LPDA 3

Semua yang dilihatnya terasa berputar-putar dan dia pun akhirnya jatuh pingsan.

"Hahahaha ... berani macam-macam denganku pasti akan menemui bencana!" teriak Sanjaya dengan begitu sombongnya.

Keempat teman Sanjaya juga ikut tertawa lepas begitu tahu kalau Ranu telah pingsan.

Tak lama kemudian, Sanjaya kemudian mengajak teman-temannya untuk pergi dari tempat itu meninggalkan Ranu yang sudah terkapar pingsan.

Tiga jam lamanya Ranu pingsan.Akhirnya dia sadar lalu memegangi kepalanya yang benjol terkena tendangan Sanjaya. Sambil menahan nyeri, dia lalu berdiri dan memandang ikatan rumput yang masih tetap berada di tempatnya.

"Syukurlah mereka tidak membuang rumput itu," pikirnya.

Ranu kemudian mengangkat ikatan rumput tersebut dan menaruhnya di atas kepalanya.

Sambil berjalan, dia terus berpikir kenapa jurus Pukulan Dewa Api yang dia pelajari tidak bisa digunakan? Di mana letak kesalahannya?

Beberapa saat kemudian,Akhirnya dia sadar lalu memegangi kepalanya yang benjol terkena tendangan Sanjaya. Sambil menahan nyeri, dia lalu berdiri dan memandang ikatan rumput yang masih tetap berada di tempatnya.

"Syukurlah mereka tidak membuang rumput itu," pikirnya.

Ranu kemudian mengangkat ikatan rumput tersebut dan menaruhnya di atas kepalanya.

Sambil berjalan, dia terus berpikir kenapa jurus Pukulan Dewa Api yang dia pelajari tidak bisa digunakan? Di mana letak kesalahannya?

Beberapa saat kemudian,pemuda 15 tahun itu tiba di rumahnya juragan Mahendra. Dia langsung menuju kandang ternak yang berada di belakang rumah besar tersebut.

"Kau dari mana saja, Ranu?!"

Suara berat seorang lelaki terdengar dengan keras. Ranu menoleh dan melihat juragan Mahendra berdiri di pintu kandang ternak, sambil berkacak pinggang menatapnya tajam penuh rasa marah.

"Maaf juragan, Tadi ada masalah di jalan."

Juragan Mahendra mendekati Ranu. "Kau jangan banyak alasan Ranu! Aku tahu kau pasti meremehkan pekerjaan ini!" ujarnya tetap dengan suara yang keras.

"Tidak, Juragan. Aku tidak mungkin menyepelekan suatu pekerjaan. Aku berani bersumpah tadi ada masalah di jalan."

Emosi Juragan Mahendra pun merendah. Dilihatnya tatapan mata Ranu yang tidak menyiratkan kebohongan sedikitpun.

"Baiklah, sekarang aku percaya kepadamu, tapi lain kali jangan diulangi lagi!" ucap juragan Mahendra sambil mengelus kepala Ranu.

"Auuuh!"

Ranu menjerit kecil ketika tangan juragan Mahendra tanpa sengaja mengenai kepalanya yang benjol.

Juragan Mahendra terkejut lalu memeriksa kepala Ranu yang terkena tangannya tadi.

"Kepalamu kenapa ini?"

"Maaf juragan, ini yang tadi aku maksud masalah di jalan. Aku dihajar Sanjaya dan teman-temannya."

"Sanjaya anaknya juragan Mardoto?"

Ranu mengangguk pelan," Benar,Juragan. Aku sudah berusaha melawan, tapi mereka mengeroyokku."

"Apa kau pernah berbuat salah kepada mereka?" tanya Juragan Mahendra lagi.

Ranu menggeleng pelan, "Aku tidak pernah berbuat salah sama siapapun juragan. Ayah selalu menekankan agar aku selalu berbuat baik dan bersikap jujur.

Entah kenapa mereka selalu ingin menghajarku?"

"Berarti mereka sudah sering menghajarmu?"

Ranu mengangguk. Tanpa sadar dia sudah mengeluh tentang perbuatan yang dilakukan Sanjaya terhadapnya b.

"Anak dan ayah perangainya sama saja!" ucap Juragan Mahendra geram.

"Tidak apa-apa juragan, biarkan saja. suatu saat mereka pasti akan mendapat karmanya."

Juragan Mahendra tersenyum kecil melihat sikap yang ditunjukkan Ranu. "Apa kau pernah belajar ilmu kanuragan?"

"Aku pernah mencoba untuk ikut seleksi, Juragan. Tapi kata orang yang mengujiku, aku tidak punya bakat sama sekali. Kalaupun aku belajar sampai mati, aku tetap tidak akan bisa memiliki tenaga dalam. Itu yang menjadi alasan Sanjaya dan teman-temannya untuk menghajarku setiap aku bertemu mereka."

Juragan Mahendra merasa trenyuh mendengar cerita Ranu. Dia kemudian mengeluarkan beberapa koin perak dari kantongnya dan memberikannya kepada Ranu. "Ambilla, ini adalah hadiah buatmu. Pergunakanlah dengan baik."

Wajah Ranu yang tadinya sendu langsung semringah melihat beberapa koin perak sudah berada di tangannya. Bagi dia dan keluarganya yang miskin,pemberian koin perak tersebut sangatlah banyak. Dia tidak pernah menyangka jika Juragan Mahendra merupakan orang yang begitu dermawan, terlepas dari sosoknya yang tinggi besar.

"Terima kasih, Juragan.

Pemberian juragan ini sungguh

sangat berarti bagi keluargaku.

Semoga Dewata selalu memberi Juragan kesehatan dan kelancaran rejeki."

Ranu kemudian berlari pulang dengan perasaan gembira. Rasa sakit yang dirasakannya tadi sudah tidak terasa karena tertutupi hadiah dari juragan Mahendra.Sesampainya di depan rumah, Ranu berteriak memanggil ayah dan ibunya dengan keras. Kedua orang tuanya yang sedang berada di dalam rumah keluar dengan tergopoh gopoh mendengar suara anaknya berteriak. Mereka takut terjadi sesuatu hal dengan anak satu-satunya tersebut.

"Ada apa, Nak? Apakah terjadi sesuatu hal padamu?" tanya Murti, ibunya Ranu.

"Kita hari ini bisa makan enak, Bu. Lihat ...!" Ranu membuka telapak tangannya dan menunjukkan juragan Mahendra.

"Kamu dapat ini dari mana, Ranu? Apa kamu mencuri? Ibu dan ayahmu tidak pernah mengajarimu menjadi pencuri?"

Murti bertanya dengan penuh selidik.

"Aku tidak mencuri, Bu. Aku mendapat koin perak ini dari Juragan Mahendra."

"Kamu jangan bohong, Ranu.

Tidak mungkin juragan

Mahendra memberimu sebanyak ini!" Intonasi suara murti semakin meninggi.

"Murti, jangan menuduh Ranu seperti itu. Apakah selama ini beberapa koin perak yang didapatnya dari Ranu pernah mencuri?" Ayah Ranu mencoba membela anaknya.

"Tapi Kakang, tidak mungkin juragan Mahendra memberi koin sebanyak ini kepada anak kita!" bantah Murti.

"Sudah, Kakang akan bertanya kepada juragan Mahendra dulu. Aku yakin Ranu tidak akan berbuat hal yang sekotor itu."

"Awas saja kalau kamu mencuri, Ranu! Meski keluarga kita miskin, tapi kita masih punya harga diri."

"Ayah, Ibu, aku berani bersumpah kalau tidak mencuri." Ranu berusaha meyakinkan kedua orang tuanya.

"Aku akan ke rumah juragan Mahendra untuk menanyakan tentang koin ini. Kalian tunggu di rumah!" ucap ayah Ranu.

Selepas berbicara, ayah Ranu berjalan menuju rumah juragan Mahendra yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

Beberapa saat kemudian, lelaki yang di kampung Karangasri terkenal pendiam itupun sampai di rumah Juragan Mahendra.

Segera dia menuju kandang ternak di belakang rumah, karena dia tahu kalau juragan Mahendra suka menghabiskan waktunya di kandang ternaknya tersebut.

Terpopuler

Comments

🥀⃟ʙʀRos🥀

🥀⃟ʙʀRos🥀

keren Thor🙏🙏🙏

2025-02-18

1

lihat semua
Episodes
1 LPDA 1
2 LPDA 2
3 LPDA 3
4 LPDA 4
5 LPDA 5
6 LPDA 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 LPDA 34
35 LPDA 35
36 LPDA 36
37 LPDA 37
38 LPDA 38
39 LPDA 39
40 LPDA 40
41 LPDA 41
42 LPDA 42
43 LPDA 43
44 LPDA 44
45 LPDA 45
46 LPDA 46
47 LPDA 47
48 LPDA 48
49 LPDA 49
50 LPDA 50
51 LPDA 51
52 LPDA 52
53 LPDA 53
54 LPDA 54
55 LPDA 55
56 LPDA 56
57 LPDA 57
58 LPDA 58
59 LPDA 59
60 LPDA 60
61 LPDA 61
62 LPDA 62
63 LPDA 63
64 LPDA 64
65 LPDA 65
66 LPDA 66
67 LPDA 67
68 LPDA 68
69 LPDA 69
70 LPDA 70
71 LPDA 71
72 LPDA 72
73 LPDA 73
74 LPDA 74
75 LPDA 75
76 LPDA 76
77 LPDA 77
78 LPDA 78
79 LPDA 79
80 LPDA 80
81 LPDA 81
82 LPDA 82
83 LPDA 83
84 LPDA 84
85 LPDA 85
86 LPDA 86
87 LPDA 87
88 LPDA 88
89 LPDA 89
90 LPDA 90
91 LPDA 91
92 LPDA 92
93 LPDA 93
94 LPDA 94
95 LPDA 95
96 LPDA 96
97 LPDA 97
98 LPDA 98
99 LPDA 99
100 LPDA 100
101 LPDA 101
102 LPDA 102
103 LPDA 103
104 LPDA 104
105 LPDA 105
106 LPDA 106
Episodes

Updated 106 Episodes

1
LPDA 1
2
LPDA 2
3
LPDA 3
4
LPDA 4
5
LPDA 5
6
LPDA 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
LPDA 34
35
LPDA 35
36
LPDA 36
37
LPDA 37
38
LPDA 38
39
LPDA 39
40
LPDA 40
41
LPDA 41
42
LPDA 42
43
LPDA 43
44
LPDA 44
45
LPDA 45
46
LPDA 46
47
LPDA 47
48
LPDA 48
49
LPDA 49
50
LPDA 50
51
LPDA 51
52
LPDA 52
53
LPDA 53
54
LPDA 54
55
LPDA 55
56
LPDA 56
57
LPDA 57
58
LPDA 58
59
LPDA 59
60
LPDA 60
61
LPDA 61
62
LPDA 62
63
LPDA 63
64
LPDA 64
65
LPDA 65
66
LPDA 66
67
LPDA 67
68
LPDA 68
69
LPDA 69
70
LPDA 70
71
LPDA 71
72
LPDA 72
73
LPDA 73
74
LPDA 74
75
LPDA 75
76
LPDA 76
77
LPDA 77
78
LPDA 78
79
LPDA 79
80
LPDA 80
81
LPDA 81
82
LPDA 82
83
LPDA 83
84
LPDA 84
85
LPDA 85
86
LPDA 86
87
LPDA 87
88
LPDA 88
89
LPDA 89
90
LPDA 90
91
LPDA 91
92
LPDA 92
93
LPDA 93
94
LPDA 94
95
LPDA 95
96
LPDA 96
97
LPDA 97
98
LPDA 98
99
LPDA 99
100
LPDA 100
101
LPDA 101
102
LPDA 102
103
LPDA 103
104
LPDA 104
105
LPDA 105
106
LPDA 106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!