Pak Indra berdiri menatap wanita yang dia kira istri atasannya itu.
“Nyonya, kita telah mendarat, Nyonya!” panggil pak Indra pada Hanna yang masih tertidur.
“Kau mengganggu tidurku,” jawab Hanna, tidak bergeming.
“Kita sudah mendarat!” kata Pak Indra lagi.
“Aku masih mengantuk,” jawab Hanna.
Pak Indra menoleh pada Damian yang sudah berdiri di pintu.
“Sudah, biar aku yang membangunkannya,” kata Damian, dengan kesal, kenapa wanita itu sangat susah dibangunkan?
Pak Indra mengangguk, diapun keluar pesawat duluan.
Damian mendekati wanita yang masih tertidur itu. Diapun berjongkok.
“Kau kena finalti! Kau harus mengembalikan uangku dua kali lipat,” kata Damian.
“Finalti, finalti apa?” gumam Hanna.
“Finalti 2x lipat menjadi 40M” kata Damian.
“40M, 40M, Ha?” Hanna tiba-tiba langsung bangun.
“Kenapa finaltiku jadi 40M? Bukankah kau yang harus membayar dua kali lipat?” seru Hanna, menatap Damian.
“Tentu saja kau juga harus mengembalikan 2x lipat,” jawab Damian.
“Perasaan disuratnya tidak ada 2x lipat, hanya harus mengembalikan uangmu saja,” jawab Hanna, mengingat ingat surat perjanjiannya.
“Baik kalau begitu, kembalikan sekarang,” kata Damian.
“Tunggu tunggu tunggu. Finalti apa? Kenapa aku kenal finalti?” tanya Hanna.
“Tentu saja karena semalam kau tidak memelukku,semalaman aku tidur dengan gelisah,” kata Damian.
“Semalam? Memangnya aku tidur?’ gerutu Hanna, matanya melirik ke jendela pesawat, terlihat diluar sudah terang. Diapun melongokan kepalanya ke jendela itu, lalu pada Damian yang berdiri menatapnya.
“Ini sudah siang?” tanya Hanna.
“Hem,” Damian mengangguk.
“Berarti belum malam kan?”
“Berarti sudah lewat malamnya!” teriak Damian dengan kesal. Membuat Hanna terus berfikir.
“Sudah lewat? Jadi aku…”
“Ketiduran!” jawab Damian.
“Benarkah? Aku tidak merasa tidur,” gumam Hanna.
“Kau ini memang suka tidur. Bukankah disalon juga kau sudah tidur? Kenapa harus ketiduran lagi. Kau kena finalti. Aku semalaman dihantui mimpi buruk,” kata Damian.
“Benarkah? Aku tidak mendengar kau mengigau,” kata Hanna, dia masih bingung dengan finati ini.
“Berarti kau harus mengembalikan uangku!” kata Damian. Membuat Hanna terkejut dan tersadar akan kesalahannya.
“Jangan! “Serunya.
“Kenapa?” tanya Damian.
“Itu kan tidak sengaja. Di surat pernjajian tidak tertulis kalau pelanggarannya disengaja atau tidak disengaja,” jawab Hanna, membuat Damian terdiam dan berfikir.
“Benarkan?” tanya Hanna sambil tersenyum senang, uangnya masih selamat.
“Sepertinya surat perjanjiannya harus diperbaharui,” kata Damian, lalu membalikkan badannya.
“Ayo turun, kita sudah sampai,” ucapnya sambil meninggalkan Hanna yang tersenyum menang.
“Selamat, selamat, uangku selamat,” gumamnya. Sikapnya tidak luput dari perhatian Damian, tapi dia tidak bicara apa-apa.
Kini mereka sudah berada didalam mobil yang akan membawa Damian ke sebuah gedung perkantoran.
“Apa kau akan langsung bekerja?” tanya Hanna, kepalanya mendekat ke jendela mobil, saat mobil itu memasuki halaman parkir. Damian tidak menjawab.
“Aku belum mandi,” kata Hanna menoleh pada Damian.
“Supir akan mengantar Nyonya ke hotel,” pak Indra yang menjawab.
Damian hanya melirik sebentar pada Hanna. Kenapa tadi tidak cepat bagun dan mandi, wanita ini sangat merepotkan, batinnya.
Setelah Damian dan pak Indra masuk gedung, Hanna diantar supir menuju hotel yang tidak jauh dari gedung perkantoran itu.
Hanna sudah mandi dan berdandan, diapun duduk dipinggir tempat tidur. Dia bingung harus mengerjakan apa. Lagi-lagi membuka Hpnya, lama-lama membosankan. Hem diapun teringat, bukankah dia sedang ada di Paris? Berarti disini tempat wiasata menara Eiffel. Hem kenapa dia tidak kesana saja? Akhirnya Hanna menggunakan taxi meninggalkan hotel itu, menuju tempat wisata menara Eiffel.
Seharian ini dia berjalan jalan ditempat wisata ini sendirian, juga mengunjungi toko yang menjual cindramata. Dilihat lihatnya isi toko itu, siapa tau ada yang cocok untuk dia beli. Hingga matanya tertuju pada sebuah kacamata. Hannapun memilih milih kacamata itu. Diambilnya sebuah kacamata pria.
“Sangat bagus,” gumamnya. Tapi dia bingung harus mencoba pada siapa kacamata itu. Lewatlah seorang pria tampan berbadan tinggi proporsional.
Hanna langsung memanggilnya.
“Tuan, apakah anda bisa membantu saya?” tanyanya dalam bahasa Inggris.
Pria itu menoleh dan mengerutkan keningnya.
“Aku akan membeli kacamata, tapi aku belum tau itu cocok atau tidak,” kata Hanna.
Pria itu tersenyum dan mengangguk. Hannapun mencoba kacamata itu, dan melihatnya.
“Hem ternyata tidak cocok,” gumamnya, lalu dipilihnya kacamata yang lain beberapa kali. Untungnya si pria itu sangat ramah dan baikhati, dia mau beberapa kali mencoba kacamata yang dipilih Hanna. Akhirnya ditemukanlah yang cocok.
“Ini cocok, terimakasih ya Tuan,” ucap Hanna pada pria itu, yang tidak bicara apa-apa lagi, keluar dari toko itu.
Setelah seharian berjalan-jalan dan hari pun mulai gelap. Hanna pun berniat akan kembali ke hotel. Tiba-tiba dia tersadar. Dia tinggal di hotel apa? Damian sedang berada di perkantoran apa? Nama jalannya saja tidak tahu. Tadi dia hanya naik taxi minta diantar ke tempat wisata menara Eiffel. Aduh bagaimana ini?
Hanna mencoba bertanya pada pengunjung lain yang tentu saja tidak tahu karena mereka juga baru menginjakkan kakinya di Paris. Mau menelpon Damian atau pak Indra, dia tidak tau nomor mereka.
Kemudian terbersit untuk mencari hotel yang lain saja, apalagi dia kan punya uang, jadi pasti mampu untuk membayar hotel mewah sekalipun.
Akhirnya Hanna duduk di sebuah kursi panjang, di depannya masih banyak yang berlalu lalang meskipun hari sudah mulai gelap, lampu lampu dijalanan sudah mulai dinyalakan.
Tiba-tiba matanya melihat pria yang tadi mencoba kacamata itu.
“Tuan! Tuan, kau kan yang tadi membantuku membeli kacamata?” serunya, menghampiri pria itu, yang langsung menatapnya dan tersenyum.
“Benar,” jawab pria tampan itu.
“Apakah anda bisa membantu saya lagi?” tanyanya pada pria itu.
“Tentu,” jawab pria itu.
“Aku kesulitan untuk kembali ke hotelku,”kata Hanna, membuat pria ini mengerutkan kening, keheranan.
“Kenapa?” tanyanya.
“Aku lupa nama Hotelku menginap,” jelas Hanna.
“Bisa kau ingat-ingat ciri-ciri Hotel itu?” tanya pria itu, sambil melirik pada kursi yang tadi Hanna duduki.
“Bagaimana kalau kita duduk dulu disana. Coba kau ingat ingat seperti apa Hotelnya, mungkin aku bisa bantu,pokoknya apa saja yang kau ingat,” kata pria itu, sambil berjalan menuju kursi panjang itu diikuti Hanna.
Hanna tampak kebingungan, masalahnya dia tadi tidak melihat ciri-ciri hotel itu.
“Entahlah aku lupa, aku baru tiba terus kesini dengan taxi,” jawab Hanna.
“Sulit kalau begitu. Bagaimana dengan nama jalannya? Mungkin kau tau nama jalannya,” tanya pria itu.
Lagi-lagi Hanna menggeleng.
“Oh ya perkenalkan namaku Dave,” kata pria itu, mengulurkan tangannya, disambut hangat oleh Hanna.
“Aku Hanna,” jawab Hanna.
“Baik Hanna, kenapa kau tidak menelpon salah satu temanmu? Kau tidak datang sendirian kan kesini?” tanya Dave.
“Aku tidak punya nomornya,” jawab Hanna. Dave pun terdiam.
“Nama hotel tidak tahu, nama jalan juga tidak tahu, nomor telpon teman juga tidak ada,” ucap Dave, kebingungan.
“Kau tidak bilang pada temanmu kau akan kesini?” tanya Dave. Lagi-lagi Hanna menggeleng.
Tiba-tiba percakapan mereka terhenti saat ada sosok bersuara menegurnya.
“Sedang apa kau kesini?” tanya suara itu, membuat Hanna dan Dave menoleh kearah suara. Senyum senang tersungging di bibir Hanna saat melihatnya.
“Damian!” serunya, sambil menoleh pada Dave.
Damian menatap Hanna, tampak raut muanya sedang kesal.
Hannapun berdiri begitu juga Dave. Damian menatap Dave dengan tatapan tidak suka.
“Sepertinya temanmu datang!” seru Dave, menoleh pada Hanna.
“Aku suaminya, bukan temannya,” ucap Damian, membuat Dave terkejut. Tadi Hanna tidak bilang kalau dia kesini dengan suaminya, bahkan tidak tau nomor yang bisa dihubunginya. Bagaimana mungkin Hanna tidak tau nomor suaminya?
Dave menoleh pada Hanna.
“Baiklah Hanna, senang kau bisa kembali bertemu dengan suamimu. Aku pergi dulu, sampai jumpa,” ucap dave.
“Iya, terimakasih Dave!” ucap Hanna. Dave pun pergi meninggalkan mereka berdua.
Hanna menatap Damian yang wajahnya masih ditekuk.
“Tadi aku mau pulang tapi aku lupa nama Hotelnya dan aku tidak tau nama jalannya,” kata Hanna. Damian tidak menjawab.
“Kenapa kau bisa tahu aku ada disini?” tanya Hanna.
“Ayo pulang,” ajak damian, dia tidak menjawab pertanyaan Hanna.
Hannapun tidak bicara apa-apa lagi, dia langsung saja mengikuti langkah Damian, berjalan menjajarinya. Merkapun langung kembali ke Hotel.
“Apa kau tidak bisa berhenti membuat ulah?” tanya Damian setibanya di kamar mereka. Berdiri melipat kedua tangan di dadanya, menatap Hanna, yang duduk di sofa.
“Aku tidak bermaksud membuat ulah, aku hanya bosan dikamar lalu jalan-jalan, itu saja,” kata Hanna.
“Bukankah kau bisa memberitahuku dulu atau pak Indra,” kata Damian.
“Aku tidak tau nomormu atau nomor pak Indra,” jawab Hanna.
“Mana handphonemu?” tanya Damian.
“Mau apa menanyakan hpku?” Hanna balik bertanya.
Damian langsung meriah tasnya Hanna.
“Hei, kau mau apa?” tanya Hanna. Damian tidak menjawab, dia mengambil handphone Hanna dari tas itu, lalu mengetikkan sesuatu disana. Beberapa detik kemudian, Hp dikembalikan pada Hanna, yang langung menerimanya.
“Itu nomor handphoneku,” kata Damian.
“Jadi tidak ada alasan kau tidak tau nomor handphoneku,”lanjut Damian.
“Iya. Eh bagaimana kau bisa tahu aku kesana?” tanya Hanna.
“Semua orang juga akan berfikir ketempat itu,” jawab Damian, lalu berjalan menuju tempat tidur dan membuka sepatunya.
Hanna membuka tasnya, memberikan sesuatu pada damian.
“Apa itu?” tanya Damian, menatap pada kotak kacamata yang dipegang Hanna.
“Aku membeli kacamata buatmu, coba kau pakai,” jawab Hanna sambil membuka kotak itu, mengeluarkan kacamata itu dan memakaikannya pada Damian yang segera menolaknya.
“Aku tidak mau kacamata murahan seperti itu,” tolak Damian, tidak mau memakai kacamata itu.
“Ayolah, dicoba dulu, tadi Dave memakainya sangat bagus,” ucap Hanna, memaksa.
“Dave ? Siapa dave?” tanya Damian.
“Itu pria yang tadi bersamaku itu, namanya Dave,” jawab Hanna, diapun kembali memaksa Damian memakai kacamata itu.
“Aku tidak mau!” tolak Damian.
“Ayolah dicoba,” ucap Hanna, sambil menarik Damian ke depan cermin dan memakaikan kacamata itu.
“Tuh baguskan? Cocok untukmu!” kata Hanna.
“Tidak, ini sangat kampungan,” keluh Damian.
“Tidak, itu bagus, harganya juga murah,” jawab Hanna.
“Kau membelikanku kacamata murahan?” tanya Damian.
“Tidak murahan. Itu bagus tapi harganya murah. Bukan murahan,” jawab Hanna.
Damian melepas kacamata itu dan mengyimpannya diatas meja.
“Aku tidak mau!” ucapnya.
“Kau ini. Aku sudah perhatian padamu, kau menolaknya,” protes Hanna.
“Aku tidak butuh perhatianmu,” ucap Damian.
“Kau ini, jangan lupa kau pakai ya,” pinta Hanna. Damian tidak bicara apa-apa lagi, dia masuk ke kamar mandi.
Selama Damian di kamar mandi, Hanna berbaring di sofa, membuka buka hpnya melihat lihat hasil foto tadi di tempat wisata.
Tibat-tiba terdengar suara Damian mengagetkannya.
“Cepat mandi, aku mau istirahat, kau punya kerjaan, jangan banyak alasan lagi,” kata Damian.
“Kau kalau mau tidur, tidur saja, nanti kalau kau mengigau aku baru memelukmu,” jawab Hanna masih melihat hpnya.
“Kenapa begitu?” Damian masih berdiri menatap Hanna.
“Kau sendiri yang bilang, dalam keadaan sadar kau tidak mau memelukku. Jadi nanti kalau kau mengigau kau boleh memelukku,”jawab Hanna.
“Kau ini, banyak alasan, aku mau tidur!” gerutu Damian, sambil naik ke tempat tidur.
“Apa kau tidak makan malam?” tanya Hanna.
“Aku sudah makan, kalau kau mau makan, makan saja sendiri. Jangan lama-lama., kalau aku mengigau nanti kau tidak tau. Tidak ada alasan lagi, kau akan kena finalti, dan kau tidak jadi membeli rumahmu itu,” ancam Damian, sambil menarik selimutnya.
“Iya, aku tau,kau tidur saja, nanti aku makan dikamar saja, sambil menunggumu tidur,” jawab Hanna, kembali melihat handphonenya.
***************
Lanjut besok ya…ceritanya enteng enteng aja, author tidak mau yang ribet-ribet, cos novel
satu lagi “My Secretary” banyak konflik, jadi yang ini isinya yang ringan ringan saja.
Jangan lupa like dan komen ya meskipun komennya lanjut lanjut juga tidak apa-apa hahhaha…
Baca juga karya author yang lain yuk, “ My secretary” sudah season 2.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Ririn
nah iya my secretary terlalu berat dan rumit terpaksa kabur dari situ
2022-03-09
0
Riska
yg romantis dikit ...
2022-01-10
0
riyu
beralih kesini..yg ceritanya udah tomattt..jadi biar gak kegantung nunggu in upppp terusss hehe..sipp ceritanya ringan...cucok nemenin weekend
2021-10-22
0