Billionaire Bride
Angin terasa berhembus kencang saat Damian menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan area pantai. Dibiarkannya atap mobil mewahnya terbuka, mobil menyusuri jalan beraspal yang meliuk liuk.
Hari ini asistennya tidak bisa menemaninya, dia sedang sibuk mengurus pekerjaan lainnya. Jadi terpaksa dia sendirian meninjau lokasi pantai yang akan dijadikan tempat wisata itu.
Sepanjang jalan yang dia lalui, sangat sepi, hanya satu dua mobil saja yang melewati maupun berpapasan, padahal jalan menuju pantai ini sudah beraspal dengan licin.
Dari kejauhan terlihat seseorang berbaju putih berdiri dipinggir jalan, melambai lambaikan tangannya pada mobil yang lewat didepannya, tapi mobil itu tidak berhenti. Dia juga sama dia tidak menyukai siapapun yang akan menumpang di mobilnya, sangat membuang-buang waktunya, dan dia tidak suka diganggu hal hal yang tidak penting.
Saat melewati wanita itu, Damian pun melewatinya meskipun wanita itu sudah mencoba menyetop mobilnya. Dikaca spionnya terlihat bermunculan orang orang yang sepertinya mengejar wanita itu. Wanita itu tampak kebingungan dan berlari mengejarnya.
“Tuan, Tuan, apakah aku bisa menumpang! Tuan!” teriaknya dengan panik, dia berlari tanpa alas kaki dijalanan beraspal mengejar mobilnya.Damian mengabaikankan.
Wanita itu terus berlari sambil mengangkat gaun pengantinnya. Terlihat orang orang semakin kecang mengejarnya. Sepertinya keluarganya, fikir Damian.
“Hanna! Hanna! Kembali nak! Jangan pergi!” terdengar teriakan orang orang memanggilnya Hanna.
Gadis itu terus saja berlari, dibiarkannya gaun pengantinnya tampak kotor terkena daun daun kering yang menempel.
“Tuan! Tuan! Tolong saya Tuan!” Hanna masih memanggil manggil Damian yang tidak menghiruakannya. Diapun menghentikan langkahnya. Kakinya sudah mulai terasa sakit karena terus berlari dari kejaran oang-orang. Dilihatnya di belakang orang orang semakin mendekat, diapun kembali berlari meskipun sudah lelah.
Damian masih melihat kaca spionnya, dia masih memperhatikan wanita itu yang dikejar kejar banyak orang. Ternyata meskipun dia menjalankan mobilnya, wanita itu masih berlari menjauhi orang-orang yang mengejarnya. Akhirnya dia menghentikan mobilnya, lalu memundurkannya dengan jarak lumayan jauh dan berhenti di pinggir wanita itu.
“Tuan! Bisakah anda menolong saya? Bolehkah saya menumpang?” tanya Hanna, sedikit menundukkan kepalanya menatap Damian.
“Masuklah,” jawab Damian tanpa menoleh. Senyum lebar langsung mengembang di bibirnya Hanna, diapun segera masuk ke mobil itu. Dia kembali menoleh pada orang-orang yang mengejarnya yang semakin dekat, Damian melihatnya di kaca spion, diapun segera melajukan mobilnya menjauh dari kejaran orang-orang itu yang melambai lambaikan tangannya memanggil Hanna.
Selama perjalanan tidak ada yang berbicara, baik Damian maupun Hanna. Damian termasuk tipe yang tidak banyak bicara dan pembawaannya serius, dia sama sekali tidak peduli dengan wanita yang disampingnya, dia hanya memberikan tumpangan saja.
Hanna membersihkan gaun pengantinnya dari daun daun kering yang menempel di gaunnya. Dia juga tidak menggunakan alas sepatu, sepatu pengantinnya dia lepas dijalan tadi.
Lama perjalanan sudah lebih dari satu jam, tapi wanita yang disampingnya ini tidak juga bicara dia akan turun dimana, akhirnya Damian bertanya.
“Kau akan turun dimana?” tanya Damian.
“Mm nanti sebentar lagi,” jawab Hanna. Akhirnya Damian diam.
Setengah jam kemudian, ternyata Hanna masih tidak minta turun juga.
“Kau akan turun dimana?” tanya Damian lagi.
“Mm nanti sebentar lagi,” jawab Hanna. Membuat Damian kesal, kenapa wanita ini tidak juga turun dari mobilnya. Saat dia akan bicara lagi, handphonenya bordering, diapun menjawab telponnya dengan handsfreenya. Mobilpun melaju semakin jauh kearah kota.
Sepanjang jalan Damian terus saja berbicara di telpon. Telpon ditutup langsung ada panggilan yang masuk, begitu terus menerus.
“Pak Damian, anda sudah ditunggu, keluarga besar anda dan tamu tamu sudah hadir,” kata suara di sebrangsana.
“Ya, ya aku sudah diparkiran,” jawab Damian, yang segera memarkirkan mobilnya dihalaman sebuah hotel berbintang yang sudah dihiasi lampu lampu, ternyata hari sudah gelap.
Damian mematikan hpnya lalu turun dari mobil, dia baru ingat kalau ada wanita yang menumpang di mobilnya.
“Pak Damian!“ panggil seseorang di teras gedung. Damian segera menghampiri pria muda tampan berkacamata itu. Merekapun memasuki gedung.
Di dalam gedung sudah berkumpul banyak orang, kehadiran Damian membuat mereka menoleh dan menyambutnya bersalaman.
Seorang pria paruh baya menghampiri Damian.
“Pak Damian, semua sudah siap, anda tinggal memotong tumpengnya,” ucap pria itu.
“Baik,pak Indra,” jawab Damian.
Seorang wanita cantik berumur dengan gaun bling blingnya yang mewah menghampiri.
“Kenapa kau lama sekali, semua tamu sudah menunggumu, kau hampir membuatku malu,” ucapnya.
“Terimakasih ibu tiriku, kau memang sangat perhatian padaku,” jawab Damian dengan ketus, mengacuhkan wanita itu, melewatinya begitu saja. Membuat wanita yang disebut ibu tiri itu tampak kesal.
Acarapun segera dimulai, Damian memotong tumpeng itu sebagai peresmian proyek real estate perusahaannya yang baru. Terdengar tepuk tangan yang meriah di ruangan itu, tiba-tiba suasana berubah hening, saat muncul ke dalam gedung, seorang wanita dengan gaun pengantinnya yang indah menutupi kakinya.
Semua mata memandangnya, menatap pengantin wanita itu. Pengantin siapakah ini?
Hanna tampak bingung menatap semua orang dalam ruangan itu, yang menatapnya.
Tiba-tiba seorang satpam datang menghampiri Damian.
“Maaf Pak, istri anda ketinggalan di mobil, maksudnya istri anda mencari anda,” ucap satpam.
Mendengar ucapan dari satpam itu sontak membuat semua orang terkejut, lebih-lebih Damian. Kenapa dia lupa kalau dia membawa seoang wanita di mobilnya? Tapi ucapan satpam itu lebih mengejutkan lagi, istrinya?
Suasana ruangan langsung heboh.
“Damian sudah menikah!” teriak Dave, teman Damian.
“Kau, kenapa kau tidak mengabari kami?”
“Kau bilang mau meninjau pulau wisata, ternyata kau menikah di pulau itu!”
“Kau sangat keterlaluan Damian!”
“Kau merahasiakan pernikahanmu dari kami!”
“Benar-benar brengsek Damian! Kau menikah tidak mengundangku!”
“Bahkan kau tidak mengadakan pesta bujang. Benar-benar keterlaluan!”
Berbagai reaksi teman- temannya membuat suasana semakin ramai.
Merekapun menyalami Hanna yang kebingungan. Tanpa bicara apa-apa dia hanya tersenyum dan menerima ucapan selamat itu.
“Apa ini Damian? Kau menikah diam-diam? Kau tidak mengundang keluarga besar kita? Kau keterlaluan!” gerutu ibu tirinya, menatap Damian.
“Atau kau merencanakan sesuatu?” tanya ibu tirinya lagi, tapi Damian tidak menjawab.
Damian tampak bingung dengan kondisi ini. Semua tamu berdatangan memberikan selamat padanya. Membuatnya semakin stress. Bagaimana cara dia mengklarifikasi kalau wanita itu bukan istrinya? Bahkan namanya saja dia tidak tahu.
Music mulai diperdengarkan di ruangan itu, para tamu-tamu menikmati hidangan. Teman-teman Damianpun bersenda gurau mengelilingi Damian.
Damian melihat pengantin wanita itu hanya berdiri saja dengan bingung, mengedarkan pandangannya kesemua ruangan.
“Tunggu sebentar,” ucap Damian pada teman-temannya. Diapun menghampiri Hanna, yang langsung menatapnya.
Damian menarik tangan Hanna, menuju sebuah lorong, keluar dari ruangan itu.
“Kau, kenapa kau merusak acaraku?” tanya Damian dengan kesal.
“Kanapa kau tiba-tiba masuk kesini?” tanya Damian lagi.
“Lapar,” jawab Hanna.
“Apa?” Damian terkejut mendengar jawaban Hanna.
“Aku lapar, dari kemarin aku belum makan.” jawab Hanna.
“Apa?” Damian semakin terkejut.
“Aku lapar,” ucap Hanna lagi.
“Kakiku juga kedinginan,” lanjut Hanna. Damian menoleh ke bawah.
Hanna mengangkat gaunnya, terlihat kakinya yang kotor tanpa sepatu.
Damian menghela nafas panjang, menepuk keningnya.
“Baiklah, kau bisa makan disana,” ucap Damian. Tanpa menunggu Damian lagi, Hanna langsung kembali ke dalam ruangan acara, menuju meja-meja makanan.
Dipun langsung mengambil piring, diisinya dengan banyak makanan dan memakannya dengan lahap, dia benar-benar kelaparan, tidak dipedulikannya beberapa orang mengerutkan kening melihat cara dia makan.
Sikapnya itu tidak lepas dari perhatian ibu tirinya Damian. Dia terus memperhatikan gerak gerik Hanna yang senang makan dengan lahapnya. Seorang gadis cantik menghampiri ibu tiri Damian.
“Damian benar-benar aneh, dia memilih wanita tidak berkelas menjadi istrinya,” ucapnya.
“Darah ibunya lebih kental, darah orang miskin!” umpat ibu tirinya Damian, lalu diapun pergi diikuti gadis tadi.
Hanna merasakan perutnya sudah kenyang, lega rasanya, dari kemarin dia tidak makan, karena sengaja mogok makan untuk menolak pernikahannya.
Dilihatnya Damian sibuk dengan teman-temannya, diapun menuju sebuah kursi dan duduk disana. Perut kenyang, udara dingin ber Ac, membuatnya mengantuk, menguap beberapa kali dan tertidur.
Setengah jam kemudian, pak Indra mendekati Damian, yang duduk duduk dengan temannya.
“Maaf Pak, istri anda tertidur, di kursi apa tidak sebaiknya anda memindahkannya ke kamar?” bisik pak Indra, membuat Damian terkejut. Diapun menoleh pada Hanna yang tertidur, bersandar ke tembok. Hatinya menjadi jengkel, kenapa memberi pertolongan pada gadis ini malah jadi merepotkannya?
“Ya kau pindahkan saja,” kata Damian dengan enteng, dan kembali bicara dengan teman- temannya sambil bersenda gurau.
“Maaf Pak, maksud anda saya yang harus memindahkannya?” tanya Pak Indra, masih berdiri disamping Damian.
“Iya, siapa lagi?” gerutu Damian dengan kesal.
“Tapi Pak, diakan pengantin anda,” jawab pak Indra, membuat Damian tersadar. Diapun berhenti bicara dan menoleh pada Hanna yang masih teridur.
Teman-temannya langsung menoleh kearah kepala Damian menoleh.
“Istrimu tidur, Damian! Kasihan, dia kelelahan,” kata temannya.
“Ya kau pindahkan dulu, nanti gabung lagi sama kita,” kata yang lainnya.
“Iya, kau bawa dulu ke kamar, atau kau lanjutkan juga tidak apa-apa, tidak usah gabung lagi haha..” Teman-temannya langsung menggodanya.
Damian benar-benar kesal dengan wanita yang merepotkan ini. Mau tidak mau akhirnya dia bangun, mendekati Hanna, dibiarkannya teman-temannya terus menggodanya.
Damian menatap wanita itu, yang namanya saja dia tidak tau, sekarang malah orang-orang mengira dia menikah dengan wanita itu, benar-benar membuatnya pusing.
Pak Indra menghampirinya.
“Pak, anda tidak lupa kan pagi nanti kita harus sudah terbang?” ucap pak Inda.
“Iya, kau sudah menyiapkan semuanya?” tanya Damian.
“Sudah, semua sudah siap, anda tinggal berangkat besok pagi-pagi sekali,” jawab pak Indra.
Damian tidak bicara apa-apa lagi. Diapun mulai mengangkat tubuh Hanna dari kursi, badan wanita itu terasa berat. Dia membawanya ke lift menuju kamarnya.
******************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Dian Susantie
udh lama masuk ke fav.. tp baru sempet baca.. 🤭🙏🏼
2022-04-16
0
soonia
nyimak
baca, like, komen 👍
2022-02-17
1
Lia Santy
nyimak
2022-02-03
0