Miki baru saja memarkirkan motor meticnya ketika sebuah motor metic yang serupa dengannya masuk ke sela antara motor milik Miki dan motor milik orang lain. Si empunya motor yang sangat familiar bagi Miki itu pun membuka helm dan melepas masker mulutnya ketika ia turun dari motor itu.
"Seriusan yang kemarin M?" tanya Ali dengan raut wajah tidakpercaya.
Kedua alis Miki terangkat, memandang Ali dengan terkejut. Baru beberapa detik Ali memarkirkan mnotornya dan sekarang ia sudah menodongnya dengan pertanyaan macam itu? Bukan salah Ali juga sih. Bukannya ia sendiri yang kemarin mengirimkan foto candid M ketika COD-an dengannya ke grup chat mereka.
"Mik!" panggil Ali lagi meminta jawaban.
"Hah?" sahut Miki tersadar.
"Beneran M?" Ali mengulang pertanyaan dengan raut wajah yang di ulang juga.
"Iya...," sahut Miki polos dengan anggukan kecil.
"Gilaaaaaa...," Ali mendesis tidak percaya.
Miki lantas melemparkan senyum bibir lurusnya untuk menanggapi reaksi dari sahabatnya itu.
"Bentar lagi Olive dateng. Siap-siap. Aku tadi liat mobil ebes-e (Ayah) parkir di depan," ucap Ali kemudian memperingatkan Miki.
Miki mengangguk mengerti. Ia juga sedari tadi sudah bersiap dengan serangan dan cecaran sahabat bawelnya itu. Satu-satunya sahabat yang memiliki mulut lurus tidak bergelombang nan landai sehingga membuat perkataan yang meluncur dari mulutnya layaknya bus patas tanpa hambatan.
Pucuk di cinta ulam tiba.
Olive si anak pengusaha mebel Surabaya itu terlihat setengah berlari begitu mendapati keberadaan sosok Miki di depan pintu lapangan parkir sekolah.
"MIK!" seru Olive disela hentakan kaki sapu lidinya. Saking kurus nan langsingnya, kaki Olive terlihat seperti tidak memiliki daging. Itu lah kenapa Miki selalu mengatai Olive kaki lidi.
"Hai!" sambut Miki sok santai. Padahal dalam hati ia sudah memupuk kekuatan untuk mengahadapi mulut ceplas-ceplos sahabatnya itu.
"Kemaren sumpah si M?!" dengan nada sedikit tinggi danmata terbelalak, Olive melontarkan pertanyaan yang sama dengan Ali.
"Mulutnya itu loh!" desis Miki gregetan. Manik matanya kemudian melirik kanan dan kiri. "Iya M! Kan dari foto yang aku share udah jelas!" lanjutnya dengan sedikit berbisik.
Olive terdiam dengan bibir melongo.
"Gila, beruntung banget idupmu. Sumpah! Dari di notice M pakai dance sexy, terus nggak sengaja COD-an sama M...," ucap Olive terlihat iri. "Aku iri...," ia mempertegas apa yang ia rasa.
"Bener banget," sahut Ali tiba-tiba membuat Miki dan Olive langsung menoleh kearahnya.
"Ngapain kamu ikutan iri?" tanya Miki heran
"Suka juga sama M?" timpal Olive.
"Normal kan, Li?" tambah Miki.
"Dih!! Aku ngefans! Aku suka! Tapi suka sama dancenya dia, bukan suka orangnya!! Aku buka kaum LGBT ya!" cecar Ali kesal.
"Ahahah..., syukur deh...," sahut Olive.
"Kalian mah, aneh! Kayak baru temenan sama aku berapa detik aja. Teganya pakek curiga aku nggak normal," rajuk Ali.
"Ah, ngambek dia," goda Miki.
"Udah ah! Kelas. Bentar lagi bel masuk!" Ali melangkah pergi terlebih dahulu.
Disusul oleh Miki dan Olive kemudian.
Sepanjang langkah Miki, ia terus mencuri pandang ke arah kedua sahabatnya yang tengah bersenda gurau. Sesekali ia juga menimpali keduanya dengan cekikikan kecil.
Pikirannya begitu gamang. Antara ia ingin menceritakan soal M yang menyatakan perasaannya kepadanya kemarin atau lebih baik tidak. Mengingat respon kedua remaja itu pasti akan jauh lebih heboh dari yang tadi.
Tapi, ia terbiasa tidak merahasiakan apapun dari mereka. Dari dulu. Dari jaman SMP, ketiganya sudah sering saling bertukar rahasia dan saling menjaga rahasia di antara ketiganya dengan sangat baik. Mereka menjadi sangat dekat karena hal itu.
Tidak ada rahasia.
Ya, tidak ada rahasia! Bukan kah itu sologan gank mereka?!
Miki teringat akan hal itu.
Matanya pun membulat, kedua sudut bibirnya mengencang. Ia akan mengatakan hal itu.
"Li, Liv!" panggil Miki.
Ali dan Olive menoleh ke arah Miki hampir bersamaan.
Miki baru saja memarkirkan motor meticnya ketika sebuah motor metic yang serupa dengannya masuk ke sela antara motor milik Miki dan motor milik orang lain. Si empunya motor yang sangat familiar bagi Miki itu pun membuka helm dan melepas masker mulutnya ketika ia turun dari motor itu.
"Seriusan yang kemarin M?" tanya Ali dengan raut wajah tak percaya.
Kedua alis Miki terangkat, memandang Ali dengan terkejut. Baru beberapa detik Ali memarkirkan mnotornya dan sekarang ia sudah menodongnya dengan pertanyaan macam itu?? Bukan salah Ali juga sih. Bukannya ia sendiri yang kemarin mengirimkan foto candid M ketika COD an dengannya ke grup chat mereka.
"Mik!" panggil Ali lagi meminta jawaban.
"Hah?" sahut Miki tersadar.
"Beneran M?" Ali mengulang pertanyaan dengan raut wajah yang yang di ulang juga.
"Iya.." sahut Miki polos dengan anggukan kecil.
"Gilaaaaaa......" Ali mendesis tak percaya.
Miki lantas melemparkan senyum bibir lurusnya untuk menanggapi reaksi dari sahabatnya itu.
"Bentar lagi Olive dateng. Siap-siap. Aku tadi liat mobil ebes-e (Ayah) parkir di depan" ucap Ali kemudian memperingatkan Miki.
Miki mengangguk mengerti. Ia juga sedari tadi sudah bersiap dengan serangan dan cecaran sahabat bawelnya itu. Satu-satunya sahabat yang memiliki mulut lurus tak bergelombang nan landai sehingga membuat perkataan yang meluncur dari mulutnya layaknya bus patas tanpa hambatan.
Pucuk di cinta ulam tiba.
Olive si anak pengusaha mebel Surabaya itu terlihat setengah berlari begitu mendapati keberadaan sosok Miki di depan pintu lapangan parkir sekolah.
"MIK!" seru Olive disela hentakan kaki sapu lidinya. Saking kurus nan langsingnya, kaki Olive terlihat seperti tak memiliki daging. Itu lah kenapa Miki selalu mengatai Olive kaki lidi.
"Hai!" sambut Miki sok santai. Padahal dalam hati ia sudah memupuk kekuatan untuk mengahadapi mulut ceplas-ceplos sahabatnya itu.
"Kemaren sumpah si M?!" dengan nada sedikit tinggi dengan mata terbelalak, Olive melontarkan pertanyaan yang sama dengan Ali.
"Mulutnya itu loh!" desis Miki greget. Manik matanya kemudian melirik ke kanan dan kiri. "Iya M! Kan dari foto yang aku share udah jelas!" lanjutnya dengan sedikit berbisik.
Olive terdiam dengan bibir melongo.
"Gila, beruntung banget idupmu. Sumpah! Dari di notice M pakai dance sexy, terus nggak sengaja COD an sama M...," ucap Olive terlihat iri. "Aku iri...," ia mempertegas apa yang ia rasa.
"Bener banget," sahut Ali tiba-tiba membuat Miki dan Olive langsung menoleh kearahnya.
"Ngapain kamu ikutan iri?" tanya Miki heran
"Suka juga sama M??" timpal Olive.
"Normal kan, Li??" tambah Miki.
"Dih!! Aku ngefans! Aku suka! Tapi suka sama dancenya dia, bukan suka orangnya!! Aku buka kaum LGBT ya!" cecar Ali kesal.
"Ahaha..., syukur deh!" sahut Olive.
"Kalian mah, aneh! Kayak baru temenan sama aku berapa detik aja. Teganya pakek curiga aku nggak normal," rajuk Ali.
"Ah, ngambek dia," goda Miki.
"Udah ah! Kelas. Bentar lagi bel masuk!" Ali melangkah pergi terlebih dahulu.
Disusul oleh Miki dan Olive kemudian.
Sepanjang langkah Miki, ia terus mencuri pandang ke arah kedua sahabatnya yang tengah bersenda gurau. Sesekali ia juga menimpali keduanya dengan cekikikan kecil.
Pikirannya begitu gamang. Antara ia ingin menceritakan soal M yang menyatakan perasaannya kepadanya kemarin atau lebih baik tidak. Mengingat respon kedua remaja itu pasti akan jauh lebih heboh dari yang tadi.
Tapi, ia terbiasa tidak merahasiakan apapun dari mereka. Dari dulu. Dari jaman SMP, ketiganya sudah sering saling bertukar rahasia dan saling menjaga rahasia di antara ketiganya dengan sangat baik. Mereka menjadi sangat dekat karena hal itu.
Tidak ada rahasia.
Ya, tidak ada rahasia! Bukan kah itu sologan gank mereka?!
Miki teringat akan hal itu.
Matanya pun membulat, kedua sudut bibirnya mengencang. Ia akan mengatakan hal itu.
"Li, Liv!" panggil Miki.
Ali dan Olive menoleh ke arah Miki hampir bersamaan.
GREB!!
Tiba-tiba saja Regina datang tidak tahu dari arah mana dan langsung menyambar pergelangan tangan Miki.
"Akh!" Miki mengernyit.
"Aku mau ngomong sama kamu!" ucap Regina dengan tatapan mata serius nan tajam menghujam Miki.
"Ngomong apa?" tanya Miki bingung.
"Sini ikut!" Regina tidak menjawab, ia malah langsung menggeret Miki. "Berdua doang! Kalian nggak usah ikut campur!" lanjutnya setengah berseru ketika melihat gelagat Ali dan Olive yang akan mengekori keduanya.
Kedua remaja itu seketika terdiam di tempat dan memandangi Miki yang berbadan mungil itu di geret oleh Regina.
"Ngapain diem?" tanya Olive kepada Ali yang terlihat manut dengan perkataan Regina barusan.
"Lha kamu?" tanya Ali balik.
"Lha, aku kaget aja!"
"Yaudah kejar. Itu temen kita!"
"Ayuk! Ikutin diem-diem dari belakang, Li!" ucap Olive mulai mengekori langkah penuh hati-hati si Ali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments