Mobil Damian berhenti di depan sebuah studio besar, terlebih dahulu mobilnya Bima dan Andini sudah sampai disana.
Damian melirik pada wanita disampingnya itu yang tertidur pulas. Dia mengerutkan keningnya, apa dia tidak salah dengar? Wanita itu mendengkur? Ya ampun, emang dia secapek apa sampai tidur mendengkur begitu?
“Hanna! Hanna! Bangun! Tidak bisakah kau tidur dengan tidak mendengkur?” Damian menggoyang goyang bahunya Hanna. Hanna sama sekali tidak bangun dari tidurnya, dia benar-benar tidur nyenyak. Dilihatnya Bima menghampiri mobilnya, mungkin keheranan karena dia tidak turun turun dari mobil.
“Aduh bagaimana ini? Kalau orang lain tahu kau mendengkur, itu sangat memalukan, masa aku menikahi wanita yang tidurnya mendengkur? KAu menjatuhkan harga diirku saja,” gerutu Damian. DIlihatnya Bima Semakin mendekat. Dengkuran Hanna masih belum juga hilang.
Tok tok tok.. Bima mengetuk pintu kaca disebelah Hanna.
“Haduh bagaimana ini?” gumam Damian. Masa dia harus menyumpal mulut Hanna dengan tisu?
Tok tok tok … Jendela kembali diketuk.
“Pak, kita sudah sampai,” terdengar suara Bima diluar mobil.
Akhirnya Damian, meraih tubuh Hanna supaya menghadapnya dan memeluknya dengan erat ke dadanya supaya dengkuran Hanna tidak terdengar. Setelah Hanna dalam pelukannya, dia memeluknya dengan erat, benar-benar erat supaya suara dengkuran itu tidak terdengar.
Tok tok tok! Bima kembali mengetuk kaca mobil.
Damian segera membuka kaca mobilnya.
“Pak, kita sudah sampai, ini studionya,” kata Bima, sedikit melongokkan kepalanya ke dalam mobil, dilihatnya Damian sedang memeluk istrinya.
“Istriku agak mabuk, bisa tunggu sebentar?” kata Damian, pelukannya semakin erat, saat Hanna bergerak dan mengeluarkan dengkurannya lagi.
“Baiklah, langsung ke fitting room saja,” kata Bima.
Damian mengangguk. Bima pun segera pergi. Karena Damian memeluknya terlalu keras, membuat Hanna susah bernafas dan dia berontak dari tidurnya.
“Oek oek, ugh ugh!!” Hanna terbatuk batuk, karena sesak nafas, tangannya reflex mendorong tubuh Damian dengan keras, sampai pelukan Damian terlepas.
“Apa yang kau lakukan?” teriak Hanna, menatap Damian sambil terbatuk batuk.
“Kau mau membunuhku? Apa salahku padamu?” teriak Hanna dengan suara kencang. Karena kaca mobil yang terbuka, teriakan Hanna terdengar keluar dan membuat orang yang mendengar sekitar parkiran menghentikan langkahnya menoleh kearah mobil Damian.
“Kenapa kau ingin membunuhku?” teriak Hanna lagi. Menyebabkan orang-orang mulai berkerumun.
“Ada yang mau dibunuh,” kata salah seorang.
“Benarkah?”
“Iya wanita yang di mobil itu berteriak teriak akan dibunuh!”
“Cepat, cepat panggil satpam!” orang orang diluar mulai berspekulasi. Damian yang melihat orang-orang berkerumun melihat kearah mereka, jadi gugup.
“Siapa yang akan membunuhmu?” tanya Damian.
“Bukankah kau tadi membekapku? Kenapa kau ingin membunuhku? Apa kau psikopat?” teriak Hanna lagi yang tubuhnya menghadap Damian jadi tidak memperhatikan kalau orang orang diluar semakin banyak.
Dua orang satpam dan beberapa pria berlari kearah mobil mereka.
“Hei! Hentikan! Jangan berbuat criminal!” teriak satpam.
“Nona! Nona! Apa kau baik baik saja?” tanya yang lain.
Seorang satpam langsung melongok ke kaca jendela mobil.
“Nona kau baik-baik saja?” tanya satpam itu pada Hanna, yang kini jadi kebingungan.
“Dia..dia..” ucap Hanna kebingungan harus jawab apa, tangannya menunjuk nunjuk pada Damian.
Sedangkan Damian mengibas ngibaskan tangannya.
“Tidak, tidak, ini salah faham,” kata Damian.
“Pak, sebaiknya kau keluar,” kata seorang pria yang sudah ada di jendela sebelah Damian. Terpaksa Damian keluar dengan wajah memerah. Bingung, gugup, malu, dilihat semua orang, jadi tontonan orang. Hannapun keluar dari mobil.
“Apa orang ini melukaimu?” tanya satpam pada Hanna, sambil menunjuk Damian.
“Dia..dia mendekapku sampai aku sesak nafas,” ucap Hanna dengan wajah pucat.
“Kau salah faham sayang, aku tadi memelukmu,” kata Damian.
“Memeluk? Tapi aku sampai tidak bisa bernafas,” ucap Hanna, bingung dengan alasan Damian.
“Ini hanya salah faham bapak bapak, kami pengantin baru, kami baru menikah, kesini mau foto buat resepsi,” jelas Damian, mencoba meluruskan.
“Tapi kenapa kau memelukku seperti itu sampai aku tidak bisa bernafas?” tuding Hanna.
Damian mendekati Hanna dan meraih kedua tangannya.
“Sayang, kau salah faham, aku tadi hanya memelukmu, mungkin pelukanku terlalu kuat sampai kau merasa sesak, sungguh aku minta maaf. Sayang, aku mencintaimu, aku minta maaf,” kata Damian, menatap wajah Hanna.
Mendegar pengakuan Damian membuat semua kebingungan.
Damian menarik Hanna ke pelukannya dan mencium keningnya, mencoba meyakinkan orang orang disana. Mendapat pelukan dan ciuman dari Damian, membuat Hanna terkejut bukan main. Jantungnya benar-benar berhenti berdetak. Pria itu memeluk dan menciumnya dalam keadaan sadar, ditambah ungkapan cintanya Damian, benar-benar membuat Hanna panas dingin.
Seorang pria keluar dari studi foto.
“Ada apa ini?” tanyanya pada satpam karena melihat Damian dan Hanna dikerumuni orang-orang.
Damian langsung menoleh pada pria itu yang tiada lain adalah Bima.
“Dia tahu kalau kita pasangan menikah, kita akan membuat foto bersamanya,” ucap Damian, menunjuk pada Bima yang keheranan.
“Benar, ini tamuku, mereka mau foto untuk resepsi,” ucap Bima, meskipun tidak begitu jelas ada permasalahan apa.
“ Oh.. maaf sepertinya ada kesalah fahaman. Tadi kami mendapat laporan mau ada percobaan pebunuhan,” kata satpam.
“Pembunuhan? Mereka akan berfoto untuk resepsi. Mana mungkin bunuh bunuhan,” ucap Bima, dia juga jadi ikut bingung.
“Ya sudah memang sepertinya salah faham, saya minta maaf,” ucap satpam, diikuti yang lain. Orang-orangpun segera dibubarkan.
Bima menatap Damian dan Hanna.
“Mari Pak, Bu, kita masuk,” ajak Bima.
Damian melirik pada Hanna.
“Ayo, sayang,” ucap Damian, tersenyum manis pada Hanna dan memeluk pinggangnya, berusaha romantis di depan banyak orang yang memperhatikan mereka.
“Ya, ayo,” ucap Hanna dengan gugup, mendapat perlakuan manis Damian, membuat jantungnya berdegup kencang.
Merekapun masuk ke studio, memasuki ruang tunggu, barulah Damian melepaskan tangannya dari pinggang Hanna. Wajahnya langsung berubah masam, setelah Bima masuk ke ruangan lain.
“Kau membuat keributan saja. Hampir saja aku celaka,” maki Damian.
“Siapa yang membuat keributan? Kau memang membuatku sesak bernafas. Aku tidak percaya apa kau benar-benar memelukku?” tanya Hanna, menatap Damian.
“Dengar, aku juga terpaksa memelukmu, karena kau mendengkur sangat keras. Aku memelukmu supaya tidak terdengar oleh Bima, dengkuranmu membuat aku malu. Masa pengantin wanitaku mendengkur seperti itu?” jelas Damian.
“Benarkah? Aku mendengkur keras?” tanya Hanna.
“Tentu saja, untung kau bukan benar-benar istriku. Kalau benar, haduh, aku pasti tidak akan bisa tidur karena dengkuranmu,” keluh Damian.
“Kau yakin?” tanya Hanna, dia malah menggoda Damian.
“Apa maksudmu kau yakin?” tanya Damian dengan jengkel.
“Kau yakin tidak bisa tidur bersamaku? Bukankah kau setiap malam memelukku?” kata Hanna, tersenyum menggoda.
“Itu kan berbeda,” elak Damian.
“Berbeda apanya?” tanya Hanna, tersenyum tengil, membuat Damian semakin sebal melihatnya.
“Itu karena aku tidak sadar. Aku memelukmu dalam keadaan tidur,” alasan Damian.
“Kau selalu berasalan, tadi juga kau memelukku. Kau juga mencium keningku. Aku tidak yakin karena gara-gara mendengkur kau memelukku,” ucap Hanna masih menggoda, membuat wajah Damian memerah.
“Tuh kan wajahmu merah,” goda Hanna lagi, membuat Damian kesal, dan meninggalkan Hanna yang tertawa-tawa.
“Pak Damian, Bu Hanna,mari masuk!” panggil Bima, melongok dari sebuah ruangan.
Damian menoleh pada istri palsunya itu, yang masih senyum senyum saja.
“Sayang, ayo masuk,”panggil Damian, mengulurkan tangannya pura-pura mesra di depan Bima.
“Iya sayang,” jawab Hanna sambil tersenyum. Dalam hati dia ingin tertawa. Main drama-dramaan seperti ini rasanya lucu.
Damian kembali meraih pinggangnya, kini Hanna membalasnya dengan melingkarkan tangannya juga ke pinggang Damian. Spontan pria tu mendelik ke arahnya, tapi diacuhkan Hanna. Mengerjai pria ini ternyata sangat menyenangkan, fikir Hanna.
Merekapun memasuki sebuah ruangan besar yang berisi banyak sekali pakaian pakaian couple berbagai macam jenis den genre. Entah mereka akan memakai pakaian apa hari ini, karena semua sudah diatur Nyonya Sofia.
Damian mendekatkan kepalanya ke kepala Hanna.
“Ingat, kau jangan menguap terus. Aku tidak mau lama-lama berfoto. Aku tidak suka di foto,” ucap Damian.
“Kau tenang saja sayang, aku sudah tidak mengantuk lagi,” jawab Hanna, sambil menepuk-nepuk bahu Damian.
Cih, Damian berdecih, lama-lama wanita ini malah semakin menjengkelkan.
“Bapak Damian, silahkan ke ruangan sebelah sini,” panggil seorang pria muda, tinggi kurus, muncul disalah satu pintu besar yang tertutup. Damian pun segera mengikuti pria itu masuk ke ruangan itu.
“Bu Hanna, silahkan masuk bu!” Panggil Andini, muncul diruangan sebelah pria yang tadi. Mungkin itu ruangan untuk fitting pria dan wanita.
“Ya,” jawab Hanna, diapun masuk ke ruangan tempat Andini keluar.
Sebelum masuk, Hanna menoleh dulu pada Damian, yang juga menoleh ke arahnya. Hanna malah tersenyum lebar pada Damian.
“Kenapa wanita itu? Salah minum obat?” gerutu Damian.
“Ya pak? Ada apa?” tanya pria tadi yang mengira Damian bicara dengan dengannya.
“Oh tidak, tidak apa-apa,” ucap Damian, sambil berjalan mengikuti pria kurus itu.
*****************************
Lanjut besooook.
Bacanya jangan dibikin ribet ya..satai saja.
Jangan lupa like dan komen lanjut dooong.. biar semangat tiap hari up
Baca juga “ My secretary” Yuk!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
selir jansen༻
🤣🤣🤣 Mak batuk oek oek
2023-09-02
0
Nuris Wahyuni
sebel jg liat hanna SDH dibayar mahal to sifatnya gak ada ngalah2nya masak si bos mau nyelakain kamu 🤔🤔😤😤
2022-09-15
0
Cyntia Tram's
lucu...lucu...lucu....😂😂😂😂😂😂😂
2021-12-01
0