Ternyata pakaian yang pertama dipakai adalah pakaian ala Jepang. Damian bingung kenapa harus memakai pakaian Jepang? Dia bukan keturunan orang jepang, kenapa ibu tirinya membuat konsep baju jepang?
Diihatnya kembali sosok dirinya di cermin. Tapi tidak apa-apalah, yang penting resepsi segera selesai, fikirnya. Pria berbadan kurus itu meminta Damian masuk ke sebuah ruangan studio foto, disini tampak ada beberapa layar dengan background taman bunga sakura.
Tampak kamera sudah siap, juga peralatan lainnya yang mendukung untuk pemotretan, seperti lighting dan sebagainya.
“Anda tunggu sebentar, istri anda belum siap,” kata penata gaya, membuat Damian kesal, kenapa dia yang harus menunggu wanita itu? Meskipun kesal, dia mencoba bersabar, berdiri menatap gambar gambar buat layar itu.
“Silahkan bu, langsung ke sana,” terdengar suara peñata gaya bicara pada seseorang.
“Langsung foto ya?” terdengar suara Hanna.
“Iya. Kamera siap!” terdengar suara peñata gaya.
“Aku harus bergaya bagaimana?” tanya Hanna lagi, sambil berjalan mendekati Damian yang masih melihat gambar bunga sakura itu, acuh meski mendengar suara langkah kaki Hanna dan peñata gaya mendekatinya.
“Baik, ayo kita mulai. Pak, silahkan menghadap kesini,” ucap penata gaya kepada Damian. Damianpun membalikkan badannya dan dia tampak terkejut melihat wanita yang ada di dekatnya, melihatnya tidak berkedip.
“Kenapa kau melihatku begitu? Aku terlihat aneh dengan baju ini kan? Sebenarnya aku tidak mau memakainya tadi, tapi mau bagaimana lagi, biar cepat selesai pemotretannya,” kata Hanna, sambil menyentuh pakaiannya.
Damian tampak masih terkesima, bukan pakaian yang tidak cocok untuk Hanna, hanya saja setelah di tangani tim make up professional yang tentunya sudah dibayar mahal oleh bu tirinya, Hanna menjelma jadi wanita yang sangat cantik.
“Ehem!” Damian berdehem, mencoba menetralkan kekagumannya. Tapi matanya tidak bisa beralih dari wanita cantik ini.
“Ayo kita mulai,” ucap peñata gaya.
“Gaya apa sekarang?” tanya Hanna.
“Kalian berhadapan dan saling memegang tangan, seperti ini,” peñata gaya menyentuhkan tangan Damian ke tangan Hanna.
“Kalian saling menatap, berdiri lebih dekat,” arah peñata gaya.
Hanna dan Damianpun saling mendekat, berhadapan.
“Kurang dekat! Bukankah kalian pengantin baru? Kenapa kalian canggung sekali?” gerutu peñata gaya. Akhirnya Damian dan Hanna berdiri lebih dekat, berpegangan tangan dan saling menatap.
“Oke, bagus! Tahan posisi,” piñata gaya mundur beberapa langkah.
“Ya ya tahan!”
Karena lama masih belum juga terlihat blitz kamera, lama-lama Hanna jadi tertawa. Membuat semua orang melihatnya, termasuk Damian.
“Kau kenapa?” tanya Damian.
“Aku merasa lucu, kenapa kita difoto seperti ini?” jawab Hanna sambil tertawa.
Penata gaya tampak kesal dan menghampiri mereka.
“Jangan bercanda ya, nanti pemotretannya tidak akan selesai selesai,” ucap peñata gaya.
“Ya ya aku tidak akan tertawa lagi,” kata Hanna, mencoba bersikap biasa lagi dan menatap Damian.
“Oke, siap, bagus, foto,” terdengar suara peñata gaya. Tidak lama kemudian Blitz blitz kamera menyala.
“Kita ganti pose,” kata peñata gaya, sambil berjalan mendekat.
“Wanita di depan, pria dibelakang memeluk perut wanitanya,” lanjut peñata gaya. Damian dan Hanna merobah posisi seperti yang diarahkan tapi mereka pose tampak kaku.
“Lebih dekat lagi, kalian tidak bisa perpelukan? Sedikit mesra, kalian aneh sekali,” peñata gaya kembali menggerutu.
“Yang wanita bisa menyandar pada prianya, tangan pria memeluk perut wanita, tangan wanita menopang diatas tangan pria, wanita dan pria saling menatap, buat senyaman mungkin, natural, seperti kalian kalau berpelukan!” kata peñata gaya.
Dalam hati Damian dan Hanna berbicara, kapan mereka berpelukan? Tentu saja peñata gaya tidak tahu kalau mereka belum menikah bahkan bukan pasangan kekasih.
Damian memeluk perut Hanna, yang bersandar di dadanya, tangan Hanna menyentuh tangan Damian.
“Jangan kaku! Memeluk seperti biasa. Aku heran sebenarnya kalian sudah menikah apa belum? Memeluk saja kaku seperti itu. Buat rileks,” peñata gaya terus saja menggerutu.
“Buat kalian nyaman,” ucap peñata gaya lagi.
Hanna mencoba nyaman dipeluk Damian, menempelkan punggunya ke dada Damian, tangan Damian semakin erat memeluknya. Kenapa jantungnya jadi berdebar sekencang ini? Bahkan dia merasa sangat gugup. Bukankah ini pelukan yang sangat mesra, bahkan punggungnya menempel di dadanya Damian, jantungnya berdetak semakin tidak karuan.
“Wanita menatap kearah pria, pria juga sebaliknya!” teriak peñata gaya.
Hanna mendongakkan wajahnya sedikit ke atas, menoleh kearah Damian, yang juga menatapnya.
“Pria menunduk sedikit, supaya lebih dekat.” Perintah peñata gaya.
Damian semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Hanna. Membuat Hanna semakin tidak karuan saja. Meskipun dia sering meihat wajah Damian setiap tidur, tapi tidak dengan saling menatap seperti ini. Posisi semesra ini dengan pria tampan seperti Damian, benar-benar sangat membuatnya gugup. Tidak Hanna, Hanna, jangan menyukai pria ini, uangmu akan hilang. Suara-suara dari alam bawah sadarnya menyadarkannya. Jangan, jangan terbawa suasana seperti ini, jangan biarkan dirimu jatuh cinta padanya. Uangmu akan hilang, uangmu akan hilang…
Hanna pun mencoba menguasai dirinya, mencoba bersikap tenang dan biasa saja.
“Pria lebih dekat lagi pada wanita,” perintah peñata gaya lagi. Melihat posisi mereka apakah sudah pas atau belum.
“Apa? Lebih dekat? Segini masih belum cukup dekat? Itu sama saja Damian akan menciumnya,” batin Hanna, hatinya yang mulai tenang tadi kembali gugup, jantungnya kembali berdetak kencang saat wajah Damian semakin dekat.
“Tahan!” perintah peñata gaya.
Dua pasang mata saling menatap. Saking dekatnya, Hanna bisa merasakan hembusan nafasnya Damian. Tidak seperti yang dirasanya setiap malam jika memeluknya. Dipeluk,ditatap secara sadar, benar-benar memberikan efek yang berbeda, dia benar-benar merasa gugup.
Kembali blitz blitz kamera menyala.
“Cukup. Kita ganti busana!” kata peñata gaya. Damian melepaskan pelukannya.
Hanna diajak peñata rias ke ruang ganti wanita yang tadi. Dia duduk di depan cermin.
“Kau sangat gugup. Kau juga berkeringat, kau merusak make upnya, apa kau sakit?” tanya peñata rias, yang kembali mengolesi make upnya yang dibeberapa bagian rusak karena keringat.
“Maaf, mungkin aku kepanasan,” kata Hanna, beralasan. Padahal tadi dia sangat gugup, hingga berkeringat. Dia masih merasakan pelukannya Damian, sekaan punggungnya masih menempel di dada Damian. Entah kenapa dia jadi berfikir bagaimana kalau ternyata lama-lama dia jatuh cinta pada Damian? Ah tidak mungkin, Damian bukan tipenya, bantinnya. Menepis segala macam fikirannya. Tapi sungguh, pelukan semesra itu membuatnya tidak konsentrasi. Tidak, tidak, jangan menyukai Damian, uangmu hilang, uangmu hilang. Kini suara suara alam bawah sadarnya kembali menyadarkannya.
Beberapa jam kemudian, pemotretan akhirnya selesai. Sepanjang perjalanan pulang, Hanna tidak banyak bicara. Dia sibuk dengan pemikirannya. Dia terus berfikir bagaimana jika kebersamaannya dengan Damian membuatnya jatuh cinta pada pria itu? Bukankah nantinya akan berakhir dengan kesedihan? Dia akan berpisah dengan pria yang dicintainya, hatinya pasti terluka.
Kenapa hal itu baru terfikir sekarang? Dari awal dia sangat yakin kalau dia tidak akan jatuh cinta pada pria asing seperti Damian. Dan kini? Apa dia yakin tidak akan jatuh cinta pada Damian.
Memeluknya saat tidur,saat megigau, tidak memberikan rasa apa-apa, tapi sekarang, pria itu memeluknya dengan mesra, memperlakukannya seperti kekasihnya, benarkah dia tidak akan jatuh cinta padanya?
“Kau kenapa? Kau sakit?” tanya Damian, karena melihat Hanna tidak bicara sepanjang jalan.
“Tidak, aku baik-baik saja,” jawab Hanna, menggeleng lemah, semakin membuat Damian keheranan, tidak biasanya wanita itu bersikap diam seperti itu. Tapi dia tidak banyak bertanya lagi.
Mobilpun berhenti di rumahnya Damian.
“Apa pemotretannya berjalan lancer?” tanya Ny. Sofia, menyambut mereka di ruangtamu.
“Iya,” jawab Hanna, tapi Damian diam saja, terus saja berjalan masuk ke rumah.
“Besok ke butik, melihat baju pengantin!” kata Ny.Sofia, agak berteriak karena Damian terus berjalan menjauhinya.
Hanna menatap Ny.Sofia lalu pada Damian, tapi dia tidak bicara apa-apa, dia takut salah, karena Damian yang diajak bicara tidak menghiraukan ibu tirinya.
Kaki Hanna terus melangkah mengikuti langkahnya Damian, masuk ke kamarnya.
“Ini kamarmu? Luas sekali,” tanya Hanna, matanya mengedar melihat isi ruangan itu. Damian tidak menjawab, dia membuka sepatunya.
“Siapa saja yang tinggal di rumah ini?” tanya Hanna, sambil duduk di sofa yang empuk, seempuk sofa yang diruang tamu itu. Bawaannya dia ingin tidur saja.
“Ada adik seayah denganku, tapi dia jarang dirumah, dia sering hiking bersama teman-temannya,” jawab Damian.
“Hiking? Wah pasti seru sekali. Adikmu pasti pria yang sangat energik,” kata Hanna. Damian tidak menjawab, dia mengambil gelas di atas meja yang dia tuang dengan air putih dan meminumnya.
“Kau tidak punya saudara yang lain?” tanya Hanna, sambil menguap.
“Tidak. Aku mau mandi. Kau juga cepat mandi, sebentar lagi jam makan malam,” ucap Damian, sambil masuk ke kamar mandi.
Hanna tidak menjawab, dia terus saja menguap, akhirnya merebahkan tubuhnya di sofa empuk itu, beberapa menit kemudian, diapun tertidur pulas.
Damian keluar dari kamar mandi dengan handuk piyamanya, dan rambutnya yang basah.
“Kau, cepatlah mandi!” seru Damian. Tidak ada jawaban dari Hanna.
“Cepat mandi. Kita makan. Kau pasti lapar kan?” kata Damian lagi, sambil mengeringkan rambutnya. Masih tidak ada jawaban. Diapun keheranan. Akhirnya mendekati sofa tempat Hanna berbaring, ternyata wanita itu sudah tidur dengan nyenyak.
“Kau benar-benar suka tidur, ya?” gerutunya.
“Banyak saja alasanmu, begadanglah, inilah, itulah, kalau tukang tidur ya tukang tidur saja,” ucap Damian, sambil beranjak memasuki sebuah ruangan khusus pakaian di kamar itu.
**************************
Lanjut besok ya..
Jangan lupa like dan komen
Baca juga "My Secretary" season 2 Love Story in London
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Nielka
baru baca ini haha soalnya duluan abaca cerita nya Jack dan Araaaf baru kesini,suka ceritanya
2022-01-15
0
Katherina Ajawaila
pala ayam Hana ngk boleh nempel yg empuk dikit langsung a j a 👌
2021-11-06
0
Aurora
💖💖💖💖💖💖💖
2021-08-21
1