bab 9

 Dia Melakukan tarikan nafas dan menahannya berulang-ulang dengan rileks.

"Lakukan terus sampai nanti terasa ada energi yang hendak keluar dari tubuhmu," lanjut Surojoyo.

Lelaki tua yang ternyata seorang pendekar itu kemudian keluar dari gua dan berjalan jauh hingga sampai di sebuah batu gunung lumayan besar yang tertutupi semak-semak.

Dengan perlahan Surojoyo membersihkan semak-semak tersebut hingga bersih. Terlihat di atas batu gunung itu ada sebuah pedang yang tidak terlalu panjang menancap dengan kuat.

"Pedang Segoro Geni, lama kita tidak berjumpa. Jikalau anak yang bersamaku itu bisa menerima semua ilmuku, ikutlah dengannya. Sudah saatnya kau muncul lagi di dunia persilatan."

Seolah mengerti dengan ucapan Surojoyo, pedang yang terbilang pendek dan berwarna hitam itu bergetar dengan kuat. Dan tiba-tiba saja pedang pusaka yang memiliki nama Segoro Geni itu mengeluarkan kobaran api lumayan besar.

Surojoyo tersenyum, "Tenanglah, aku yakin dia mempunyai sifat yang luhur. Dia tidak akan terjebak dengan kepalsuan duniawi. Kau akan memiliki tuan baru yang bakal lebih hebat dari pada aku."

Api yang berkobar itu kemudian surut dan menghilang. Tiba-tiba saja muncul sesosok makhluk seperti manusia bertanduk tinggi besar namun terbentuk dari api.

"Kenapa kau bisa bilang seperti itu, Tuan Suro? Siapa anak yang kau maksud itu?"

"Akhirnya kau muncul juga, Geni. Ketahuilah, anak itu ditakdirkan menjadi penerus Pendekar Dewa Api. Kau tahu sendiri kalau Pendekar Dewa Api tidak sembarangan memilih orang untuk menjadi penerusnya."

"Orang itu lagi. Nanti kalau anak itu sudah memiliki Pedang Dewa Api, aku bakal diserahkan kepada orang lain seperti dulu ketika dia menyerahkanku padamu."

"Hahaha, jangan cemberut begitu, Geni. Pendekar Dewa Api pasti punya alasan khusus memberikanmu padaku," Surojoyo terkekeh pelan.

"Anak ini tidak membawa Pedang Dewa Api bersamanya, sudah pasti nanti dia akan mencari pedang tersebut sampai ketemu. Dan itu berarti bisa jadi kau akan bersamanya selamanya." lanjut Surojoyo menenangkan Geni.

"Baiklah, tapi dengan syarat dia harus bisa mengalahkanku!" sahut Geni dengan nada suara datar. Jelas dia masih merasa kecewa dengan sosok pendekar yang telah menyerahkannya kepada Surojoyo setelah memiliki pedang Dewa Api.

Surojoyo sendiri kaget dengan syarat yang diberikan makhluk api yang bersemayam di dalam Pedang Segoro Geni tersebut. Sebab dia dulu tidak diberi syarat seperti itu oleh sang pendekar legenda."Kenapa kau memberi syarat seperti itu, Geni?"

"Dia harus bisa membuktikan bisa menjadi tuanku! Aku tidak mau dimiliki tuan yang lemah!" Suara Geni sedikit meninggi. "Apalagi nanti jika dia mendapatkan Pedang Dewa Api, aku pasti jadi yang kedua. Apa kau tahu rasanya menjadi yang kedua?"

Tawa Surojoyo meledak, dia tidak menyangka jika makhluk seperti Geni masih punya perasaan. Siluman api yang terkenal bengis ternyata memiliki hati tak ubahnya manusia.

"Aku akan berbicara dengannya tentangmu nanti."

"Tidak perlu!" sergah Geni. "Biar waktu yang akan menilai sifat anak itu seperti apa!" lanjutnya.

"Baiklah kalau itu maumu, aku akan kembali dan melatihnya dengan keras agar bisa menaklukkanmu," ucap Surojoyo.

Geni tiba-tiba menyusut kecil dan menghilang.Surojoyo menarik napas panjang lalu kemudian berjalan kembali menuju gua.

Sambil berjalan, Surojoyo tersenyum mengenang di saat Pendekar Dewa Api menyerahkan Pedang Segoro Geni kepadanya hampir 150 tahun yang lalu.

"Suro, waktuku tidak lama lagi. Paling lama 15 tahun lagi aku akan menghilang dari dunia ini. Dalam kurun waktu itu, belum tentu aku bisa bertemu lagi denganmu," ucap Dewangga, alias Pendekar Dewa Api.

"Tuan mau kemana?"

"Aku tidak tahu harus melangkah kemana? Biarlah hati ini yang menuntun kemana aku harus melangkahkan kakiku."

"Tapi Tuan ..."

"Kau tidak perlu bersedih, Suro. Sudah waktunya kau harus mengarungi dunia ini sendiri. Bawalah pedang ini bersamamu." Pendekar Dewa Api menyerahkan sebuah pedang pendek berbilah hitam kepada Surojoyo.

"Pedang ini bernama Segoro Geni. Meskipun tidak sekuat Pedang Dewa Api, pedang itu sudah sangat mumpuni di dunia persilatan. Hanya ada sedikit pusaka yang bisa mengimbangi kekuatannya. Tombak Bayu Sutro, Golok Tirta Aji dan Pedang Sabdo Bumi.

Keempat pusaka itu diciptakan Resi Abiyasa dari empat unsur alam, dan masing-masing pusaka itu mewakili satu unsur," lanjutnya.

Surojoyo hanya bisa terdiam tanpa bicara.

"Kalau kau mau, kau bisa mencari ketiga pusaka itu dan menyatukannya. Aku yakin kau akan menjadi pendekar terkuat di dunia persilatan."

"Aku tidak punya keinginan menjadi yang terkuat, Tuan." jawab Surojoyo.

"Baiklah, Suro. Cukup sampai di sini perjumpaan kita. Kau harus bisa melangkahkan kakimu di jalan kebenaran. Berhati-hatilah dengan godaan dunia. Sekali kau salah melangkah, kau akan terjebak di dalamnya," ucap Dewangga sambil tersenyum lalu menghilang.

Tanpa sadar langkah kaki Surojoyo sudah mendekati Gua tempatnya berdiam selama puluhan tahun menjauhi dunia persilatan.

Dia kemudian duduk di sebuah batu di depan pintu gua.

***

Sudah hampir tujuh hari Ranu melakukan proses pengolahan tenaga dalam. Selama itu pula Surojoyo meninggalkan dirinya sendirian di dalam gua.

Di suatu siang, Ranu merasakan dorongan energi yang kuat dari dalam tubuhnya. Energi tersebut seperti hendak menerobos keluar melalui seluruh pori-porinya. Ranu yang masih dalam keadaan terpejam kemudian melepaskan dorongan energi tersebut memancar keluar dari tubuhnya.

Suasana di luar gua tiba-tiba tenang. Tidak ada suara burung ataupun hewan lainnya yang biasanya membuat semarak di dasar jurang. Angin yang berhembus pun tiba-tiba berhenti seolah ada sesuatu yang membuatnya diam.

Suasana tenang tersebut hanya terjadi beberapa saat sampai tiba-tiba angin seperti terhisap ke dalam gua dan kemudian memasuki tubuh Ranu.

Pemuda tanggung tersebut tetap diam dan merasakan semua proses pengolahan yang dialaminya.

Beberapa saat kemudian Ranu membuka matanya karena proses pengolahan tenaga dalamnya telah selesai. Dia lantas menarik napas panjang dan menatap sekeliling. Dahinya mengkerut setelah tidak menemukan kakeknya berada di dalam gua.

Sementara itu Surojoyo sudah berada di dusun Karangkembang. Dia sedang mencari informasi tentang perampokan yang terjadi hampir sebelas purnama lalu di dusun Karangasri.

"Semua korban meninggal sudah dikuburkan,Kang. Sedangkan yang selamat tidak mau kembali ke dusun itu," ucap salah seorang lelaki yang juga warga dusun setempat.

"Namun ada satu anak laki-laki yang menghilang dan sampai hari ini tidak kembali. Entah dibawa mereka atau pergi kemana. Yang pasti kedua orang tuanya sudah meninggal," tambahnya.

"Itu pasti Ranu," pikir Surojoyo.

"Lalu kisanak apakah tahu siapa pelaku perampokan tersebut?"

Lelaki yang ditanya Surojoyo terdiam sesaat, "Maaf Kang, kami sudah sepakat untuk tidak menyebut nama itu lagi."

"Baiklah, Kisanak. Terima kasih atas makanan yang Kisanak berikan ini." Surojoyo kemudian berpamitan dan berjalan menjauhi lelaki tersebut. Dia berjalan kembali ke jurang untuk melihat perkembangan murid satu-satunya yang sedang mengolah tenaga dalamnya.

Sesampainya di bibir jurang, Surojoyo melompat dengan ringan hingga mencapai dasar jurang. Dilihatnya, Ranu sedang berada di luar gua sambil meregangkan kedua tangannya.

Surojoyo melangkahkan kakinya mendekati Ranu. "Kamu kenapa di luar gua? Bukankah seharusnya kamu berlatih mengolah tenaga dalammu?"

Ranu terkekeh melihat Surojoyo yang sedikit marah kepadanya.

"Kalau sudah selesai, masa iya harus diteruskan, Kek?"

Surojoyo mengernyitkan dahinya, "Sudah selesai?" tanya Surojoyo keheranan.

Ranu mengangguk, "Seperti yang Kakek ucapkan kemarin."

Surojoyo tidak percaya dengan ucapan Ranu. Dia lalu memeriksa pergelangan tangan kiri pemuda tersebut.

Kedua alis lelaki sepuh itu menyatu tak percaya dan juga keheranan. Bagaimana mungkin proses pengolahan tenaga dalam yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan bisa diselesaikan dalam waktu satu minggu. Bahkan, yang dia rasakan bukan hanya tenaga dalam saja yang bisa diolah Ranu, melainkan ada unsur alam juga yang ada pada diri pemuda tersebut.

"Kita duduk di sini dan coba ceritakan bagaimana proses yang kamu alami."

Ranu lalu duduk di samping Surojoyo dan mulai bercerita panjang lebar.

"Proses terakhir itu seperti ada dorongan angin yang sangat kuat memasuki tubuhku, Kek. Setelah itu, Angin tersebut seperti bergerak dengan lembut ke seluruh bagian tubuhku."

"Kau sudah memiliki tenaga dan dan juga sudah menguasai perubahan unsur angin, Ranu. Untuk sementara jangan berlatih Pukulan Dewa Api terlebih dahulu agar tenaga dalammu tidak rusak," balas Surojoyo.

"Lalu aku berlatih jurus apa, Kek?""Tenang, Ranu. Kakek punya banyak jurus yang bisa kau pelajari," jawab Surojoyo sambil tersenyum. Dia yakin dalam waktu singkat pemuda yang sudah dianggapnya cucunya sendiri itu akan bisa dengan cepat menguasai jurus-jurus yang dimilikinya.

Hari demi hari dilalui Ranu hanya dengan berlatih dan berlatih. Surojoyo dengan telaten memberi pengarahan kepada cucu angkatnya itu agar bisa dengan cepat menghapal dan menguasai semua gerak jurus yang diajarkannya.

Sebulan, dua bulan hingga tak terasa sudah berganti tahun. Fisik Ranu semakin tinggi dan mempunyai tubuh yang tegap berisi. Wajahnya juga sedikit lebih tegas dengan rahang yang kokoh.

Dua tahun lamanya Ranu berlatih dibawah bimbingan Surojoyo. Sudah ada 5 jurus dan ajian Saipi angin yang dikuasainya.

Episodes
1 LPDA 1
2 LPDA 2
3 LPDA 3
4 LPDA 4
5 LPDA 5
6 LPDA 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 LPDA 34
35 LPDA 35
36 LPDA 36
37 LPDA 37
38 LPDA 38
39 LPDA 39
40 LPDA 40
41 LPDA 41
42 LPDA 42
43 LPDA 43
44 LPDA 44
45 LPDA 45
46 LPDA 46
47 LPDA 47
48 LPDA 48
49 LPDA 49
50 LPDA 50
51 LPDA 51
52 LPDA 52
53 LPDA 53
54 LPDA 54
55 LPDA 55
56 LPDA 56
57 LPDA 57
58 LPDA 58
59 LPDA 59
60 LPDA 60
61 LPDA 61
62 LPDA 62
63 LPDA 63
64 LPDA 64
65 LPDA 65
66 LPDA 66
67 LPDA 67
68 LPDA 68
69 LPDA 69
70 LPDA 70
71 LPDA 71
72 LPDA 72
73 LPDA 73
74 LPDA 74
75 LPDA 75
76 LPDA 76
77 LPDA 77
78 LPDA 78
79 LPDA 79
80 LPDA 80
81 LPDA 81
82 LPDA 82
83 LPDA 83
84 LPDA 84
85 LPDA 85
86 LPDA 86
87 LPDA 87
88 LPDA 88
89 LPDA 89
90 LPDA 90
91 LPDA 91
92 LPDA 92
93 LPDA 93
94 LPDA 94
95 LPDA 95
96 LPDA 96
97 LPDA 97
98 LPDA 98
99 LPDA 99
100 LPDA 100
101 LPDA 101
102 LPDA 102
103 LPDA 103
104 LPDA 104
105 LPDA 105
106 LPDA 106
Episodes

Updated 106 Episodes

1
LPDA 1
2
LPDA 2
3
LPDA 3
4
LPDA 4
5
LPDA 5
6
LPDA 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
LPDA 34
35
LPDA 35
36
LPDA 36
37
LPDA 37
38
LPDA 38
39
LPDA 39
40
LPDA 40
41
LPDA 41
42
LPDA 42
43
LPDA 43
44
LPDA 44
45
LPDA 45
46
LPDA 46
47
LPDA 47
48
LPDA 48
49
LPDA 49
50
LPDA 50
51
LPDA 51
52
LPDA 52
53
LPDA 53
54
LPDA 54
55
LPDA 55
56
LPDA 56
57
LPDA 57
58
LPDA 58
59
LPDA 59
60
LPDA 60
61
LPDA 61
62
LPDA 62
63
LPDA 63
64
LPDA 64
65
LPDA 65
66
LPDA 66
67
LPDA 67
68
LPDA 68
69
LPDA 69
70
LPDA 70
71
LPDA 71
72
LPDA 72
73
LPDA 73
74
LPDA 74
75
LPDA 75
76
LPDA 76
77
LPDA 77
78
LPDA 78
79
LPDA 79
80
LPDA 80
81
LPDA 81
82
LPDA 82
83
LPDA 83
84
LPDA 84
85
LPDA 85
86
LPDA 86
87
LPDA 87
88
LPDA 88
89
LPDA 89
90
LPDA 90
91
LPDA 91
92
LPDA 92
93
LPDA 93
94
LPDA 94
95
LPDA 95
96
LPDA 96
97
LPDA 97
98
LPDA 98
99
LPDA 99
100
LPDA 100
101
LPDA 101
102
LPDA 102
103
LPDA 103
104
LPDA 104
105
LPDA 105
106
LPDA 106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!