bab 17

"Geni ...!" Ranu berteriak keras agar Geni bereaksi.

Seketika keluarlah semburan api yang panas dan langsung membakar para perampok yang berada di dekatnya. 20 orang lebih langsung terbakar tubuhnya. mereka melolong merasakan sakit dan panas bersamaan.

"Hati-hati ...! Dia bukan pemuda sembarangan!"

Mereka yang tadinya mengerubungi Ranu dalam jarak dekat akhirnya sedikit menjauh. Tentunya tidak ada yang berani maju dan mati terlebih dahulu. Hampir semuanya takut terbakar seperti teman-teman mereka yang sudah mati tersambar api. Terlebih lagi pedang yang bisa mengeluarkan api tentu saja bukan pedang sembarangan.

Hal itu dimanfaatkan Ranu untuk bergerak sedikit demi sedikit mendekati gapura pintu masuk ke markas perampok tersebut.

"Bunuh dia atau kalian yang akan kubunuh!" teriak seorang lelaki bertubuh tinggi besar.Tampaknya lelaki bertubuh tinggi besar itu adalah pemimpin gerombolan perampok tersebut. Itu terbukti ucapannya yang langsung dituruti oleh para anggotanya.

"Setidaknya kurangilah separuh jumlah mereka dulu dengan apiku, Ranu. Setelahnya kau bisa lari atau menyerang mereka."

Ranu kembali melakukan beberapa kali putaran sambil menyabetkan pedangnya. Kobaran api yang keluar dari Pedang Segoro Geni menyambar setiap anggota perampok yang berusaha mendekatinya.

Sudah lebih dari 40 orang anggota perampok yang terbakar akibat mereka berani mendekati Ranu. Suara lengkingan kematian pun terus terdengar bersahutan.

Tubuh orang terbakar yang berlarian membuat anggota perampok yang mengepung Ranu menjadi buyar. Hal tersebut langsung dimanfaatkan Ranu untuk berlari secepat mungkin keluar dari markas perampok tersebut dan kemudian melesat ke atas pohon yang tinggi untuk bersembunyi.

"Selamat ... selamat!" batin Ranu.

"Terus kejar dan cari dia sampai ketemu! Jangan sampai markas kita ketahuan orang lain!" Pemimpin rampok itu terus memberi perintah kepada semua anggotanya untuk menyebar mencari keberadaan pemuda yang telah membuat kacau markas mereka.

Tanpa sadar, pemimpin rampok tersebut berada sendirian saja di depan markasnya. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Ranu. Dia lalu melompat dari atas pohon dan mendekati pemimpin perampok Macan Kumbang.

"Ternyata kau bodoh sekali! Kau beri perintah kepada anak buahmu untuk mencariku, sedangkan kau sendirian di sini."

"Kau ... bagaimana kau masih ada disini?"

"Tidak perlu banyak bicara! Aku di sini ingin menuntut balas atas kematian kedua orang tuaku yang kalian bunuh tiga tahun lalu."Pemimpin rampok Macan Kumbang celingukan mencari anak buahnya yang mungkin saja masih ada di markasnya.

"Mau minta bantuan? Jangan harap kau bisa lolos dari kematianmu dini hari ini!"

"Bedebah ...! Kau kira aku takut padamu?!"

"Mukamu memang tidak menunjukkan ketakutanmu. Tapi lihatlah kakimu gemetar seperti orang yang kebelet pipis!"

Pemimpin perampok tersebut kemudian mencabut pedangnya, "Mati saja kau!"

"Enak saja nyuruh aku mati, kau yang harus mati saat ini juga!" balas Ranu sambil menghindari tebasan pedang yang mengarah ke lehernya.

Ranu tidak ingin berlama-lama menghabisi pemimpin rampok bertubuh tinggi besar tersebut. Dia sedikit kuatir jika anggota perampok Macan Kumbang sampai datang kembali. Tentu pekerjaannya bakal semakin sulit.Dengan kecepatannya, Ranu berhasil membuat lelaki tinggi besar tersebut terdesak meski dia menyerang dengan tangan kosong.

Dalam satu gebrakan berikutnya, Ranu berhasil menyarangkan tendangannya tepat mengenai kantong menyan lelaki itu dengan telak.

Pemimpin perampok Macan Kumbang itu berguling-guling di tanah dengan rasa sakit yang luar biasa ketika biji salak yang ada di pangkal pahanya serasa pecah.

"Bagaimana rasanya jika sudah dekat dengan kematian?" tanya Ranu sambil duduk jongkok di samping lelaki yang terus mengeluh kesakitan.

Tidak bisa menjawab, pemimpin perampok Macan Kumbang terus mengerang kesakitan sambil memegangi pangkal pahanya.

"Karena senjatamu sudah tidak berfungsi lagi, maka percuma saja bila kau tetap hidup!"

Ranu kemudian memegang kepala pemimpin rampok tersebut dengan tangan kanannya dan kemudian memutarnya hingga terdengar suara leher yang patah.

Lelaki tersebut pun mati mengenaskan dengan mata membelalak lebar sambil tetap tangannya berada di pangkal pahanya.

Seusai membunuh pemimpin perampok Macan Kumbang, Ranu memandang ke sekeliling.

Setelah dirasanya aman, dia kembali memasuki markas perampok menuju rumah lelaki yang baru saja dibunuhnya.

Sesampainya dia di depan rumah besar tersebut, Ranu langsung masuk dan mencari barang berharga yang bisa dibawa.

Setelah beberapa saat mencari, dia menemukan dua peti kecil berisi koin emas dan perak yang tersimpan di bawah tempat tidur. Tanpa pikir panjang Ranu langsung membawanya keluar meski lumayan berat bebannya.

Sesampainya di luar rumah, pandangan Ranu celingukan mencari sesuatu. Hingga tatapan matanya tertuju kepada sebuah kandang kuda tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Dengan sedkit berlari kecil, pemuda berwajah khas daratan Jawadwipa itu kemudian mengambil seekor kuda dan mengikat dua buah peti yang dibawanya. di atas punggung kuda tersebut.

Episodes
1 LPDA 1
2 LPDA 2
3 LPDA 3
4 LPDA 4
5 LPDA 5
6 LPDA 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 LPDA 34
35 LPDA 35
36 LPDA 36
37 LPDA 37
38 LPDA 38
39 LPDA 39
40 LPDA 40
41 LPDA 41
42 LPDA 42
43 LPDA 43
44 LPDA 44
45 LPDA 45
46 LPDA 46
47 LPDA 47
48 LPDA 48
49 LPDA 49
50 LPDA 50
51 LPDA 51
52 LPDA 52
53 LPDA 53
54 LPDA 54
55 LPDA 55
56 LPDA 56
57 LPDA 57
58 LPDA 58
59 LPDA 59
60 LPDA 60
61 LPDA 61
62 LPDA 62
63 LPDA 63
64 LPDA 64
65 LPDA 65
66 LPDA 66
67 LPDA 67
68 LPDA 68
69 LPDA 69
70 LPDA 70
71 LPDA 71
72 LPDA 72
73 LPDA 73
74 LPDA 74
75 LPDA 75
76 LPDA 76
77 LPDA 77
78 LPDA 78
79 LPDA 79
80 LPDA 80
81 LPDA 81
82 LPDA 82
83 LPDA 83
84 LPDA 84
85 LPDA 85
86 LPDA 86
87 LPDA 87
88 LPDA 88
89 LPDA 89
90 LPDA 90
91 LPDA 91
92 LPDA 92
93 LPDA 93
94 LPDA 94
95 LPDA 95
96 LPDA 96
97 LPDA 97
98 LPDA 98
99 LPDA 99
100 LPDA 100
101 LPDA 101
102 LPDA 102
103 LPDA 103
104 LPDA 104
105 LPDA 105
106 LPDA 106
Episodes

Updated 106 Episodes

1
LPDA 1
2
LPDA 2
3
LPDA 3
4
LPDA 4
5
LPDA 5
6
LPDA 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
LPDA 34
35
LPDA 35
36
LPDA 36
37
LPDA 37
38
LPDA 38
39
LPDA 39
40
LPDA 40
41
LPDA 41
42
LPDA 42
43
LPDA 43
44
LPDA 44
45
LPDA 45
46
LPDA 46
47
LPDA 47
48
LPDA 48
49
LPDA 49
50
LPDA 50
51
LPDA 51
52
LPDA 52
53
LPDA 53
54
LPDA 54
55
LPDA 55
56
LPDA 56
57
LPDA 57
58
LPDA 58
59
LPDA 59
60
LPDA 60
61
LPDA 61
62
LPDA 62
63
LPDA 63
64
LPDA 64
65
LPDA 65
66
LPDA 66
67
LPDA 67
68
LPDA 68
69
LPDA 69
70
LPDA 70
71
LPDA 71
72
LPDA 72
73
LPDA 73
74
LPDA 74
75
LPDA 75
76
LPDA 76
77
LPDA 77
78
LPDA 78
79
LPDA 79
80
LPDA 80
81
LPDA 81
82
LPDA 82
83
LPDA 83
84
LPDA 84
85
LPDA 85
86
LPDA 86
87
LPDA 87
88
LPDA 88
89
LPDA 89
90
LPDA 90
91
LPDA 91
92
LPDA 92
93
LPDA 93
94
LPDA 94
95
LPDA 95
96
LPDA 96
97
LPDA 97
98
LPDA 98
99
LPDA 99
100
LPDA 100
101
LPDA 101
102
LPDA 102
103
LPDA 103
104
LPDA 104
105
LPDA 105
106
LPDA 106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!