bab 8

Sementara itu, uap yang keluar dari air mendidih semakin tebal dan menutupi tubuh Ranu. Dia sedang mengalami proses penempaan alam yang sangat jarang terjadi kepada seorang pendekar. Pemuda yang sedang berkonsentrasi merasakan nadi dan aliran darahnya yang ditata, tidak merasakan panasnya uap yang menyelimuti tubuhnya.

Sudah berjam-jam Ranu mengalami proses tersebut. Tubuhnya menjadi semakin ringan dan bahkan sedikit demi sedikit terangkat ke atas namun balik lagi ke bawah.

Hingga proses penataan tersebut selesai, tiba-tiba meledaklah gelombang energi yang berasal dari tubuh Ranu. Meskipun tidak bersuara, namun gelombang energi tersebut membuat pepohonon di dasar jurang tersebut meranggas dan menggugurkan daunnya.

Batu gunung besar yang didudukinya sampai retak. Bahkan, gua tempatnya tinggal selama hidup di dasar jurang tersebut menjadi bergetar hebat. Uap panas dari air mendidih yang menyelimutinya, tiba-tiba terhisap masuk ke dalam tubuhnya melalui seluruh pori-porinya.

Surojoyo bangkit berlari karena mengira terjadi sebuah gempa. Dia sedikit takut bila gua yang ditempatinya tidur akan runtuh.

Sesampainya di luar gua, matanya melotot dibuat terheran-heran karena pepohonan yang berada di dasar jurang mayoritas gundul dan menggugurkan daunnya.

"Kalau semua pohon gundul begini, besok dan seterusnya aku makan apa?" pikirnya dalam hati.

Namun sorot matanya tertuju kepada beberapa pohon pisang yang masih berdiri dengan tegak dan buahnya juga masih utuh tergantung di batangnya, "Lumayanlah dari pada tidak sama sekali."

Surojoyo masih belum menyadari jika pohon-pohon yang meranggas itu akibat ledakan energi dari tubuh Ranu.

Lelaki tua bertubuh pendek tersebut kemudian berjalan untuk melihat keadaan Ranu. Dari jauh dilihatnya posisi Ranu masih tetap seperti semula. Namun begitu dia sudah sampai di bibir kolam, Surojoyo tidak bisa menahan keterkejutannya.

"Apa yang terjadi dengan batu itu? Kenapa bisa retak merata seperti seperti habis terkena ledakan?"

Surojoyo kemudian menganalisa kejadian yang dilihatnya. Jika terjadi gempa, tidak mungkin pepohonan sampai menggugurkan daunnya dan batu besar yang diduduki Ranu sampai retak. Namun kalau terjadi ledakan, kenapa tidak ada suaranya?Dia lalu memandang dengan seksama ke arah tubuh Ranu. Surojoyo bahkan sampai menyipitkan matanya, karena merasa melihat uap panas yang keluar dari air mendidih di dalam kolam terhisap masuk ke dalam tubuh Ranu.

Surojoyo sempat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun setelah mengucek matanya berkali-kali, dia baru percaya dengan apa yang dilihatnya.

Setelah menunggu beberapa saat, Surojoyo melihat Ranu membuka matanya. "Sepertinya dia sudah berhasil menyelesaikan prosesnya," gumamnya.

Sebelum Surojoyo hendak meloncat ke atas batu yang diduduki Ranu, ternyata pemuda itu sudah terlebih dahulu meloncat ke bibir kolam. Gerakannya tak kalah ringan dengan yang dilakukan Surojoyo.

Tiba-tiba, batu yang tadi menjadi tempat duduk Ranu hancur berkeping-keping dan tenggelam ke dalam kolam. Surojoyo dan Ranu yang kaget bahkan sampai meloncat menjauh.

"Eladalah ... kok bisa sampai seperti itu? Kau apakan batu itu, Ranu?"

Ranu yang tidak paham dengan yang dimaksud Surojoyo hanya menggaruk kepalanya sambil menggeleng, "Aku hanya melakukan apa yang Kakek perintahkan."

Surojoyo tak habis pikir dengan berbagai kejadian yang dialaminya hari ini. Dia sudah tidak bisa berpikir secara logika, karena memang kejadiannya sulit untuk dipahami dengan nalar sehat.

"Sudahlah, ayo kembali ke dalam gua!" ajaknya.

Ranu mengekor di belakang Surojoyo yang berjalan terlebih dahulu dengan tergesa-gesa.

Sesampainya di dalam gua, Surojoyo meraih pergelangan tangan Ranu dan memeriksanya.

Senyumnya mengembang lebar seperti sedang menemukan emas permata.

"Detak nadi dan aliran darahmu sudah normal,Ranu. Sekarang kau sudah bisa menyimpan tenaga dalam di tubuhmu."

"Benarkah, Kek?"

Surojoyo mengangguk, "Hari sudah menjelang malam, sekarang istirahatlah dulu! Besok pagi Kakek akan mengajarimu mengolah tenaga dalam dan bagaimana memfungsikannya"

"Apakah lama proses mempelajarinya, Kek?"

"Tergantung kemampuanmu untuk menyerap apa yang Kakek ajarkan. Setelah nanti kau bisa menggunakan tenaga dalam yang Kakek ajarkan, kau masih harus belajar mengeluarkan potensi tenaga dalam Dewa Api di dalam tubuhmu," jawab Surojoyo.

Ranubaya mengangguk meski tidak terlalu paham. Dia takut kakek angkatnya akan memarahinya lagi seperti siang tadi.

Malam gelap datang menyapa, cahaya obor kecil sedikit menerangi ruangan dalam gua. Ranu yang masih belum tidur mengingat kembali semua gerakan jurus Pukulan Dewa Api yang sudah dihapalnya mulai awal sampai akhir.

Secara perlahan, matanya terasa semakin berat dan akhirnya dia pun tertidur dengan pulasnya.

Di dalam mimpinya, kejadian perampokan dan pembantaian yang terjadi di kampungnya, muncul dengan begitu jelas. terlihat juga pembantaian yang membuat kedua orang tua kandungnya mati dengan begitu tragis.

Ranubaya menyimpan erat wajah para pemerkosa dan pembunuh kedua orang tua dalam memori otaknya. Dia berjanji suatu saat dia akan menuntut balas.

Ranu terbangun dari mimpinya, nafasnya tersengal sengal bagai habis berlari jarak jauh.

"Ayah, Ibu, aku berjanji akan membalaskan dendam kematian kalian dan membuat kalian bangga mempunyai anak sepertiku." gumamnya dalam hati.

Pandangan mata Ranu lantas tertuju kepada obor kecil yang menyala redup tertiup hembusan angin yang berasal dari luar gua.Semakin lama Ranu memandang obor kecil itu, nyala apinya semakin membesar. Dia lalu menghentikan pandangannya dan kembali merebahkan tidurnya.

Seberkas sinar matahari pagi yang tidak terlalu terang memasuki dalam gua. Ranu bangun dari tidurnya dan menggeliatkan badan untuk melemaskan urat-uratnya. Dia menguap lebar lalu berjalan keluar dari gua menuju sungai.

Sambil bersiul kecil, Ranu berendam di dalam sungai yang tidak terlalu dalam tersebut cukup lama. "Sayang sekali tidak ada ikan yang hidup di sungai ini," batinnya.

Selesai mandi, Ranu bergegas mengambil buah pisang yang sudah masak di pohonnya. Dia lalu membawanya ke dalam gua dan menaruhnya di lantai.

Sambil menunggu Surojoyo bangun dari tidurnya, Ranu membuka kitab Jurus Dewa Api dan membuka bab tentang pengendalian tenaga dalam Dewa Api.

Mata pemuda 16 tahun itu mengawasi dengan seksama setiap kalimat yang tertulis di lembaran kertas. Dia membacanya berulangkali dan berusaha menghapalkannya agar dalam prakteknya nanti bisa lebih lancar.

"Ternyata harus melalui beberapa tahapan agar bisa menguasainya dengan sempurna," ucapnya pelan.

"Hoaaaam!"

Surojoyo menguap lebar seperti buaya yang lagi berjemur. Lelaki tua bertubuh pendek itu kemudian mengucek matanya dan melihat Ranu yang sedang fokus membaca kitab Jurus Dewa Api.

"Kau sudah bangun, Ranu, Kenapa tidak membangunkan Kakek?"

"Ah, kakek sudah bangun ternyata. Aku lihat kakek tertidur dengan pulas. Kuatirnya kalau aku bangunkan dan kakek sedang bermimpi indah, bisa-bisa aku kena marah lagi."

"Bocah semprul, pagi-pagi sudah ngajak bercanda!" Surojoyo menggelengkan kepalanya.

"Kakek, kalau mau naik ke atas lewat mana?" tanya Ranu.

"Kamu kenapa mau ke atas?" Surojoyo mengernyitkan dahinya penasaran.

"Ah, tidak apa-apa. Cuma mau tanya saja," sahut Ranu.

"Tidak ada jalan untuk ke atas, Ranu."

"Lalu Kakek kalau ke atas lewat mana?"

Klaim

"Dengan ilmu meringankan diri. Jadi kalau kamu tidak bisa ilmu tersebut, selamanya kamu tetap disini."

"Oooh!" Ranu mengerucutkan bibirnya.

"Sudah, Kakek mau mandi dulu," sergah Surojoyo sebelum Ranu bertanya yang lain.

Selepas Surojoyo Keluar dari gua, Ranu melanjutkan membaca kitab Jurus Dewa Api. Namun di beberapa bagian dia merasa ada beberapa hal yang belum dipahaminya.

Ranu menutup kitab tersebut dan menaruhnya di balik bajunya sesuai pesan Surojoyo yang menyuruhnya tidak boleh ditaruh sembarangan.

Pemuda tanggung itu kemudian keluar dari gua sambil membawa beberapa biji buah pisang untuk mengganjal perutnya.

Setelah berada di luar gua, Ranu baru menyadari kalau jurang tersebut sangat luas. Dia melihat sekeliling dan terlihat hanya pepohonan besar dan semak belukar yang lebat. Ingin dia menyusuri seisi jurang tersebut namun belum ada keberanian di hatinya.

Sesaat dia merasa ada sebuah energi besar yang seperti menariknya untuk datang ke tempat yang jauh itu."Kamu melihat apa, Ranu?" tegur Surojoyo ketika melihat Ranu sedang menatap jauh ke sekitar dasar jurang tersebut.

"Di sana ada apa, Kek?" tanya Ranu sambil mengarahkan jari telunjuk.

"Sama seperti di sini. Tidak ada yang istimewa di sana."

Ranu mengangguk pelan. Meski begitu rasa penasarannya masih tetap begitu besar.

"Ayo masuk ke dalam. Kakek ajari cara mengolah tenaga dalam." Surojoyo melangkah diikuti Ranu di belakangnya.

***

"ikuti semua arahan Kakek!" ujar Surojoyo yang sudah mengambil posisi bersila

"Ya, Kek," jawab Ranu. Dia lalu mengambil posisi duduk bersila dengan mata tertutup agar dapat berkonsentrasi.

"Letakkan kedua tanganmu di atas lutut dengan posisi telapak tangan menggenggam rileks atau renggang. Atur posisi punggung tegak dan kepala lurus menghadap ke depan. Tarik nafas melalui hidung sambil kedua tangan digerakkan melingkar ke samping tubuh, lalu gerakkan ke atas melewati kepala depan, kemudian gerakkan turun hingga berada di depan dada dengan membentuk kepalan pada tangan kanan, dan tangan kiri menopang kepalan tangan kanan," papar Surojoyo memberi pengarahan

Ranu mengikuti semua arahan kakek angkatnya tersebut secara perlahan.

"Tarik nafas lalu tahan sejenak!"

Di saat Ranu menahan nafas, dia merasakan ada desiran angin yang halus dan berputar di dalam tubuhnya.

"Hembuskan nafas melalui mulut sambil mengulurkan kedua tangan ke depan, lalu ke samping tubuh, dan kembali ke posisi semula."

Ranu merasakan tubuhnya terasa ringan.

Terpopuler

Comments

Bias Satria

Bias Satria

mantap Thor lanjut

2025-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 LPDA 1
2 LPDA 2
3 LPDA 3
4 LPDA 4
5 LPDA 5
6 LPDA 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 LPDA 34
35 LPDA 35
36 LPDA 36
37 LPDA 37
38 LPDA 38
39 LPDA 39
40 LPDA 40
41 LPDA 41
42 LPDA 42
43 LPDA 43
44 LPDA 44
45 LPDA 45
46 LPDA 46
47 LPDA 47
48 LPDA 48
49 LPDA 49
50 LPDA 50
51 LPDA 51
52 LPDA 52
53 LPDA 53
54 LPDA 54
55 LPDA 55
56 LPDA 56
57 LPDA 57
58 LPDA 58
59 LPDA 59
60 LPDA 60
61 LPDA 61
62 LPDA 62
63 LPDA 63
64 LPDA 64
65 LPDA 65
66 LPDA 66
67 LPDA 67
68 LPDA 68
69 LPDA 69
70 LPDA 70
71 LPDA 71
72 LPDA 72
73 LPDA 73
74 LPDA 74
75 LPDA 75
76 LPDA 76
77 LPDA 77
78 LPDA 78
79 LPDA 79
80 LPDA 80
81 LPDA 81
82 LPDA 82
83 LPDA 83
84 LPDA 84
85 LPDA 85
86 LPDA 86
87 LPDA 87
88 LPDA 88
89 LPDA 89
90 LPDA 90
91 LPDA 91
92 LPDA 92
93 LPDA 93
94 LPDA 94
95 LPDA 95
96 LPDA 96
97 LPDA 97
98 LPDA 98
99 LPDA 99
100 LPDA 100
101 LPDA 101
102 LPDA 102
103 LPDA 103
104 LPDA 104
105 LPDA 105
106 LPDA 106
Episodes

Updated 106 Episodes

1
LPDA 1
2
LPDA 2
3
LPDA 3
4
LPDA 4
5
LPDA 5
6
LPDA 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
LPDA 34
35
LPDA 35
36
LPDA 36
37
LPDA 37
38
LPDA 38
39
LPDA 39
40
LPDA 40
41
LPDA 41
42
LPDA 42
43
LPDA 43
44
LPDA 44
45
LPDA 45
46
LPDA 46
47
LPDA 47
48
LPDA 48
49
LPDA 49
50
LPDA 50
51
LPDA 51
52
LPDA 52
53
LPDA 53
54
LPDA 54
55
LPDA 55
56
LPDA 56
57
LPDA 57
58
LPDA 58
59
LPDA 59
60
LPDA 60
61
LPDA 61
62
LPDA 62
63
LPDA 63
64
LPDA 64
65
LPDA 65
66
LPDA 66
67
LPDA 67
68
LPDA 68
69
LPDA 69
70
LPDA 70
71
LPDA 71
72
LPDA 72
73
LPDA 73
74
LPDA 74
75
LPDA 75
76
LPDA 76
77
LPDA 77
78
LPDA 78
79
LPDA 79
80
LPDA 80
81
LPDA 81
82
LPDA 82
83
LPDA 83
84
LPDA 84
85
LPDA 85
86
LPDA 86
87
LPDA 87
88
LPDA 88
89
LPDA 89
90
LPDA 90
91
LPDA 91
92
LPDA 92
93
LPDA 93
94
LPDA 94
95
LPDA 95
96
LPDA 96
97
LPDA 97
98
LPDA 98
99
LPDA 99
100
LPDA 100
101
LPDA 101
102
LPDA 102
103
LPDA 103
104
LPDA 104
105
LPDA 105
106
LPDA 106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!