Terlambat

...****************...

Aulia terbangun dengan jantung nyaris copot saat ia melihat jam di ponselnya.

07:30 Am.

"Astaga, telat. Mampus aku!"

Ia melompat dari kasur, buru-buru mencuci muka dengan asal-asalan, mengenakan seragamnya dengan cepat dan menyerobot sebungkus roti di mejanya. Hari kedua dan dua sudah hampir terlambat? Busa-busa malah dipecat sebelum sempat jadi penyihir kopi beneran!

Dengan kecepatan cahaya, Aulia keluar dari kostan dan berlari menuju halte bus.

"Ah, brengsek!" makinya spontan saat melihat bus yang biasa ua naik sudah melaju pergi tepat di depan matanya.

Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari kencang.

Sepanjang jalan, orang-orang menatapnya dengan heran bahkan ada yang usil memberinya semangat.

Seorang gadis dengan seragam khas office girl, keringat bercucuran, rambut berantakan dan ekspresi panik sungguh bukan pemandangan yang biasa di pagi hari.

Setelah lari hampir 15 menit tanpa henti, akhirnya ia tiba di kantor dengan napas ngos-ngosan.

"Mampus kaki aku!" serunya memelas namun tetap berlari menuju lift.

"Tunggu!" teriaknya saat melihat pintu lift hampir tertutup. Akhirnya pintu lift kembali terbuka saat ia berhasil menyelipkan tangannya dan masuk.

"Terima kasih." ucapnya tanpa melihat orang yang didalam lift.

"Anjirlah, Cape banget." keluhnya sambil membenarkan pakaiannya. Aulia mendongak dan terpaku ketika matanya melihat bayangan seseorang.

Aldiano Variz.

CEOnya yang dingin, kaki dan katanya sedikit kejam itu berdiri tegak dengan setelan jas hitamnya yang sempurna. Ia menoleh pelan saat Aulia tengah membenahi pakaiannya yang sedikit berantakan.

Aulia sadar betapa kacaunya dirinya saat ini—keringat uang bercucuran, wajah memerah dan napas yang masih ngos-ngosan. Tapi bukannya jaim, dia malah nyengir.

"Selamat pagi, Pak Bos. Panas ya hari ini?" katanya sok santai sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan satu tangan.

Aldiano tidak langsung menjawab. Tatapannya tetap datar, tapi matanya sedikit menyipit seolah menilai sesuatu.

"Kenapa kau berkeringat seperti habis perang?" tanyanya.

Aulia mengusap keringat di dahinya dengan lengan tanpa ragu.

"Lari, Pak. Saya telat jadi sekalian olahraga pagi aja."

Hening.

Namun Aldiano tetap menatapnya.

Krrukk..

Dengan cepat Aulia memegang perutnya yang berbunyi. Aulia membeku. Begitu juga dengan Aldiano.

Aulia perlahan melirik Aldiano sedikit canggung.

"Hm, suara apa tadi ya, Pak? Kayaknya bukan dari saya," katanya dengan wajah polos.

"Atau mungkin liftnya yang bunyi? Teknologi zaman sekarang aneh-aneh ya pak?" lanjut Aulia dengan cengiran lebar mencoba menyelamatkan harga dirinya.

Aldiano tidak bereaksi. Ia hanya menatap lurus ke depan .

"Pastikan kopi pagiku tetap sama," katanya sebelum melangkah keluar.

...****************...

Setelah berhasil menyelamatkan harga dirinya di lift tadi, Aulia langsung menuju pantry untuk menjalankan tugas baru—membuat kopi untuk bosnya.

Tangannya sudah mulai terampil. Kopi hitam pekat itu menguatkan aroma harum saat ia menuangkannya ke dalam cangkir.

"Ini dia, kopi sihir edisi kedua," gumamnya sambil tersenyum kecil.

Dengan langkah santai, ia membawa cangkir kopi ke ruang CEO di lantai 20. Begitu sampai di depan pintu, ia mengetuk pelan lalu masuk setelah mendengar suara berat dari dalam.

Aldiano duduk di belakang mejanya menatap layar laptop dengan ekspresi serius. Sekretarisnya, Teddy berdiri di sisi lain ruangan dengan wajah seperti biasa—datar dan tanpa emosi.

"Pak Bos, kopi spesialnya datang!" seru Aulia ceria lalu meletakkan cangkir itu di atas meja dengan hati-hati.

Aldiano mengangkat pandangannya menatapnya sejenak. Lalu tanpa berkata apa-apa, ia mengambil cangkirnya dan menyeruput kopi itu dengan pelan.

Aulia memperhatikannya dengan penuh minat. Apakah reaksinya bakal sama seperti kemarin?

Aldiano meletakkan cangkirnya, ekspresinya tetap netral. "Tidak berubah." katanya.

"Apanya yang gak berubah, Pak?" tanya Aulia menuntut jawaban.

"Kopinya, rasanya tetap ada."

Aulia tersenyum lebar sambil memegang dadanya lega.

"Baguslah, berarti saya gak kehilangan sihir saya." katanya dengan bangga.

Melihat itu, Teddy memutar matanya kecil sementara Aldiano hanya menatapnya tanpa komentar.

"Kalau begitu saya cabut dulu ya, Pak Bos! Banyak kerjaan." ujar Aulia dengan semangat sebelum berbalik dan keluar dari ruangan itu.

Begitu pintu tertutup, ia menghela napas panjang.

"Fiuh.. Satu tugas selesai!"

.

.

.

Next👉🏻

Episodes
1 Hari Pertama Kerja
2 Menikmati Rasa
3 Terlambat
4 Teman Baru
5 Masakan Pertama untuk Pak Bos
6 Mati Kelaparan
7 Mati Kelaparan (2)
8 Bergosip
9 Kena Apes Mulu
10 Kesepakatan Konyol
11 Menjadi Chef Pribadi Dadakan
12 Harusnya ini Libur
13 Masak Tengah Malam
14 Apes! Apes!
15 Bos Menyebalkan dan Rumor
16 Mas Sekretaris
17 Gosip yang makin menjadi
18 Fix! ANEH!
19 Sakit tapi tetap ngebabu
20 Nyebelin tapi Baik
21 Yey! Libur Masak!
22 Masak di Temanin Bos Nyebelin
23 Beneran Gagal Jadi Karyawan 'Tenang'
24 Rebutan Makanan dan Mogok Masak!
25 Susah Kalau Godaannya Uang.
26 Anak Emas Bos
27 Pindahan
28 First Kiss Gua!!
29 Kejahilan yang Tiada Akhir
30 Modus nih Pasti.
31 Penyebab Aldiano Tidak Bisa Merasakan Rasa
32 Tamu Wanita Aldiano
33 Cemberut
34 Jalan-jalan Bareng Teddy
35 Salah Paham
36 Melewati Batas
37 Canggung
38 Pengabaian dan Sebuah Fitnah
39 Fitnah (2)
40 Bersalah
41 Bertengkar
42 Kabur dan Menghilang
43 Berita Baru
44 Pertemuan Singkat
45 Pergi ke Desa Sendirian
46 Wanita itu Tahu
47 Terluka Parah
48 Koma
49 Hembusan Nafas Terakhir
50 OGPC 50
51 OGPC 51
52 OGPC 52
53 OGPC 53
54 OGPC 54
55 OGPC 55
56 OGPC 56
57 OGPC 57
58 OGPC 58
59 OGPC 59
60 OGPC 60
61 OGPC 61
62 OGPC 62
63 OGPC 63
64 OGPC 64
65 OGPC 65
66 OGPC 66
67 OGPC 67
68 OGPC 68
69 OGPC 69
70 OGPC 70
71 OGPC 71
72 OGPC 72
73 OGPC 73
74 OGPC 74
75 OGPC 75
76 OGPC 76
77 OGPC 77
78 OGPC 78
79 OGPC 79
80 OGPC 80
81 OGPC 81
82 OGPC 82
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Hari Pertama Kerja
2
Menikmati Rasa
3
Terlambat
4
Teman Baru
5
Masakan Pertama untuk Pak Bos
6
Mati Kelaparan
7
Mati Kelaparan (2)
8
Bergosip
9
Kena Apes Mulu
10
Kesepakatan Konyol
11
Menjadi Chef Pribadi Dadakan
12
Harusnya ini Libur
13
Masak Tengah Malam
14
Apes! Apes!
15
Bos Menyebalkan dan Rumor
16
Mas Sekretaris
17
Gosip yang makin menjadi
18
Fix! ANEH!
19
Sakit tapi tetap ngebabu
20
Nyebelin tapi Baik
21
Yey! Libur Masak!
22
Masak di Temanin Bos Nyebelin
23
Beneran Gagal Jadi Karyawan 'Tenang'
24
Rebutan Makanan dan Mogok Masak!
25
Susah Kalau Godaannya Uang.
26
Anak Emas Bos
27
Pindahan
28
First Kiss Gua!!
29
Kejahilan yang Tiada Akhir
30
Modus nih Pasti.
31
Penyebab Aldiano Tidak Bisa Merasakan Rasa
32
Tamu Wanita Aldiano
33
Cemberut
34
Jalan-jalan Bareng Teddy
35
Salah Paham
36
Melewati Batas
37
Canggung
38
Pengabaian dan Sebuah Fitnah
39
Fitnah (2)
40
Bersalah
41
Bertengkar
42
Kabur dan Menghilang
43
Berita Baru
44
Pertemuan Singkat
45
Pergi ke Desa Sendirian
46
Wanita itu Tahu
47
Terluka Parah
48
Koma
49
Hembusan Nafas Terakhir
50
OGPC 50
51
OGPC 51
52
OGPC 52
53
OGPC 53
54
OGPC 54
55
OGPC 55
56
OGPC 56
57
OGPC 57
58
OGPC 58
59
OGPC 59
60
OGPC 60
61
OGPC 61
62
OGPC 62
63
OGPC 63
64
OGPC 64
65
OGPC 65
66
OGPC 66
67
OGPC 67
68
OGPC 68
69
OGPC 69
70
OGPC 70
71
OGPC 71
72
OGPC 72
73
OGPC 73
74
OGPC 74
75
OGPC 75
76
OGPC 76
77
OGPC 77
78
OGPC 78
79
OGPC 79
80
OGPC 80
81
OGPC 81
82
OGPC 82

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!