bab 19

Setelah memesan makanan, Ranu memilih duduk di sebuah meja di samping sepasang pria dan wanita setengah baya yang memakai baju seperti pendekar. Di punggung kedua orang itu, tergantung sebilah pedang yang mempunyai gagang berbentuk seperti kepala ular dan berwarna hijau.

Pria dan wanita tersebut melirikkan matanya sebentar ketika Ranu duduk di sebelah meja mereka.

Ranu duduk dengan santainya menunggu makanannya datang sambil bersiul kecil.

Tatapan matanya menyapu seluruh bagian dalam kedai yang begitu ramai. Dia melihat ada belasan orang yang memakai baju pendekar juga, seperti sepasang pria dan wanita yang duduk di sebelahnya.

Tidak lama kemudian, masuklah seorang lelaki tua dengan anak kecil perempuan berusia sekitar 10 tahun. Lelaki tua itu memandang ke sekeliling untuk mencari meja yang kosong.

Lelaki tua itu lalu mengajak anak kecil yang bersananya menuju meja Ranu. Kebetulan masih ada 3 kursi lain yang belum ditempati."Permisi, Nak. Bolehkah kami duduk di sini?"

ucap lelaki tua itu dengan sopan.

"Silahkan, Kek. Kebetulan juga aku sendirian dari tadi. Kursi itu belum ada yang menempati."

Lelaki tua itu kemudian mengajak anak kecil yang dalam dugaan Ranu adalah cucunya duduk di kursi kosong.

"Adik ini cucunya Kakek?"

"Iya, Nak. Ini cucu kakek. Namanya Dewi," jawab lelaki tua itu.

"Ternyata benar dugaanku." gumam Ranu memandang gadis kecil itu sambil tersenyum.

Beberapa saat kemudian, makanan yang dipesan Ranu sudah terhidang di meja. Meski perutnya sudah keroncongan, ia tidak langsung memakan hidangan menggoda selera yang sudah berada tepat di depannya. Ranu berinisiatif menunggu makanan yang dipesan lelaki tua tersebut matang, dan mereka bisa makan bersama.Sambil menunggu datangnya makanan yang dipesan lelaki tua tersebut, Ranu mengajaknya mengobrol untuk memecah kebekuan.

"Itu makanannya tidak dimakan, Nak?"

"Nanti saja, Kek. Nunggu makanan Kakek datang dulu. Tidak sopan rasanya jika aku makan sendirian. Nanti kita makan bersama-sama."

"Jarang sekali ada anak muda yang sepertimu saat ini, Nak," puji lelaki tua tersebut itu seraya tersenyum kagum melihat tatakarama yang ditunjukkan Ranu.

"Kakek warga dusun ini?"

Lelaki tua itu memandang Ranu dengan sedikit curiga. Namun dia tidak melihat ada niat buruk di mata Ranu.

"Kakek dari jauh, Nak. Mau mengantarkan cucuku kepada orang tuanya," jawabnya sambil tersenyum.

"Aku juga dari jauh, Kek. Kampungku dirampok dan kedua orang tuaku dibunuh para perampok itu. Tapi sudah lama, sekitar tiga tahun yang lalu," sahut Ranu.

Lelaki tua itu trenyuh mendengar sedikit cerita dari Ranu, dan menanggapi dengan sedikit senyuman di bibir.

Tanpa disadari Ranu, seluruh pendekar yang berada di kedai makan tersebut sesekali melirik ke arah mejanya. Begitu pula dengan dua orang pria dan wanita di sebelah meja yang ditempatinya.

Setelah makanan yang dipesan lelaki tua itu sudah berada di meja, mereka bertiga pun makan bersama-sama hingga selesai.

Ranu kemudian memanggil pelayan dan membayar semua makanan yang dimakan mereka bertiga.

Lelaki tua yang tidak menyebut namanya itu sedikit kaget karena makanannya dibayari Ranu. Dia hendak memberi uang untuk mengganti uang yang sudah dikeluarkan Ranu, tapi ditolak dengan halus oleh pemuda tersebut.

"Terima kasih, Anak muda. Tapi maaf, aku tidak bisa berlama-lama di tempat ini," ujar lelaki tua itu berpamitan.

"Silahkan, Kek."

Setelah lelaki tua dan cucunya keluar dari kedai makan, satu persatu pengunjung kedai makan tersebut juga menyusul keluar. Sedangkan Ranu tetap berada di kedai tersebut untuk beristirahat sejenak. Dia memutuskan tidak jadi belajar berkuda, sebab dia merasa geraknya akan semakin terhambat jika memakai kuda.

Tak berselang lama, Ranu kemudian keluar dari kedai tersebut dan membagikan satu peti koin perak kepada penduduk dusun yang hidupnya serba kekurangan. Sedangkan satu peti kecil yang berisi koin emas dia bungkus memakai kain dan menggendongnya di belakang punggung.

Dia berpikiran untuk membagikan koin-koin emas itu di sepanjang perjalanannya nanti.Pemuda itu tidak berniat menguasai harta yang dibawanya, sebab dia merasa harta tersebut bukan haknya. Dan juga dia mengambilnya dari perampok pula.

Ranu bisa merasakan penderitaan yang dirasakan kaum fakir miskin. Bagaimanapun dulu dia juga pernah merasakan hal yang sama. Sampai berumur 12 tahun dia dan keluarganya hidup dalam serba kekurangan.

Setelah membagikan semua koin perak yang dibawanya, Ranu kemudian melanjutkan perjalanannya.

Episodes
1 LPDA 1
2 LPDA 2
3 LPDA 3
4 LPDA 4
5 LPDA 5
6 LPDA 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 LPDA 34
35 LPDA 35
36 LPDA 36
37 LPDA 37
38 LPDA 38
39 LPDA 39
40 LPDA 40
41 LPDA 41
42 LPDA 42
43 LPDA 43
44 LPDA 44
45 LPDA 45
46 LPDA 46
47 LPDA 47
48 LPDA 48
49 LPDA 49
50 LPDA 50
51 LPDA 51
52 LPDA 52
53 LPDA 53
54 LPDA 54
55 LPDA 55
56 LPDA 56
57 LPDA 57
58 LPDA 58
59 LPDA 59
60 LPDA 60
61 LPDA 61
62 LPDA 62
63 LPDA 63
64 LPDA 64
65 LPDA 65
66 LPDA 66
67 LPDA 67
68 LPDA 68
69 LPDA 69
70 LPDA 70
71 LPDA 71
72 LPDA 72
73 LPDA 73
74 LPDA 74
75 LPDA 75
76 LPDA 76
77 LPDA 77
78 LPDA 78
79 LPDA 79
80 LPDA 80
81 LPDA 81
82 LPDA 82
83 LPDA 83
84 LPDA 84
85 LPDA 85
86 LPDA 86
87 LPDA 87
88 LPDA 88
89 LPDA 89
90 LPDA 90
91 LPDA 91
92 LPDA 92
93 LPDA 93
94 LPDA 94
95 LPDA 95
96 LPDA 96
97 LPDA 97
98 LPDA 98
99 LPDA 99
100 LPDA 100
101 LPDA 101
102 LPDA 102
103 LPDA 103
104 LPDA 104
105 LPDA 105
106 LPDA 106
Episodes

Updated 106 Episodes

1
LPDA 1
2
LPDA 2
3
LPDA 3
4
LPDA 4
5
LPDA 5
6
LPDA 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
LPDA 34
35
LPDA 35
36
LPDA 36
37
LPDA 37
38
LPDA 38
39
LPDA 39
40
LPDA 40
41
LPDA 41
42
LPDA 42
43
LPDA 43
44
LPDA 44
45
LPDA 45
46
LPDA 46
47
LPDA 47
48
LPDA 48
49
LPDA 49
50
LPDA 50
51
LPDA 51
52
LPDA 52
53
LPDA 53
54
LPDA 54
55
LPDA 55
56
LPDA 56
57
LPDA 57
58
LPDA 58
59
LPDA 59
60
LPDA 60
61
LPDA 61
62
LPDA 62
63
LPDA 63
64
LPDA 64
65
LPDA 65
66
LPDA 66
67
LPDA 67
68
LPDA 68
69
LPDA 69
70
LPDA 70
71
LPDA 71
72
LPDA 72
73
LPDA 73
74
LPDA 74
75
LPDA 75
76
LPDA 76
77
LPDA 77
78
LPDA 78
79
LPDA 79
80
LPDA 80
81
LPDA 81
82
LPDA 82
83
LPDA 83
84
LPDA 84
85
LPDA 85
86
LPDA 86
87
LPDA 87
88
LPDA 88
89
LPDA 89
90
LPDA 90
91
LPDA 91
92
LPDA 92
93
LPDA 93
94
LPDA 94
95
LPDA 95
96
LPDA 96
97
LPDA 97
98
LPDA 98
99
LPDA 99
100
LPDA 100
101
LPDA 101
102
LPDA 102
103
LPDA 103
104
LPDA 104
105
LPDA 105
106
LPDA 106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!