaya. Tapi dikasihnya dikit-dikit, bikin pembaca kayak, “PLIS CEPETAN KASIH TAHU.”

2025-04-11

0

Afi Afifah

Afi Afifah

Bola basket adalah tempat curhat lo ya Dal? 🥲🥲 Kalau bisa ngomong, tuh bola udah nangids dengerin isi kepala kamu pasti 😭😭

2025-04-11

0

Afi Afifah

Afi Afifah

Lah, makin curiga. Nih orang terlalu cepat recovery dari shock. Karakter kayak gini biasanya bukan sembarangan.

2025-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Gadis Pemberani tapi Penakut
2 Gadis ini Memiliki Kekuatan Istimewa
3 Gadis ini akan Memberiku Jalan
4 Menuju Dunia bukan Manusia
5 Aku membutuhkan Gadis ini
6 Meski begitu, Aku harus Melindunginya
7 Kekuatan Gadis itu Muncul
8 Rencanaku yang Dihantam Takdir
9 Tumbal untuk Menyelamatkan Kekasihku
10 Aku Berhutang Budi pada Gadis itu
11 Maafku untuk Gadis yang Tak Bersalah
12 Gadis itu Ternyata Masih Ingat
13 Aku dalam Dua Pria Misterius
14 Mengobrol Ringan dengan Gadis itu
15 Ikut Larut dalam Dunia Gadis itu
16 Gadis itu Mencurigai Hadirnya Karel
17 Gadis itu Jutek tapi Peduli
18 Aku Suka Ngusilin Gadis Ini
19 Aku Berakhir di Tubuh yang Lumpuh
20 Gadis itu Mulai Diincar
21 Gadis itu Bersedia Menolong Makhluk Lain
22 Gadis itu Ingin Menyelamatkan Semuanya
23 Hutan Inner Child Bagian dari Kisah
24 Eclipse, Salah Satu Makhluk Terkuat
25 Inner Child Gadis itu Rela Berkorban
26 Gadis itu Berhati Besar
27 Gadis itu Bisa Bicara dengan Bijak
28 Segel Mata Gadis itu Dirusak
29 Aku Mencemaskannya, tapi Aku Tetap Usil
30 Gadis itu Punya Fans
31 Gadis itu Punya Sisi yang Memikat
32 Aku Tidak Suka
33 Gadis itu Mencemaskan Sahabatnya
34 Gadis itu Tak Mau Kuganggu
35 Aku Merasa Sahabatnya Terlalu Baik
36 Aku Harus Membuat Pilihan
37 Gadis itu Merindukanku
38 Aku ada Selama Kau Percaya
39 Aku Harus Mengambil Tubuhku Kembali
40 Siapa Kau Sebenarnya?
41 Gadis itu Memikirkanku
42 Gadis itu Tak Menyukai Circle Pertemanan
43 Rambut Gadis itu Hidup
44 Aku Ingin Tahu Semua tentang Gadis Itu
45 Kerjaanku Ngusilin Gadis itu Terus
46 Adik Gadis itu Mengajakku Bermain
47 Aku Berjanji untuk Menjaga Gadis itu
48 Aku Kagum pada Kepedulian Gadis itu
49 Kekuatan Gadis itu Bangkit
50 Aku Telah Kembali ke Tubuh Asliku
51 Gadis itu Masih Diintai
52 Ada Sesuatu yang Terasa Janggal
53 Terima Kasih, Dalian
54 Kau Aman Bersamaku, Gadisku
55 Kita Akan Melewati Ini Bersama
56 Aku ingin menyelamatkan kekasihku, tapi...
57 Aku ingin Lebih Perhatian Padanya
58 Ada Murid Baru Bernama Lio
59 Siapa Sebenarnya Yang Kusayangi?
60 Aku Pria Buruk
61 Aku Ingin Terus Memiliki Momen Ini
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Gadis Pemberani tapi Penakut
2
Gadis ini Memiliki Kekuatan Istimewa
3
Gadis ini akan Memberiku Jalan
4
Menuju Dunia bukan Manusia
5
Aku membutuhkan Gadis ini
6
Meski begitu, Aku harus Melindunginya
7
Kekuatan Gadis itu Muncul
8
Rencanaku yang Dihantam Takdir
9
Tumbal untuk Menyelamatkan Kekasihku
10
Aku Berhutang Budi pada Gadis itu
11
Maafku untuk Gadis yang Tak Bersalah
12
Gadis itu Ternyata Masih Ingat
13
Aku dalam Dua Pria Misterius
14
Mengobrol Ringan dengan Gadis itu
15
Ikut Larut dalam Dunia Gadis itu
16
Gadis itu Mencurigai Hadirnya Karel
17
Gadis itu Jutek tapi Peduli
18
Aku Suka Ngusilin Gadis Ini
19
Aku Berakhir di Tubuh yang Lumpuh
20
Gadis itu Mulai Diincar
21
Gadis itu Bersedia Menolong Makhluk Lain
22
Gadis itu Ingin Menyelamatkan Semuanya
23
Hutan Inner Child Bagian dari Kisah
24
Eclipse, Salah Satu Makhluk Terkuat
25
Inner Child Gadis itu Rela Berkorban
26
Gadis itu Berhati Besar
27
Gadis itu Bisa Bicara dengan Bijak
28
Segel Mata Gadis itu Dirusak
29
Aku Mencemaskannya, tapi Aku Tetap Usil
30
Gadis itu Punya Fans
31
Gadis itu Punya Sisi yang Memikat
32
Aku Tidak Suka
33
Gadis itu Mencemaskan Sahabatnya
34
Gadis itu Tak Mau Kuganggu
35
Aku Merasa Sahabatnya Terlalu Baik
36
Aku Harus Membuat Pilihan
37
Gadis itu Merindukanku
38
Aku ada Selama Kau Percaya
39
Aku Harus Mengambil Tubuhku Kembali
40
Siapa Kau Sebenarnya?
41
Gadis itu Memikirkanku
42
Gadis itu Tak Menyukai Circle Pertemanan
43
Rambut Gadis itu Hidup
44
Aku Ingin Tahu Semua tentang Gadis Itu
45
Kerjaanku Ngusilin Gadis itu Terus
46
Adik Gadis itu Mengajakku Bermain
47
Aku Berjanji untuk Menjaga Gadis itu
48
Aku Kagum pada Kepedulian Gadis itu
49
Kekuatan Gadis itu Bangkit
50
Aku Telah Kembali ke Tubuh Asliku
51
Gadis itu Masih Diintai
52
Ada Sesuatu yang Terasa Janggal
53
Terima Kasih, Dalian
54
Kau Aman Bersamaku, Gadisku
55
Kita Akan Melewati Ini Bersama
56
Aku ingin menyelamatkan kekasihku, tapi...
57
Aku ingin Lebih Perhatian Padanya
58
Ada Murid Baru Bernama Lio
59
Siapa Sebenarnya Yang Kusayangi?
60
Aku Pria Buruk
61
Aku Ingin Terus Memiliki Momen Ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!