Damian dan Hanna sedang menyantap makan malam, yang dipesan online, saat handphone Damian terus saja berbunyi.
“Kenapa tidak kau angkat telponnya? Berisik,” gerutu Hanna, sambil menghabiskan makanannya. Begitu juga Damian.
Setelah menghabiskan minum dalam gelasnya, dia beranjak naik ke tangga menuju kamarnya, mengambil hpnya. Karena ruang diatas tidak ada tembok pemisah dengan ruang dibawah otomatis suara dering telpon terdengar sangat nyaring.
“Halo!” sapanya dengan malas, setelah melihat nama yang tertera di layar.
“Ada apa? Kau menggangguku,” tanya Damian dengan ketus.
Hanna melongokkan kepalanya ke ruang atas tapi sosok Damian tidak terlihat karena ruangna diatas juga sangat luas, jadi posisi tempat tidur tidak terlihat dari bawah.
“Kapan kau pulang? Kita harus membuat resepsi pernikahanmu. Semua orang bertanya tanya kapan resepsinya, jangan membuat malu keluarga,” kata suara wanita di sebrang.
“Kau Cuma ibu tiri, jadi tidak perlu mengatur-aturku,” jawab Damian.
“Kau benar-benar membuatku kesal. Pokonya kau harus cepat kembali. Aku akan mencari WO untuk resepsimu,” kata ibu tirinya kemudian mematikan telponnya. Raut wajah Damian merubah merah padam, dia benci sekali dengan ibu tirinya. Diapun melepar handphonenya sampai terlempar ke lantai dan menabrak guci pas bunga, menimbulkan bunyi nyaring dari guci itu.
Hanna tersentak kaget mendangarnya. Diapun segera berlari naik ke ketangga.
“Ada apa Damian?” tanya Hanna. Tampak pria itu berkacak pinggang, menahan kesal. Hanna menatap handphone yang berantakan di lantai.
“Ada apa?Kau merusak ponselmu!” tanya Hanna, sambil memungut barang itu yang bercerai berai kemudian dikumpulkannya.
“Apakah terjadi sesuatu?” tanya Hanna, menatap Damian, yang kini duduk di sofa,menyandarkan punggungnya, tidak menjawab pertanyaan Hanna.
“Aku ingin sendiri, jangan mengggangguku,” ucap Damian, menurunkan tubuhnya sedikit dan mengangkat kedua kakinya ke atas meja.
Hanna menatapnya sebentar, lalu diapun turun dari lantai atas itu, kembali ke ruang tengah, duduk di sofa sambil membetulkan handphone yang berantakan itu.
Malam semakin larut, Hanna berbaring diruang tv sambil menyalakan tv. Sebenarnya dia mengantuk, tapi dia punya pekerjaan untuk menjaga Damian dari mengigaunya.
Suara igauan Damian mulai terdengar.
“Jangan! Jangan! Jangan tinggalkan aku!” kata-kata itu yang setiap malam di igaukan Damian. Hannapun bangun, memakai sandalnya, mulai menaiki tangga menuju tempat tidur Damian.
Dilihatnya Damian tidak ada di tempat tidur, tapi tertidur di sofa, dengan wajah pucat dan berkeringat dingin, menggelengkan kepalanya dengan lemah.
Hanna segera duduk disampingnya dan menarik kepala Damian supaya tidur dipangkuannya.
“Jangan! Jangan tinggalkan aku!” igau Damian.
“Tidak ada yang meninggalkanmu, tidak ada, tidurlah,” kata Hanna. Perlahan mengusap kening Damian yang basah oleh keringat dingin, kemudian mengusap rambutnya. Terus menghibur pria itu yang sedang dalam mimpi buruknya.
“Tidurlah, tidur, aku bersamamu,” ucapnya dengan lirih, kembali mengusap rambutnya Damian. Dia merasa kasihan setiap malam Damian seperti itu dihantui mimpi buruk, pantas saja dia rela mengeluarkan uang banyak asal bisa sembuh dari mimpi buruknya itu. Setiap malam mimpi buruk, bukankah itu sangat melelahkan?
Tiba-tiba Damian berteriak,”Jangan!” teriaknya dan bangun. Wajahnya pucat dan tampak kebingungan. Membuat Hanna kaget, tidak biasanya dia begitu.
“Kau baik-baik saja? Ayo tidurlah,” ucap Hanna, mengulurkan tangannya supaya Damian kembali ke pangkuannya. Damian tampak mengatur nafasnya yang terengah engah, kaos yang dipakainya terlihat basah oleh keringat seakan akan dia sudah berlari jauh.
Damian menatap Hanna sebentar, lalu diapun kembali berbaring dipangkuan wanita itu, tapi kini kepalanya menghadap perutnya Hanna, tangan kanannya memeluk pinggangnya, semakin lama wajahnya semakin menyusup ke perutnya Hanna, membuat Hanna terkejut dan gugup. Apakah pria itu memeluknya dengan sadar atau tidak? Kenapa Damian menyusupkan wajahnya ke perutnya sambil memeluk pingggangnya. Apakah ini masuk dalam pelanggaran?
Tapi sepertinya posisi itu membuat Damian lebih tenang. Dia tidak mengigau lagi. Lama-lama Hannapun terus menguap dan semakin mengantuk, diapun tertidur bersandar di sofa, dengan kepala Damian masih dipangkuannya.
***************
Matahari menyorot tajam ke sela sela jendela kaca. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang.
Damian duduk dipinggir tempat tidur, menatap wanita yang tidur di tempat tidur itu dengan berselimut. Sebenarnya dia ingin membangunkannya tapi dia tidak tega, setelah ingat kalau dia tidur dipangkuan wanita itu semalaman dan Hanna hanya tetidur bersandar di sofa.
Tiba-tiba wanita berselimut itu menggerakkan badannya.
“Jam berapa ini?” tanya Hanna, masih mengantuk.
“Jam 11,” jawab Damian.
“Jam 11..Huaaap…apa? jam 11?” teriak Hanna diapun langsung bangun dan menatap Damian, seketika ngantuknya menjadi hilang.
“Ada apa?” tanya Damian, balik menatapnya.
“Aku ada janji jam 10 dengan Gery!” seru Hanna.
“Dia sudah pulang dan tidak akan kesini kesini lagi,” kata Damian, membuat Hanna terkejut.
“Jadi dia kesini? Kau bilang apa padanya?” tanya Hanna, menatap Damian dengan curiga.
“Aku bilang istriku sedang tidur nyenyak tidak bisa diganggu,” jawab Damian, membuat Hanna semakin terkejut lagi.
“Apa? Kau bilang apa tadi? Istriku? Sedang tidur? Aaah kau ini, kau membuat hidupku menjadi buruk,” keluh Hanna.
“Ingat perjanjian, kau tidak boleh dekat dengan pria manapun,” kata Damian, mengingatkan.
“Ya ya baiklah,” Hanna mengangguk. Sedetik kemudian dia terdiam dan menatap Damian penuh curiga.
“Apa lagi?” tanya Damian.
“Aku, kenapa aku tidur disini? Bukannya semalam aku tidur di Sofa? Kau memindahkanku? Kau menggendongku?” tanyanya.
“Siapa yang memindahkanmu? Aku bangun kau sudah tidur disitu,” jawab Damian berbohong.
“Benarkah? Kenapa aku tidak ingat ya?” Hanna tampak berfikir keras, mengerutkan keningnya.
“Sudah, cepat mandi, sudah ada makanan di meja,” kata Damian, sambil bangun dari duduknya.
Hanna menatap Damian kembali, menatapnya dari atas sampai bawah.
“Kau sudah berolahraga?” tanya Hanna, karena Damian menggunakan training dan kaos lengan pendek yang ketat, perut ratanya semakin memperlihatkan tubuhnya yang bagus.
“Ya,” jawab Damian, diapun turun dari ruangan atas itu.
“Kau olahraga apa?” teriak Hanna.
“Lari menyusuri danau!” jawab Damian.
“Kenapa kau tidak mengajakku?” teriak Hanna. Dia membayangkan pasti menyenangkan lari pagi di dekat danau.
“Cepatlah mandi, makan!” jawab Damian sambil berteriak di ruang bawah. Hanna tidak menjawab, dia segera ke kamar mandi.
Setelah mandi dan perpakaian, dlihatnya Damian duduk di sofa di ruang tengah sambil menonton tv.
“Ada yang harus aku bicarakan,” kata Damian tanpa menoleh.
“Apa?’ tanya Hanna sambil duduk di meja makan yang tidak jauh dari sofa sofa untuk menonton tv. Diapun membuka kotak makanan dalam plastic itu, mulai memakan isinya.
“Ibu tiriku menyiapkan resepsi pernikahan kita,” kata Damian membuat Hanna terkejut, hampir saja dia tersedak.
Hanna menoleh ke arah Damian, sambil kembali mengunyah makanannya.
“Resepsi? Untuk apa?” tanya Hanna.
“Tentu saja karena semua orang tahunya kita sudah menikah,” jawab Damian.
“Kalau begitu kau bilang saja pada mereka kalau kita bukan suami istri,” kata Hanna.
“Mana bisa begitu? Aku sudah berbohong pada kliennku juga. Kalau tiba-tiba aku bicara begitu, mau ditaruh dimana mukaku?” gerutu Damian.
“Mm kalau begitu bilang saja kau sudah bercerai,” jawab Hanna, kini dia meminum minumannya.
“Apalagi itu. Masa baru menikah seminggu becerai. Semua ini karena ulahmu! Seharusnya aku tidak membawamu dalam mobilku,” keluh Damian, membuat Hanna merasa besalah. Setelah selesai menghabiskan makanannya, diapun menghampiri Damian.
“Jadi apa yang harus aku lakukan?” tanyanya, sambil duduk di sofa dekat Damian berselonjor di sofa panjang.
Kini Damian duduk dengan serius dan menatap wanita di hadapannya itu.
“Kita pulang nanti sore,” jawab Damian.
“Terus?” tanya Hanna.
“Kita ikuti resepsi pernikahan itu,” jawab Damian.
“Ha? Tapi kan kita tidak menikah,” protes Hanna.
“Mau bagaimana lagi? Terpaksa kebohongan ini diteruskan. Dan kau tidak bisa protes. Semua ini gara-gara kau memakai baju pengantin,” kata Damian, dia memindahkan chanel tv.
“Mau berapa lama kita berbohong?”tanya Hanna.
“Entahlah. Nanti saja kita fikirkan. Sekarang aku punya proyek baru pembangunan real estate, jadi aku akan sibuk dan tidak mau terganggu dengan masalah seperti ini. Ini akan membuat klienku tidak percaya padaku, imageku akan buruk,” jawab Damian.
Hannapun terdiam. Ini semua salahnya, kalau saja dia tidak memakai baju pengantin itu, orang orang tidak akan menyangka Damian sudah menikahinya. Jadi dia harus bertanggungjawab atas kejadian ini.
“Baiklah. Jadi kita pulang kapan?” tanya Hanna, menatap Damian.
“Nanti sore,” jawab Damian.
“Baiklah, aku akan bersiap-siap,” kata Hanna, beranjak dari duduknya, tapi kemudian langkahnya terhenti, dia menatap Damian.
“Ada apa lagi?” tanya Damian.
“Bagaimana kalau sekarnag kita jalan-jalan?” tanya Hanna, wajahnya langsung berbinar-binar.
“Jalan-jalan kemana?” Damian balik bertanya.
“Ke tempat wisata danau,” jawab Hanna.
“Aku tidak mau,” Damian menggeleng.
“Ayolah, temani aku jalan-jalan, mumpung kesini,” pinta Hanna. Kini dia mendekati Damian dan duduk disamping pria tampan itu.
“Tidak, aku tidak mau, aku kan sudah bilang aku tidak suka karamaian,” tolak Damian, kembali mengalihkan chanel tv.
“Ayolah, bukankah aku sudah menunggumu semalamam? Aku butuh refreshing.” Hanna tidak pantang menyerah.
“Itu kan sudah pekerjaanmu. Aku sudah membayarnya,” kata Damian dengan ketus, dia mulai kesal pada tingkahnya Hanna.
“Baiklah kalau begitu aku tidak akan ikut acara resepsi itu,” kata Hanna, membuat Damian terkejut.
“Kau mengancamku?” tanya Damian, kini menatap Hanna.
“Aku hanya ingin jalan-jalan. Bosan dirumah terus, ayolah, mumpung kesini,” pinta Hanna, sambil menarik narik tangan Damian.
Damian menatap tangannya yang ditarik tarik lalu menatap wanita itu yang terus memohon padanya. Akhirnya dia menyerah.
“Baiklah, aku akan mengantarmu,” kata Damian, membuat Hanna senang.
“Ayo kita pergi!” Hanna langsung berdiri dengan semangat, senyum mengembang lebar di bibirnya, dia ingin sekali berkeliling danau.
***************
Lanjut besok
..
Terus dukung author dengan like dan komen lanjutnya….
Baca juga “My Secretary” yuk!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Anna Loebis
👍👍👍👍👍👍
2021-06-25
1
Lusiana Serly
tanda org malas klu tidur sering kesiangan..
2021-06-15
1
CR⃟7Naikenz *🎯Hs
Lanjuut
2021-05-30
1