BAB 14

Jam menunjukkan pukuk 11 malam ketika Emeris keluar dari kamar mandi dengan balutan kimono putih dengan rambut setengah basahnya. Ia baru saja pulang dari tempat Toya. Keasikan ngedance membuatnya lupa waktu dan pulang sedikit melenceng dari jam yang ia rencanakan.

Ia berjalan kearah meja kerjanya yang berada di sisi lain kamarnya. Duduk di kursi kerjanya dan menyalakan lampu meja itu.

Ia membolak-balik beberapa tumpukan map yang sedari tadi tergeletak di atas mejanya. Itu beberapa berkas laporan dan perjanjian kerja. Kemudian juga ada berkas tentang pemindahan Pak Dirga dari CV. PAKO ke kantor pusat MISHA CORP Surabaya.

Emeris tersenyum puas dengan hasil kerja cepat Thomas yang begitu cermat. Asisten kepercayaan nya itu memang bisa di andalkan.

Ia mandatangani semua berkas-berkas itu begitu selesai mengoreksi dengan cepat. 30 menit kemudian ia sudah mematikan lampu kerjanya dan beranjak dari meja itu.

Ia melangkah menuju tempat tidurnya. Merebahkan diri dan memejamkan mata untuk bersiap-siap tidur. Tapi detik berikutnya ia kembali membuka mata. Ia teringat akan 1 hal. Di gapainya ponsel pintar miliknya yang berada di meja samping tempat tidurnya.

Membuka web butik milik mama Miki.

Sebenarnya sepeninggalnya Miki tadi sore, Emeris mencoba meminta nomor HP gadis itu kepada Gisti. Dan tentu saja Gisti menolak mentah-mentah.

Emeris bukan lah orang bodoh.

Gisti bilang kalau Miki menjadi kurir pengiriman pula di butik Mamanya. Ia juga bilang kalau ia sering memesan baju langsung kepada Miki. Itu berarti Miki adalah salah satu admin di olshop tersebut.

Dan yang terpenting, Emeris sudah mengantongi nama gadis mungil nan imut itu.

MIKI.

Dan tara!!!!

Nama itu jelas terpampang di deretan nama admin beserta no HPnya.

Emeris tersenyum sumringah ketika prendiksinya nyatanya benar. Ia segera mengklik beberapa item baju dan celana priayang tentunya di kenakan Miki sebagai model baju itu.

Setelah memesan ia segera meng-check out belanjaannya dan mengklik sistem pembayaran kemudianmemilih pembayaran secara COD alias bayar ditempat, yang itu artinya secara otomatis ia akan di direct ke opsi pilihan admin yang ingin dihubungi untuk konfirmasi ulang.

Tentu saja Emeris memilih Miki.

Link yang ia klik pun langsung membawanya ke sebuah kolom percakapan privat WA. Dan secara otomatis tulisan tentang pilihan pembayarannya terkirim dalam obrolan itu. Lalusecara otomatis pula ia mendapat jawaban bahwa pesenannya akan diperoses besok pagi karena admin tengah off line.

Tentu saja, Miki pasti sudah tidur!

Setelahnya, Emeris kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Lalu berbaring dengan senyuman cerah, secerah sinar matahari pagi. Matanya kemudian menutup dan ia pun tertidur.

***

Ketika jam menunjukkan pukul 9 pagi, Miki berdiri dari kursinya dan berjalan menuju meja guru.

"Permisi ke toilet bu," pamitnya pada sang guru.

Guru wanita setengah baya itu mengangguk dengan senyuman tipisnya

Miki sedikit membungkukkan pundaknya kemudian berlalu pergi menuju toilet. Mata Olive hanya mengekori sosok sahabatnya tanpa banyak curiga apapun. Ia sudah paham betul apa yang akan dilakukan oleh sahabat terbaiknya itu di dalam toilet.

Sesampainya di depan cermin kamar mandi wanita itu, Miki membuka HP nya. Ia kemudian membukan salah satu cloning-an aplikasi WA di dalam HPnya. Ia sengaja menggandakan aplikasi itu untuk dipakai berjualan baju sang mama. Bagaimana pun juga ia adalah salah satu admin di olshop itu.

Miki menggeletakkan HPnya di pinggiran meja westafle itu. Detik berikutnya Hpnya bergetar tiada henti. Pertanda semua pesan yang tertunda mulai masuk secara berbarengan.

Miki berdiri sambil menunggu getaran itu usai. Sesekali ia juga membalas sapaan beberapa pengunjung toilet yang ia kenal.

Ponselnya mulai berhenti bergetar. Ia pun bergegas mengecek semua pesan orderan yang masuk. Dengan cepat dan teliti ia menjawab dan menyisihkan barang pesanan di aplikasi lain yang khusus di gunakan untuk pengambilan dan stokis barang di butik.

Me:

ok. Semua pesanan ready

Silahkan kirim alamat COD untuk

Menentukan ongkir.

Jasa COD + Rp 5000,-.

Setelah mengirim pesan itu Miki beralih pada pesan lain. Hingga ia kembali menemukan pesan dari orang yang sama.

+6281222234XXX

Cafe calico Jl. Darmo xxxx

Bisa nanti sore sekitar jam 5?

Alis Miki sedikit terangkat.

Cafe Calico? Apa yang pesan karyawan cafe itu?Batinnya.

Me:

Baju tribe berco Rp 330.000

Hoodie trafoy Rp 422.000

Ongkir Rp 9000

Jasa COD Rp 5000

Total Rp 763.000

Okai nanti jam 5 sore saya antar kesana.

30 menit sebelum COD mohon konfirmasi ulang ya.

+6281222234XXX

Ok! Siap!

Terimakasih.

Miki pun tersenyum kecil melihat chat yang kooperatif dari customer barunya itu.

Miki masih berdiam diri di toilet itu untuk beberapa menit. Masih dengan posisi berdiri dan fokus membalasi pesanan.

Ia berusaha menyelesaikan semua pesanan sebelum ia kembali lagi ke dalam kelas.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Miki dengan terburu-buru memasuki baju yang sudah disiapkan salah satu pegawai mamanya.

"Ini notanya Mik!" Ayu, karyawan mama bagian admin dan packing menyerahkan secarik kertas kepada Miki.

"Lha,kok namanya nggak ada?” tanya Miki begitu memeriksa nota itu.

"Kamu nggak ngasih nama kok."

"Walah! Aku juga lupa belum tanya namanya. Ya udah nanti aja. Aku berangkat dulu. Keburu ujan..., mana udahjam lima kurang lima menit!" Miki semakin kalang kabut.

"Pamitin mama di dalam ya mbak Yu!" ujar Miki sambil melompat keluar dari pintu toko baju mamanya, dimana motor metiknya sudah berdiam terparkir.

"Ati-ati, Mik!" seru Ayu dari dalam toko berpintu kaca itu.

Miki mengangguk. Ia mengenakan helm dan kemudian bergegas melaju dengan kencang.

Ini semua karena Olive yang minta nebeng pulang sekolah. Jadinya Miki harus mengambil rute memutar yang membuatnya sampai di rumah pukul setengah 5 sore. Ia lalu segera mandi dan menyiapkan barang pesanan COD.

Hari ini all customer nya meminta dikirim via jasa expedisi. Dan hanya 1 pesanan yang COD. Untung saja.

Motor metik itu melaju begitu cepat menuju area Jl. Darmo yang berjarak 9km dari rumahnya.15 menit kemudian ia sampai di depan Cafe Calico itu. Ia lalu melepas helm dan mengutak atik Hpnya.

Sekali lagi, nasib baik berpihak padanya. Hujan deras langsung mengguyur pelataran parkir kafe yang hanya di teduhi rimbunan pohon. Membuat Miki melompat dari jok motor dengan paperbag di tangan kiri dan ponsel yang menempel ditelinga dengan tangan kanannya.

"Halo," sapa lelaki diseberang.

"Halo, mas? Saya sudah di depan kafe," ucap Miki.

"Masuk aja. Diluar hujan deres. Aku udah di dalem."

"Oh. Iya mas!" Miki mulai melangkah masuk kedalam. "Masnya pakai baju apa?" Ia celingukan.

"Aku pakai baju hitam, jaket Hoodie warna orange. Aku duduk di kursi sisi kanan deket jendela kaca," jelas si pemesan.

Miki melangkah masuk kedalam. Kepalanya celingukan dengan mata yang memindai tiap kursi.

"Ah, iya! Aku pakek masker item," tambah si pemesan berbarengan dengan mata Miki yang menangkap sosok M yang tengah memandang kearahnya dari kejauhan.

Miki terdiam ditempat beberapa saat. Sebelum kemudian ia menjatuhkan paperbag itu dan menggunakan telapak tangan kirinya untuk menutupi mulut menganganya. Ia tidakpercaya dengan apa yang tengah ia lihat saat ini.

"Halo...??" panggil M dari ponsel yangmasih menempel pada telinga gadis imut itu.

"Ha-hallo...," sahut Miki gagap.

"Kenapa diem disitu??” tanya M.

PIKK!

Miki tersadar. Ia kemudian bergegas mengambil kembali paperbagnya dan berjalan canggung mendekati meja M berada. Sambungan telepon antara keduanya pun terputus ketika Miki sudah berdiri di samping meja.

"Silahkan duduk," ucap M ramah.

Masih dengan sikap canggungnya, ia duduk di kursi seberang M dengan sangat pelan.

"Mau pesen apa?" tanya M.

Miki menggeleng. "Nggak usah," ucapnya menolak.

"Kamu mau langsung pergi gitu ngasi pesenanku? Nggak mungkin kan? Diluar ujannya kayak gitu," M melemparkan pandangannya ke arah hujan yang mengguyur begitu derasnya di luar.

Miki yang juga ikut melempar pandangan diluar kaca jendela pun merasa ngeri melihat hujan sederas itu. Rasanya berada di dalam kafe akan lebih aman ketimbang dirinya nekat menerjang hujan selebat itu.

"Tunggu sini. Aku pesenin sesuatu yang anget," M bangkit dari duduknya dan berjalan ke meja barista untuk memesanminuman.

Napas Miki seketika itu juga akhirnya dapat berhembus lega. Ia menepuk-nepuk dadanya yang terus berdebar kencang. Ia sama sekali tidak menduka kalau M lah customer COD-annya. Ia pikir customer nya hanyalah karyawan dari kafe ini saja. Tapi ternyata malah M!!

Miki menyalakan ponselnya dan diam-diam memotret M yang tengah memesan minuman. Ia mengirimkan foto itu kepada Olive.

Me:

Cust COD an ku!!

M!!! Mimpi apa aku semaleeeemmm!!

Miki segera memperbaiki sikapnya begitu M datang dan kembali duduk.

"Pesananku?” tanya M.

Miki pun memberikan paperbag yang ia bawa kepada lelaki bermasker hitam itu.

M memeriksa pesanannya.

"Ok. Sesuai banget!" ucapnya puas. Ia lalu menyerahkan sejumlahuang kepada Miki.

"Makasih. Uangnya pas!" ucap Miki setelah menghitungnya.

M hanya mengangguk.

Keduanya kemudian sama-sama terdiam, hingga membuat suasana di antara keduany sunyi. Hingga pesanan untuk Miki datang.

"Chocolate..., suka kan?” tanya M begitu sang waiters pergi.

Miki tersenyum lebar dengan anggukan kepala. Ia kemudian menyeruput pelan minuman panas itu.

"Miki...," panggilM tiba-tiba.

Miki mengangkat wajahnya memandang M penuh tanya.

"Akhirnya aku tahu namamu," ucap M dengan mata menyipit nyaris menutup.

Ah! Dia tengah tersenyum dan mungkin itu senyuman cukup lebar. Pikir Miki yang kemudian membalas senyuman itu.

"Memangnya..., kamu nyari tahu namaku?” tanya Miki penasaran.

M mengangguk. "Aslinya..., aku inget kamu kok. Cewek yang aku kasih dance sexy eksklusif sampai jungkel ke blakang. Haha..., maaf kemarin aku pura-pura lupa di depan Gisti," ucapnya.

"Kenapa kamu gitu?” tanya Miki merasa kesal bila mengingat hal itu.

"Kamu tau Gisti kayak apa kan? Aku nggak mau aja dia semakin ngoceh yang aneh-aneh. Kamu juga tahu kan..., dia agak, agak terobsesi sama aku...," M menekankan kata 'agak'.

"Siapa sih cewek seantero Surabaya yang nggak terobsesi sama kamu," seloroh Miki.

"Haha..., gitu ya...."

"Iya! Kamu tuh terkenal banget tahu! Semua cewek se-Surabaya ini...., semuanya pasti mau lah deket sama kamu. Apa lagi jadi pacarmu!" jelas Miki menggebu-gebu.

"Kalo kamu? Kamu mau nggak jadi pacarku?" s

ambar M begitu lancarnya mengucap kalimat sakral itu.

Miki tentu saja terdiam seketika. Tercengang. Merasa seakan salah dengar.

"H-H-hah...??" respon Miki lirih.

"Kamu percaya nggak kalau aku bilang..., aku terobsesi sama kamu. Sebelum kita ketemu...,sebelum aku ngedance di depanmu?" M menatap Miki lurus nan tajam.

Miki memandangi M dengan bingung.

"Aku udah suka sama kamu sejak aku liat foto-fotomu di web butik mamamu. Dan aku beruntung akhirnya aku bisa ketemu kamu pas dihari aku dance di depanmu. Itu sejujurnya. Aku ngedance di depanmu itu..., saking aku senengnya nemu sosokmu di antara para penonton," jelas M bersemangat.

"Aku nyoba minta nomermu ke Gisti kemaren. Tapi nggak di kasih. Tapi seenggaknya kemarin..., akhirnya aku tahu kalau namamu Miki...," tambah M.

Perkataan M Otomasi membuat Miki semakin terpaku dan tidak percaya. Ia tidakbisa berkata apa-apa.

"Miki..., kamu mau kan jadi pacarku?” tanya M sekali lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!