BAB 8

"Gisti!!!" seru Miki dari ambang gerbang sekolah.

Gisti menoleh dan menatap Miki bingung.

Miki pun berlari meripitkan tubuh mungilnya lebih ketepi lagi, karena ada mobil berkaca gelap lewat tepat disampingnya. Begitu mobil itu berhasil melewati tubuhnya ia pun kembali melangkah kearah Gisti.

"Ada apa?” tanya Gisti.

"Uang kembaliannya. Aku baru liat ternyata uangmu ada kembalian. Ini!" Miki menyerahkan beberapa lembar uang pecahan kecil.

"Alah, gitu aja langsung di kasi sekarang. Kasi pas anter barang besok kan bisa," Gisti tersenyum kecil sambil menerima uang itu.

"Heheh..., sekalian mau tanya juga," Miki nyengir.

"Apa?” tanya Gisti dengan alis terangkat.

"BDE crew..., ntar sore turun nggak? Di grup nggak ada notiv,” tanya Miki penuh keingin tahuan.

"Emm.... Seingtku sih, kata bang Toya turun kok. Masa belum ada notiv?"

"Iya, belum ada," Miki manyun.

"Ah, aku tahu. Mungkin soalnya si M belum mastiin bisa ikut apa nggak, makanya nggak ada notiv. Bang Toya takut kali bikin penggemar M jauh-jauh dateng, eh! Ternyata M nya nggak dateng." jelas Gisti cukup masuk akal.

Miki mengigit bibir bawahnya dengan kecewa.

"Dih, jelek amet non mukamu. Kan udah sering aku bilang, kamu itu cantik kalau senyum," celetuk Gisti.

Mendengar perkataan Gisti, Miki pun tersenyum geli.

Sejujurnya Gisti itu anak yang sangat baik dan ramah. Hanya saja sifat ingin populernya terkadang sering kali membuatnya menjadi anak yang alay dan menyebalkan.

"Oh iya, Gis. katamu..., kamu deket sama si M. Emang M nggak ngasih tahu soal hari ini dia pasti turun apa nggak?” tanya Miki yang sengaja menskak Gisti.

Gisti terkesiap sesaat. “Ah itu...," matanya berubah menjadi gentayang, menggelinding kesana dan kemari.

Miki makin menajamkan sorot matanya.

"Mbak! Siomaynya nih!" seru kang somay memanggil Gisti.

"Ah, Iya bang!!!" sambar Gisti sepersekian detik kemudian. “Eh,aku ambil siomayku dulu ya," ucapnya pada Miki. Terlihat sekali dari wajah itu, kalau dirinya ingin segera kabur dari hadapan Miki.

Miki tersenyum simpul. "Ya udah. Aku balik ke dalem dulu kalau gitu," ucapnya melepas mangsa yang hampir dapat ia telan hidup-hidup.

"Iya udah, dah...!" Gisti melambaikan tangannya sembari berjalan mundur.

Miki membalasnya lalu berbalik pergi.

"Tuhkan! cuma dianggep adek sama si M pastinya. Nggak ada hubungan lebih!" gumam Miki pada dirinya sendiri dengan puasnya.

Hahaha..., itu lah Miki.

Gadis kelas XII SMA dengan tinggi hanya 157cm. Berambut panjang sepinggang, dengan wajah imut layaknya bocah SMP. Wajah innocent nya, yang selalu berhasil membuat orang tertipu daya olehnya tanpa mereka ketahui.

Layaknya Gisti barusan, ia sama sekali tidak menyadari bahwa Miki baru saja menancapkan ujung taringnya dengan pertanyaan menjebak. Dari awal ia sudah tahu bahwa hubungan Gisti dan M tidak ada yang istimewa. namun ia melakukan itu hanya untuk memuaskan dan memastikan asumsi yang ada di pikirannya.

"Ah!" jerit Miki terkejut karena ia hampir berpapasan dengan seseorang di tikungan koridor.

"Ah!" murid perempuan itu juga menjerit karena sama-sama kaget.

Regina!

... ...

Mata Miki seketika itu juga memandangi Regina tanpa kedip. Regina pun juga memandangi Miki dengan tanpa kedip begitu ia menyadari siapa yang hampir saja bertabrakan dengan dirinya.

"Yank, kenapa?" muncul suara dari belakang Regina.

DEG!

Jantung Miki berdegup kuat mendengar suara yang sangat familiar di telinganya itu.

"Ah, aku hampir nabrak...," Regina tidak meneruskan perkataannya, seakan sengaja membuat Bian penasaran dan kemudian melongok mencari tau sosok mungil di hadapan Regina.

Miki tidak bergerak ketika mata yang dulu selalu memandangnya dengan lembut itu kini menatapnya dengan begitu dingin.

"Kalian nggak apa-apa?” tanya Bian seakan mencoba menghargai Regina sang pacar dan Miki sang mantan.

... ...

"Nggak apa-apa kok yank. Cuma kaget!" ucap Regina dengan ngalemnya.

UGH! Miki mengulum bibirnya kemudian digigitnya dengan kuat.

"Kamu Mik?” tanya Bian dengan dinginnya.

Kemana kehangatan itu?? jerit Miki dalam hati.

Belum juga Miki menjawab, Bian langsung mengajak Regina pergi.

"Udah yuk, keburu abis cilok di depan," Bian menggeret Regina yang kemudian tersenyum sinis penuh kemenangan ke arah Miki.

Sengaja! Bian dengan sengaja mengabaikan Miki.

Miki berbalik memandangi lelaki yang sudah sangat berubah itu dengan kesal.

2 tahun mereka pacaran. Saling jatuh cinta ketika MOS. Menjalin kasih sejak kelas X SMA hingga awal semester kelas XII. Tiba-tiba sikapnya berubah, lalu kemudian terkuak fakta Bian yang membawa Regina pada turnamen basket di Malang pada bulan Agustus.

Awal agustus itu masa terberat Miki. Secara ternag-terangan Bian menggandeng Regina ke sana-ke mari di sekolah. Tidak menghargai Miki yang kala itu masi berstatus pacarnya.

Marah!

Miki meminta kejelasan. Hingga akhirnya, pada akhri bualan agustus..., ia dan Bian resmi BUBAR!

Ia tidak habis pikir, bagaimana Bian bisa berubah sejahat itu hanya karena seorang Regina. Iya! Perempuan itu..., tiba-tiba hadir diantara best couple itu.

Bian dan Miki, sejak kelas X sudah menyita banyak perhatian dari kalangan teman seangkatan dan juga para senior. Bukan karena kemesraan mereka yang bikin enek. Tapi justru keduanya adalah cute couple. Tingkah mereka ketika berduaan jauh dari kesan romantis yang mesra. Lebih kearah romantis yang lucu dan membuat gemas orang yang melihatnya.

Ah itu dulu!

Sekarang ada jurang dingin yang memisahkan keduanya. Jurang yang sangat dalam yang dibuat oleh seorang Regina. Si pendatang yang tidak diundang. Atau mungkin sebenarnya Bian lah yang mengundang Regina. Buktinya, nyatanya hubungan mereka sudah dimulai sejak awal kenaikan kelas XII.

"Aghhh...!" Miki mengerang kesal dengan suara lirih. "Move on Mik..., Move on! Kamu diselingkuhin dan jangan pernah berharap buat dia balik lagi ke kamu!" ancamnya pada dirinya sendiri.

Ia kemudian berbalik dan memilih pergi kembali ke kelasnya. Belum juga ia memasuki koridor yang akan mengarah ke kelasnya, dari jauh ia sudah melihat Olive yang berlari dengan kencangnya kearahnya.

"M turun!! Si M turun!" seru Olive setengah menjerit begitu ia berjarak 1meter dari Miki.

Pelan tapi pasti senyuman Miki mengembang lebar. Akhirnya oase itu datang setelah ia bertemu dengan gurun kering yang membuatnya ngos-ngosan karena emosinya.

Yup! M adalah penghiburnya.

Ia menemukan sosok M ketika merenung di pinggiran taman bungkul seorang diri seusai ia mendapat kejelasan akan hubungannya yang kandas dengan Bian karena seorang Regina. Ia yang tengah berusaha menahan tangis tiba-tiba mendengar suara dentuman musik dari tengah-tengah taman.

Begitu mendekat, ia langsung melihat sosok bermasker dan bertopi hitam itu melompat tinggi yang lalu meliukan badannya sebelum mendarat dengan epicnya. Miki melongo seketika. Detik itu juga, semua hal tentang Bian menghilang! Diganti dengan kekaguman kepada sosok itu.

M.

Sejak itu dunianya hanya di isi oleh M dan aksi gilanya ketika ngedance. Berkarisma. Fantastic. Membius. Tarian M mampu membius Miki yang pasti akan lupa pada kekecewaan dan kepedihan akan kehilangan sosok Bian yang selama 2 tahun terakhir mengisi hari-harinya.

Tapi..., Itu dulu. Sekarang sosok M lah yang menjadi mataharinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!