bab 20

Tidak jauh dari dusun Pringsewu. Empat orang lelaki terlihat sedang menghadang lelaki tua dan cucunya. Si gadis kecil terlihat berlindung di belakang kakeknya dengan wajah ketakutan.

"Serahkan gadis kecil itu baik-baik, Resi Winara. Jangan sampai kami berbuat kejam kepadamu!" Bentak lelaki bertubuh cebol berwajah seram yang memegang tongkat berkepala tengkorak manusia asli. Di belakangnya berdiri 3 orang lelaki yang juga tidak kalah sangar wajahnya. Mereka bertiga adalah pengikut lelaki bertubuh cebol tersebut.

"Hahahaha ... Enak saja kau bicara, Datuk sesat. Apa hanya kau saja yang menginginkan tubuh murni gadis itu?" Sahut lelaki yang baru datang bersama seorang wanita. Di punggung mereka berdua tergantung pedang bergagang kepala ular berwarna hijau. Lelaki dan perempuan tersebut adalah yang tadi duduk di samping meja Ranu.

Tidak lama kemudian, Seorang lelaki bertubuh tinggi besar dan brewok tebal yang memenuhi wajahnya pun juga hadir di tempat tersebut.

"Datuk Sesat, Sepasang Ular Beracun, Apa hanya kalian yang menginginkan tubuh murni gadis itu? Aku juga ingin tubuhnya untuk meningkatkan ilmu kanuraganku ... Hahaha!"

"Hadapi kami dulu kalau kau menginginkan gadis itu, Iblis Hitam! Kalau kau bisa mengalahkan kami, kau boleh membawanya!"bentak Datuk Sesat.

"Kalian kira aku takut pada kalian, Datuk sesat! Dalam kamusku tidak ada rasa takut sama sekali. Percuma aku berjuluk Iblis Hitam jika masih mempunyai rasa takut!"

Resi Winara memandangi perseteruan di antara mereka semua. Dia berpikir untuk mencari cara menyelamatkan diri, "Jangan takut, Dewi. Kakek akan mencari cara menyelamatkan kita," ucapnya.

"Kalian semua, dengarkanlah!" teriak Resi Winara.

Semua orang yang menginginkan gadis kecil itu menolehkan pandangannya kepada Resi Winara.

"Aku akan menyerahkan gadis ini kepada salah satu di antara kalian yang mempunyai ilmu kanuragan paling tinggi. Dan itu artinya kalian harus memperebutkannya!"

"Bagus, Resi Winara. Aku setuju dengan usulmu.Akan kubunuh mereka, lalu akan kumiliki tubuh murni gadis itu, hahaha!" Iblis Hitam tertawa senang karena dia merasa memiliki ilmu kanuragan paling tinggi di antara mereka.

"Kau jangan sombong dulu, Iblis Hitam. Melawan tiga anak buahku ini saja kau belum tentu menang!" sahut Datuk Sesat tidak terima.

"Kau bodoh sekali, Datuk Sesat! Mana mungkin ketiga anak buahmu yang lemah itu sanggup menghadapiku?" ejek Iblis Hitam.

"Bedebah! Kalian bertiga serang dia!" Datuk Sesat memberi perintah kepada tiga orang anak buahnya.

Setelah Iblis Hitam disibukkan oleh ketiga anak buahnya, Datuk Sesat memandang Sepasang Ular Beracun. "Aku akan menghadapi kalian berdua!"

"Majulah dan akan kucincang tubuhmu Datuk Cebol!"

"Bedebah! Mati kau Woto" teriak Datuk Sesat emosi karena dibilang cebol. Selama ini, orang yang memanggilnya cebol selalu berakhir dengan kematian. Cebol adalah kata yang paling dibencinya.

Datuk Sesat kemudian melesat menyerang Woto dengan cepat menggunakan tongkat berkepala tengkorak manusia miliknya.

"Ayo kita habisi dia Marni!" ajak Woto kepada pasangannya.

"Baik, Kakang Woto," sahut Marni.

Dua pendekar berjuluk Sepasang Ular Beracun itu kemudian meladeni serangan Datuk Sesat. Sedangkan Tiga orang anak buah Datuk Sesat meladeni serangan Iblis hitam.

Sementara itu, Ranu yang sudah berada di luar dusun Pringsewu terus berjalan sambil melihat pertarungan yang sedang terjadi.Dia tidak merasa terusik ataupun tertarik sama sekali dengan pertarungan yang terjadi di depan matanya. Bahkan ketika melewati pertarungan tersebutpun dia tetap berjalan santai.

Tentunya tingkah Ranu itu membuat semua pihak yang terlibat pertarungan tersebut merasa heran, karena pemuda itu tidak punya rasa takut bahkan terkesan sangat santai berjalan melewati mereka.

Pandangan mata Ranu lantas tertuju kepada lelaki tua dan gadis kecil yang ditemuinya di kedai makan tadi.

"Kakek kenapa di sini? Dan siapa mereka yang sedang bertarung?"

Resi Winara memandang Ranu sedikit heran namun juga kagum. Dia tidak melihat sedikitpun rasa takut di mata pemuda itu meski sedang terjadi pertarungan sengit di dekat mereka.

Karena Resi Winara tak kunjung memberi jawaban, Ranu kemudian kembali bertanya, "Tadi kakek katanya mau mengantarkan Dewi kepada orang tuanya, tapi kenapa masih berada di sini? Oh ... aku tahu, apa Kakek butuh teman untuk mengantarkan Dewi? Kebetulan aku tidak punya tujuan harus kemana. Kenalkan namaku Ranubaya. Kakek bisa memanggilku Ranu," berondongnya.

Tidak melihat niat jelek yang ditunjukkan Ranu, Lelaki tua bernama Resi Winara itupun menjawabnya.

"Mereka adalah para pendekar aliran hitam, Ranu. Dan mereka menginginkan gadis Dewi."

Ranu mengernyitkan dahinya. "Kenapa sesama aliran hitam saling bertarung demi Dewi, Kek?"

"Mereka menginginkan tubuh murni yang dimiliki Dewi," jawab Resi Winara.

Ranubaya mengernyitkan dahinya sambil menggaruk kepalanya. Dia tidak paham apa yang dimaksud oleh Resi Winara.

"Intinya, tubuh Dewi ini spesial dan bisa untuk meningkatkan kemampuan ilmu kanuragan mereka dengan pesat."

Masih bingung dengan jawaban Resi Winara, Ranubaya kembali mengajukan pertanyaan, "Lalu apa yang akan mereka lakukan dengan Dewi? Berlatih bersama?"

Resi Winara menepuk jidatnya melihat kepolosan Ranu. Dia lalu membisikkan sesuatu di kuping pemuda itu, "Mereka akan memakan daging dan mengambil sumsum Dewi."

"Apaaaaa?!" Ranu langsung menutup mulutnya karena terlalu keras berteriak.

"Sesat! Apa yang akan mereka lakukan tidak bisa disebut manusia jika mereka memiliki tubuh Dewi."

Resi Winara mengangguk.

Ranu lantas menoleh ke arah pertarungan yang masih terjadi dengan sengit.

"Baiklah, Kalau begitu kita pergi saja sekarang. Mumpung mereka sedang bertarung."

Resi Winara bingung dengan sikap Ranu, kalau mereka pergi dari situ begitu saja, pastinya akan ketahuan oleh para pendekar aliran hitam yang sedang bertarung.

"Kita tidak akan bisa pergi dari sini semudah itu, Ranu, mereka pasti tahu."

Ranu menggaruk kepalanya pura-pura berpikir, "Geni, apa kira-kira aku kuat menggendong mereka berdua?"

"Kuat saja. Masalahnya peti di punggungmu itu. Bagaimana kau akan menggendong mereka berdua?"

Ranu kembali berpikir dengan keras sebelum senyum terkembang lebar.

"Kakek, tolong gendong peti ini!" ucap Ranu setelah melepaskan gendongan petinya. Dia kemudian memasangkan peti tersebut ke punggung Resi Winara yang bingung melihat tingkahnya.

Setelah itu Ranu membopong Dewi dan kemudian menyuruh Resi Winara untuk naik ke punggungnya.

Para pendekar aliran hitam tidak memperdulikan adanya Ranu di tempat itu.

Mereka menilai Ranu hanyalah seorang pemuda biasa yang tidak akan mengganggu urusan mereka.

Namun betapa terkejutnya Marni ketika melihat gadis kecil dan dua orang lainnya telah lenyap dari tempat tersebut. Padahal baru beberapa saat yang lalu dia melihat Resi Winara berbicara dengan pemuda yang ditemuinya di kedai makan.

"Berhenti ...!!! Mereka berdua telah kabur. Kita telah ditipu Winara!" teriak Marni.

Pertarungan yang terjadi pun kemudian terhenti. Sumpah serapah dan beberapa nama hewan yang ada di kebun binatang pun tak luput keluar dari bibir mereka.

"Inilah jadinya kalau kita saling berambisi! Sekarang lebih baik kita bekerja sama mengejar mereka. Nanti kalau kita bisa mendapatkan gadis kecil itu, tubuhnya kita bagi dengan rata.

Bagaimana?" usul Woto.

Pendekar aliran hitam yang lain akhirnya menyetujui usul Woto. Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki, mereka melesat mengejar. Sedangkan tiga orang anak buah Datuk Sesat yang tenaga dalamnya di bawah mereka akhirnya tertinggal semakin jauh.

Episodes
1 LPDA 1
2 LPDA 2
3 LPDA 3
4 LPDA 4
5 LPDA 5
6 LPDA 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 LPDA 34
35 LPDA 35
36 LPDA 36
37 LPDA 37
38 LPDA 38
39 LPDA 39
40 LPDA 40
41 LPDA 41
42 LPDA 42
43 LPDA 43
44 LPDA 44
45 LPDA 45
46 LPDA 46
47 LPDA 47
48 LPDA 48
49 LPDA 49
50 LPDA 50
51 LPDA 51
52 LPDA 52
53 LPDA 53
54 LPDA 54
55 LPDA 55
56 LPDA 56
57 LPDA 57
58 LPDA 58
59 LPDA 59
60 LPDA 60
61 LPDA 61
62 LPDA 62
63 LPDA 63
64 LPDA 64
65 LPDA 65
66 LPDA 66
67 LPDA 67
68 LPDA 68
69 LPDA 69
70 LPDA 70
71 LPDA 71
72 LPDA 72
73 LPDA 73
74 LPDA 74
75 LPDA 75
76 LPDA 76
77 LPDA 77
78 LPDA 78
79 LPDA 79
80 LPDA 80
81 LPDA 81
82 LPDA 82
83 LPDA 83
84 LPDA 84
85 LPDA 85
86 LPDA 86
87 LPDA 87
88 LPDA 88
89 LPDA 89
90 LPDA 90
91 LPDA 91
92 LPDA 92
93 LPDA 93
94 LPDA 94
95 LPDA 95
96 LPDA 96
97 LPDA 97
98 LPDA 98
99 LPDA 99
100 LPDA 100
101 LPDA 101
102 LPDA 102
103 LPDA 103
104 LPDA 104
105 LPDA 105
106 LPDA 106
Episodes

Updated 106 Episodes

1
LPDA 1
2
LPDA 2
3
LPDA 3
4
LPDA 4
5
LPDA 5
6
LPDA 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
LPDA 34
35
LPDA 35
36
LPDA 36
37
LPDA 37
38
LPDA 38
39
LPDA 39
40
LPDA 40
41
LPDA 41
42
LPDA 42
43
LPDA 43
44
LPDA 44
45
LPDA 45
46
LPDA 46
47
LPDA 47
48
LPDA 48
49
LPDA 49
50
LPDA 50
51
LPDA 51
52
LPDA 52
53
LPDA 53
54
LPDA 54
55
LPDA 55
56
LPDA 56
57
LPDA 57
58
LPDA 58
59
LPDA 59
60
LPDA 60
61
LPDA 61
62
LPDA 62
63
LPDA 63
64
LPDA 64
65
LPDA 65
66
LPDA 66
67
LPDA 67
68
LPDA 68
69
LPDA 69
70
LPDA 70
71
LPDA 71
72
LPDA 72
73
LPDA 73
74
LPDA 74
75
LPDA 75
76
LPDA 76
77
LPDA 77
78
LPDA 78
79
LPDA 79
80
LPDA 80
81
LPDA 81
82
LPDA 82
83
LPDA 83
84
LPDA 84
85
LPDA 85
86
LPDA 86
87
LPDA 87
88
LPDA 88
89
LPDA 89
90
LPDA 90
91
LPDA 91
92
LPDA 92
93
LPDA 93
94
LPDA 94
95
LPDA 95
96
LPDA 96
97
LPDA 97
98
LPDA 98
99
LPDA 99
100
LPDA 100
101
LPDA 101
102
LPDA 102
103
LPDA 103
104
LPDA 104
105
LPDA 105
106
LPDA 106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!