Masak Tengah Malam

...****************...

Begitu sampai di depan apartemen mewah itu, Aulia mendongak, ternganga melihat betapa tingginya bangunan tersebut.

"Ya ampun, ini mah bukan apartemen, ini istana!" gerutunya sambil melangkah masuk.

Setelah melewati resepsionis dan naik lift, Aulia akhirnya tiba di depan pintu penthouse Aldiano. Ia mengetuk pintunya agak keras, sudah tak peduli lagi dengan sopan santun.

Pintu terbuka, dan seperti biasa, Aldiano berdiri di sana dengan ekspresi datarnya.

Aulia langsung melipat tangan di dada, memasang wajah kesal.

"Pak, Anda tahu nggak kalau orang normal itu tidur jam segini? Normal ya, Pak, bukan CEO aneh yang ngerjain pegawainya tengah malam buat masak!"

Aldiano tetap diam, hanya menyingkir dari pintu agar Aulia bisa masuk.

Aulia mendengus kesal dan melangkah masuk. Begitu melihat interior apartemen itu, matanya membulat.

"Astaga… ini apartemen atau hotel bintang tujuh?!" serunya. Segalanya serba mewah, dari lampu gantung yang elegan, sofa kulit mahal, hingga jendela besar yang menampilkan pemandangan kota di malam hari.

Aldiano tetap memasang wajah datarnya.

"Dapur di sebelah sana."

Aulia memutar bola matanya dan berjalan ke dapur. "Astaga, Pak, Bapak ini memang tukang nyuruh, ya? Nggak ada basa-basi, nggak ada rasa bersalah, langsung perintah aja!"

Aldiano duduk di kursi makan, menatap Aulia tanpa ekspresi. "Aku lapar."

Aulia membanting tasnya ke meja dapur. "YA TERUS?! Emang saya warteg 24 jam?!"

Aldiano tetap tidak bereaksi.

Aulia mendengus, membuka kulkas dengan kasar. Begitu melihat isinya, ia terkejut.

"Loh, ini kenapa isinya cuma air putih dan sama buah doang? Ini kulkas CEO atau kulkas anak kos yang lagi bokek?"

"Aku jarang makan di rumah," jawab Aldiano santai.

Aulia menutup kulkas dengan kesal. "Pak, saya tuh mau masak, bukan mau sulap! Mana bahannya? Jangan bilang saya harus pesen bahan sendiri!"

Aldiano menatapnya sebentar, lalu dengan tenang merogoh dompetnya dan meletakkan beberapa lembar uang di meja.

Aulia memicingkan mata.

"Oke, pertama, ini bukan tahun 90-an. Kita udah ada aplikasi belanja online, Pak. Kedua, ngapain saya yang belanja?! Ini rumah Bapak, Bapak yang harusnya nyiapin bahan!"

Aldiano tetap tenang. "Aku bayar."

Aulia ingin membanting spatula ke kepalanya sendiri. Sumpah, ini bos atau robot?!

Dengan wajah penuh kekesalan, Aulia akhirnya mengambil ponselnya dan mulai memesan bahan makanan secara online. "Tahu nggak, Pak? Bapak ini tipe bos yang bakal bikin karyawan cepat stres!"

Aldiano tetap diam.

Aulia mendengus. "Saya ngomel-ngomel dari tadi, Bapak nggak ada niat minta maaf gitu?"

Aldiano menatapnya sebentar, lalu berkata dengan datar, "Tidak."

Aulia hampir melempar ponselnya. "YA ALLAH, SABARKAN HAMBA!!"

Setelah berdebat panjang soal belanja bahan makanan, akhirnya pesanan Aulia tiba. Dengan kesal, ia langsung mengambil kantong belanjaan itu dan mulai memasak.

Aldiano masih duduk di meja makan, menonton Aulia dengan ekspresi datarnya yang khas.

Aulia melirik sekilas dan mendengus. "Pak, jangan ngeliatin saya gitu, deh. Merinding tahu!"

Aldiano tetap diam, matanya masih fokus ke Aulia.

Aulia menghela napas panjang. "Serius, Pak. Ini dapur, bukan bioskop. Kalau mau nonton, nonton Netflix aja. Jangan nontonin saya masak."

Aldiano tetap tidak bergeming.

Aulia mulai merasa risih. "Pak, Bapak nggak ada kerjaan lain ya? Mungkin bikin laporan keuangan, baca dokumen penting, atau ya… mungkin tidur seperti manusia normal?"

Aldiano akhirnya bicara, tapi tetap dengan nada datar. "Aku ingin memastikan kamu tidak meracuni makananku."

Aulia memutar badan dengan cepat, menatap Aldiano dengan ekspresi tidak percaya. "Bapak pikir saya racun tikus atau gimana?! Kalo saya mau ngeracunin Bapak, saya udah masukin garam sekarung ke makanan Bapak!"

Aldiano mengangkat alis tipis. "Jadi, kamu memang punya niat?"

Aulia memegang kepalanya, pura-pura pusing. "Ya Allah… cobaan apa ini…"

Setelah beberapa menit memasak sambil ngomel-ngomel, akhirnya makanan siap. Aulia menaruh piring berisi nasi goreng spesial di depan Aldiano dengan sedikit kasar.

"Tuh! Makan!"

Aldiano menatap piring itu, lalu melirik Aulia. "Kenapa hanya satu porsi?"

Aulia menatapnya dengan tajam. "Lah? Ini buat Bapak. Saya udah makan tadi."

Aldiano tetap diam beberapa saat sebelum akhirnya mengambil sendok. Ia menyendok nasi goreng itu, lalu memasukkannya ke mulut.

Aulia melipat tangan di dada, menunggu reaksinya.

Beberapa detik kemudian, Aldiano berhenti mengunyah. Ekspresinya masih datar, tapi matanya sedikit menyipit.

Aulia mencondongkan tubuh ke depan. "Kenapa? Gimana rasanya?"

Aldiano mengunyah perlahan, lalu menatap Aulia. "Ada rasa."

Aulia menghela napas lelah. "Ya jelas ada rasa! Itu nasi goreng, bukan kertas!"

Aldiano tetap diam, lalu mengambil satu suapan lagi. Kali ini lebih cepat, seolah mencoba memastikan sesuatu.

Aulia menyipitkan mata curiga. "Pak, jangan bilang Bapak nggak bisa ngerasain makanan lain, tapi kalau makanan yang saya buat, Bapak bisa ngerasain?"

Aldiano meletakkan sendoknya sebentar dan menatap Aulia. "Sejauh ini, hanya makanan yang kamu buat yang bisa kurasakan."

Aulia terdiam sebentar sebelum akhirnya terkekeh. "Wah, ini kutukan, Pak. Bapak kena kutukan ‘hanya bisa makan masakan Aulia’!"

Aldiano tetap tenang. "Kalau begitu, kamu harus memasak untukku setiap hari."

Aulia berhenti tertawa. "Excuse me, what now?"

Aldiano melanjutkan makannya. "Mulai besok, kamu memasak untukku tiga kali sehari."

Aulia menunjuk dirinya sendiri. "Pak, saya ini office girl, bukan chef pribadi!"

Aldiano tidak peduli. "Kamu akan tetap bekerja sebagai office girl. Tapi setelah jam kerja, kamu akan memasak untukku."

Aulia menganga. "Bapak kira saya punya tenaga cadangan kayak superhero?! Saya juga manusia biasa yang butuh istirahat, Pak!"

Aldiano tetap makan dengan tenang. "Aku bayar lebih."

Aulia menyipitkan mata. "Seberapa lebih?"

Aldiano menyebutkan jumlahnya dengan santai.

"5 juta dalam sehari. Dan aku transfer langsung setiap malam."

Aulia langsung terdiam.

Angka itu cukup besar… sangat besar malah. Bisa buat bayar kos 3 bulan, bahkan masih sisa buat belanja skincare dan makan enak setiap hari.

Aulia menggigit bibir, berpikir keras. Di satu sisi, dia benci disuruh-suruh sama bos menyebalkan ini. Tapi di sisi lain… duitnya lumayan banget.

Dengan berat hati, akhirnya dia menghela napas panjang dan menatap Aldiano dengan mata penuh penderitaan.

"Oke, saya terima… TAPI, saya nggak mau diganggu kalau lagi tidur!"

Aldiano mengangkat bahu. "Baik."

Aulia menunjuknya tajam. "Dan jangan pernah telepon saya tengah malam lagi cuma buat minta masak!"

Aldiano tetap datar. "Tidak ada janji."

Aulia hampir menjitak kepalanya sendiri. YA ALLAH, BENERAN KENAPA GUE SETUJU INI?!

.

.

Next👉🏻

Episodes
1 Hari Pertama Kerja
2 Menikmati Rasa
3 Terlambat
4 Teman Baru
5 Masakan Pertama untuk Pak Bos
6 Mati Kelaparan
7 Mati Kelaparan (2)
8 Bergosip
9 Kena Apes Mulu
10 Kesepakatan Konyol
11 Menjadi Chef Pribadi Dadakan
12 Harusnya ini Libur
13 Masak Tengah Malam
14 Apes! Apes!
15 Bos Menyebalkan dan Rumor
16 Mas Sekretaris
17 Gosip yang makin menjadi
18 Fix! ANEH!
19 Sakit tapi tetap ngebabu
20 Nyebelin tapi Baik
21 Yey! Libur Masak!
22 Masak di Temanin Bos Nyebelin
23 Beneran Gagal Jadi Karyawan 'Tenang'
24 Rebutan Makanan dan Mogok Masak!
25 Susah Kalau Godaannya Uang.
26 Anak Emas Bos
27 Pindahan
28 First Kiss Gua!!
29 Kejahilan yang Tiada Akhir
30 Modus nih Pasti.
31 Penyebab Aldiano Tidak Bisa Merasakan Rasa
32 Tamu Wanita Aldiano
33 Cemberut
34 Jalan-jalan Bareng Teddy
35 Salah Paham
36 Melewati Batas
37 Canggung
38 Pengabaian dan Sebuah Fitnah
39 Fitnah (2)
40 Bersalah
41 Bertengkar
42 Kabur dan Menghilang
43 Berita Baru
44 Pertemuan Singkat
45 Pergi ke Desa Sendirian
46 Wanita itu Tahu
47 Terluka Parah
48 Koma
49 Hembusan Nafas Terakhir
50 OGPC 50
51 OGPC 51
52 OGPC 52
53 OGPC 53
54 OGPC 54
55 OGPC 55
56 OGPC 56
57 OGPC 57
58 OGPC 58
59 OGPC 59
60 OGPC 60
61 OGPC 61
62 OGPC 62
63 OGPC 63
64 OGPC 64
65 OGPC 65
66 OGPC 66
67 OGPC 67
68 OGPC 68
69 OGPC 69
70 OGPC 70
71 OGPC 71
72 OGPC 72
73 OGPC 73
74 OGPC 74
75 OGPC 75
76 OGPC 76
77 OGPC 77
78 OGPC 78
79 OGPC 79
80 OGPC 80
81 OGPC 81
82 OGPC 82
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Hari Pertama Kerja
2
Menikmati Rasa
3
Terlambat
4
Teman Baru
5
Masakan Pertama untuk Pak Bos
6
Mati Kelaparan
7
Mati Kelaparan (2)
8
Bergosip
9
Kena Apes Mulu
10
Kesepakatan Konyol
11
Menjadi Chef Pribadi Dadakan
12
Harusnya ini Libur
13
Masak Tengah Malam
14
Apes! Apes!
15
Bos Menyebalkan dan Rumor
16
Mas Sekretaris
17
Gosip yang makin menjadi
18
Fix! ANEH!
19
Sakit tapi tetap ngebabu
20
Nyebelin tapi Baik
21
Yey! Libur Masak!
22
Masak di Temanin Bos Nyebelin
23
Beneran Gagal Jadi Karyawan 'Tenang'
24
Rebutan Makanan dan Mogok Masak!
25
Susah Kalau Godaannya Uang.
26
Anak Emas Bos
27
Pindahan
28
First Kiss Gua!!
29
Kejahilan yang Tiada Akhir
30
Modus nih Pasti.
31
Penyebab Aldiano Tidak Bisa Merasakan Rasa
32
Tamu Wanita Aldiano
33
Cemberut
34
Jalan-jalan Bareng Teddy
35
Salah Paham
36
Melewati Batas
37
Canggung
38
Pengabaian dan Sebuah Fitnah
39
Fitnah (2)
40
Bersalah
41
Bertengkar
42
Kabur dan Menghilang
43
Berita Baru
44
Pertemuan Singkat
45
Pergi ke Desa Sendirian
46
Wanita itu Tahu
47
Terluka Parah
48
Koma
49
Hembusan Nafas Terakhir
50
OGPC 50
51
OGPC 51
52
OGPC 52
53
OGPC 53
54
OGPC 54
55
OGPC 55
56
OGPC 56
57
OGPC 57
58
OGPC 58
59
OGPC 59
60
OGPC 60
61
OGPC 61
62
OGPC 62
63
OGPC 63
64
OGPC 64
65
OGPC 65
66
OGPC 66
67
OGPC 67
68
OGPC 68
69
OGPC 69
70
OGPC 70
71
OGPC 71
72
OGPC 72
73
OGPC 73
74
OGPC 74
75
OGPC 75
76
OGPC 76
77
OGPC 77
78
OGPC 78
79
OGPC 79
80
OGPC 80
81
OGPC 81
82
OGPC 82

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!