bab 10

Dua di antara jurus tersebut adalah jurus andalan Surojoyo selama mengarungi dunia Persilatan, yakni jurus Pedang Segoro Geni dan jurus Pukulan tanpo Wujud. Sedangkan ajian Saipi angin adalah ajian meringankan tubuh.

"Ranu, Sekarang sudah saatnya kau mempelajari jurus yang ada di dalam kitab Jurus Dewa Api. Namun Sebelumnya kau harus bisa menguasai tenaga dalam Dewa Api."

Ranubaya mengangguk pelan. Tak terasa sudah tiga tahun lamanya dia berada di dasar jurang angker, dan kini usianya sudah mencapai angka 18 tahun.

"Kakek hanya akan mengajari cara mempelajari cara memaksimalkan tenaga dalam Dewa Api. Setelah kau bisa menguasainya, kau harus belajar sendiri jurus-jurus yang ada di dalam kitab itu."

"Kenapa harus belajar sendiri? Bukankah kakek bisa mengajariku?"

"Apa kau ingin semua ilmu kanuragan yang kakek miliki musnah?""Oh, iya ... maafkan Ranu, Kek. Aku baru ingat kalau jurus yang ada di dalam kitab itu tidak bisa dikuasai sembarang orang," jawab Ranu lalu sambil terkekeh pelan.

"Kau ini bercanda saja, Ranu. Sekarang ikut aku!" Surojoyo berdiri dan mengajak Ranu menuju suatu tempat yang cukup jauh dari gua tempat mereka berdiam selama ini.Beberapa saat kemudian, keduanya sampai di suatu tempat yang berbentuk seperti cekungan namun sangat luas. Di dalam cekungan tersebut, terlihat lava yang membara dan mengeluarkan asap mengepul tebal tiada henti.

"Kau lihat batu yang berada di sana!" tunjuk Surojoyo.

Ranu melihat sebuah batu yang berbentuk lingkaran namun tidak besar dan hanya cukup untuk berdiri saja.

"Ada apa dengan batu itu, Kakek?"

"Kamu ke sana dan makan batu itu!" sahut Surojoyo dengan sedikit kesal.

"Baiklah, Kek. Aku akan meloncat kesana dan mengambil batu itu," jawab Ranu dengan polos. Dia lalu bersiap untuk meloncat namun langsung dicegah Surojoyo."Kau ini dibilang bodoh juga tidak. Dibilang pintar tapi bodohnya luar biasa. Apa kau mau gigimu rompal semua karena memakan batu itu?"

Ranu terkekeh pelan. "Siapa juga yang mau memakan batu itu? Aku hanya mau mengambil batu itu untuk Kakek. Siapa tahu Kakek lagi ngidam."

"Oooh ... Bocah semprul Sontoloyo! Sekarang bukan waktunya bercanda!"

"Bukannya Kakek dulu yang mengajak bercanda, bagaimana sih!?" Ranu membalas dengan gaya cuek.

"Duh Gusti Kang Moho Agung, kenapa Pendekar Dewa Api bisa memilih bocah semprul seperti ini sebagai penerusnya," gumam Surojoyo sambil menepuk jidatnya.

Surojoyo sendiri tentunya sangat heran dengan pilihan Pendekar Dewa Api yang memilih Ranu sebagai penerusnya. Sebab mereka berdua memiliki dua sifat yang jauh berbeda. Pendekar Dewa Api memiliki sifat yang tenang dan berwibawa. Sedangkan Ranu sifatnya konyol dan semaunya sendiri.

Ranu tertawa kecil sambil menutup mulutnya, ketika mendengar Kakek angkatnya menggerutu.

"Sudah, waktunya serius! Apakah kamu sudah menghapalkan cara membangkitkan tenaga dalam Dewa Api?"

Ranu mengangguk pasti.

"Meloncatlah dan berdiri di batu itu. Lalu praktekkan apa saja tahapan untuk membangkitkan tenaga dalam Dewa Api."

Ranu terkejut luar biasa. Dia tidak menyangka jika untuk membangkitkan tenaga dalam Dewa Api saja sampai harus bertaruh nyawa. Dia bergidik ngeri membayangkan jika sampai terjatuh ke dalam lava yang mendidih.

"Kalau aku sampai terjatuh bagaimana, Kek?"

"Ya ... kau akan menjadi seperti bebek hangus,hehehe." Surojoyo terkekeh melihat ekspresi muka yang ditunjukkan Ranu.

"Kalau kau tidak berani, berarti kau tidak pantas menjadi penerus pendekar legendaris tersebut," lanjutnya.

Merasa tertantang, Ranu mengangkat mukanya, "Siapa bilang aku takut!? Kalau aku terjatuh ke bawah, arwahku akan menghantui Kakek seumur hidup, hahaha!"

Tanpa berpikir panjang, Ranu kemudian menggunakan ajian Saipi Angin dan meloncat ke atas batu yang dikelilingi lava panas mendidih.

Surojoyo menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa membayangkan kalau sebentar lagi akan ada pendekar besar yang muncul dan mempunyai sifat yang begitu konyol.

Sebelum berkonsentrasi dengan penuh, Ranu terlebih dahulu menyeimbangkan tubuhnya. Tentu dia tidak ingin direbus hidup-hidup dalam danau lava yang bergejolak hebat.Sesaat kemudian dia menyingsingkan lengan kanannya dan menyilangkan pergelangan tangan kanan yang bergambar ular merah ke dadanya.

Untuk beberapa saat tidak ada perubahan apapun yang terjadi. Namun dalam setengah jam berikutnya, gambar ular merah melingkar yang berada di pergelangan tangan kanan Ranu mengeluarkan sinar terang. Tak lama kemudian sinar terang itu menjadi api yang membara dan seperti membakar seluruh tubuh pemuda tersebut.

Melihat hal tersebut Surojoyo menjadi sedikit ngeri. Dia tidak menyangka proses untuk membangkitkan tenaga dalam Dewa Api akan semengerikan itu.

"Apa Ranu tidak matang jika dibakar seperti itu?"

Tubuh Ranu terus terbakar dengan hebat, tapi yang dirasakannya seperti tidak terjadi apa-apa, sebab dia sedang dalam posisi berkonsentrasi penuh.Di dalam konsentrasinya, Ranu melihat dirinya berada di sebuah kobaran api yang sangat hebat. Dia berusaha menerobos api tersebut untuk mengambil sebuah pedang yang bercahaya sangat terang. Namun anehnya, meski dalam posisi di dalam kobaran api, tubuhnya tidak terbakar sama sekali.

Sebelum mencapai pedang tersebut, muncullah sebuah ular besar yang terbentuk dari api. Ular api itu lalu memberikan serangan kepada Ranu.

Dari mulutnya keluar kobaran api yang menyembur dan terasa begitu panas. Pemuda berusia 18 tahun itu berusaha berkelit menghindar ke samping, namun ekor ular api berhasil menyambar dirinya dengan kecepatan tinggi.

Ranu terlempar jauh ke belakang namun segera bangkit kembali. Dari sudut bibirnya mulai keluar darah segar. Dia lalu berlari menuju pedang tersebut namun kobaran api kembali menghadangnya.

Dengan cepat Ranu meloncat tinggi ke atas untuk menghindari semburan tersebut. Lagi-lagi ekor ular api berhasil menyambar dirinya. Kembali dia terlempar jauh hingga keluar dari kobaran api yang mengelilingi pedang.

Surojoyo masih terus memperhatikan proses yang dilakukan Ranu. Dia sedikit khawatir melihat tubuh pemuda yang diselimuti api itu sedikit oleng dan bergerak gerak.

Menyadari jika ular api itu mengetahui kemanapun dirinya bergerak, Ranu lantas diam dan berpikir, "Aku tidak boleh kalah dari makhluk sialan itu!"

Dia kembali berlari menembus kobaran api, tapi lagi-lagi tubuhnya harus terlempar jauh.

Pemuda tanggung itu mengambil posisi duduk bersila menyeka darah yang mengalir keluar dari sudut bibirnya.

"Buang jauh ambisi yang bersarang di pikiranmu. Ambisi itulah yang akan mengganggu perjalananmu!"

Ranu mendengar suara seorang laki-laki di pikirannya. Dia lalu diam dan mencoba mengartikan arti suara yang didengarnya.

Cukup lama pemuda itu memeras otaknya untuk mencari tahu apa yang dimaksud suara tersebut. Dia kemudian berdiri dan berjalan menuju kobaran api dengan begitu tenang.

Secara ajaib, api yang berkobar seperti tersibak oleh langkah kakinya. Ular api besar yang tadi selalu menghadangnya pun kemudian menghilang masuk ke dalam pedang yang masih menancap di sebuah batu.

Ranu tersenyum tipis ketika sudah sampai di depan pedang. Dia lalu meraih gagangnya dan kemudian menariknya secara perlahan sebelum mengangkatnya ke atas.

Tiba-tiba pedang yang dipegangnya menjadi butiran cahaya dan kemudian masuk ke dalam tubuhnya hingga membuatnya bergetar hebat.

Episodes
1 LPDA 1
2 LPDA 2
3 LPDA 3
4 LPDA 4
5 LPDA 5
6 LPDA 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 LPDA 34
35 LPDA 35
36 LPDA 36
37 LPDA 37
38 LPDA 38
39 LPDA 39
40 LPDA 40
41 LPDA 41
42 LPDA 42
43 LPDA 43
44 LPDA 44
45 LPDA 45
46 LPDA 46
47 LPDA 47
48 LPDA 48
49 LPDA 49
50 LPDA 50
51 LPDA 51
52 LPDA 52
53 LPDA 53
54 LPDA 54
55 LPDA 55
56 LPDA 56
57 LPDA 57
58 LPDA 58
59 LPDA 59
60 LPDA 60
61 LPDA 61
62 LPDA 62
63 LPDA 63
64 LPDA 64
65 LPDA 65
66 LPDA 66
67 LPDA 67
68 LPDA 68
69 LPDA 69
70 LPDA 70
71 LPDA 71
72 LPDA 72
73 LPDA 73
74 LPDA 74
75 LPDA 75
76 LPDA 76
77 LPDA 77
78 LPDA 78
79 LPDA 79
80 LPDA 80
81 LPDA 81
82 LPDA 82
83 LPDA 83
84 LPDA 84
85 LPDA 85
86 LPDA 86
87 LPDA 87
88 LPDA 88
89 LPDA 89
90 LPDA 90
91 LPDA 91
92 LPDA 92
93 LPDA 93
94 LPDA 94
95 LPDA 95
96 LPDA 96
97 LPDA 97
98 LPDA 98
99 LPDA 99
100 LPDA 100
101 LPDA 101
102 LPDA 102
103 LPDA 103
104 LPDA 104
105 LPDA 105
106 LPDA 106
Episodes

Updated 106 Episodes

1
LPDA 1
2
LPDA 2
3
LPDA 3
4
LPDA 4
5
LPDA 5
6
LPDA 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
LPDA 34
35
LPDA 35
36
LPDA 36
37
LPDA 37
38
LPDA 38
39
LPDA 39
40
LPDA 40
41
LPDA 41
42
LPDA 42
43
LPDA 43
44
LPDA 44
45
LPDA 45
46
LPDA 46
47
LPDA 47
48
LPDA 48
49
LPDA 49
50
LPDA 50
51
LPDA 51
52
LPDA 52
53
LPDA 53
54
LPDA 54
55
LPDA 55
56
LPDA 56
57
LPDA 57
58
LPDA 58
59
LPDA 59
60
LPDA 60
61
LPDA 61
62
LPDA 62
63
LPDA 63
64
LPDA 64
65
LPDA 65
66
LPDA 66
67
LPDA 67
68
LPDA 68
69
LPDA 69
70
LPDA 70
71
LPDA 71
72
LPDA 72
73
LPDA 73
74
LPDA 74
75
LPDA 75
76
LPDA 76
77
LPDA 77
78
LPDA 78
79
LPDA 79
80
LPDA 80
81
LPDA 81
82
LPDA 82
83
LPDA 83
84
LPDA 84
85
LPDA 85
86
LPDA 86
87
LPDA 87
88
LPDA 88
89
LPDA 89
90
LPDA 90
91
LPDA 91
92
LPDA 92
93
LPDA 93
94
LPDA 94
95
LPDA 95
96
LPDA 96
97
LPDA 97
98
LPDA 98
99
LPDA 99
100
LPDA 100
101
LPDA 101
102
LPDA 102
103
LPDA 103
104
LPDA 104
105
LPDA 105
106
LPDA 106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!