BAB 15

Langkah Miki terasa sangat ringan bahkan serasa hampir melayang. Ia seakan tidakdapat merasakan tapakan demi tapakan kakinya di lantai keramik rumahnya. Bahkan ia terus melangkah layaknya orang linglung yang begitu saja melewati meja makan, membiarkan mamanya yang meneriakkan namanya hingga nyaris memutus pita suaranya.

"Kak, tembok!!" hadang Pooh yang langsung berdiri di depan sang kakak mininya begitu ia melihat sang kakak akan menabrak sebuah tembok, bukannya berjalan naik ke tangga menuju lantai atas.

BUK!!

Kening Miki menghantam dada Pooh.

"Haaiiihhh...," desis Miki menggosok keningnya.

"Kupingmu itu beneran udah nggak fungsi atau gimana?! Mama manggil dari tadi nyelonong aja!" murka mama Miki.

Miki terjingkat dengan suara menggelegar sang mama. Perlahan ia menoleh kearah mama bahenolnya yang berdiri di dekat kursi meja makan.

"Kenapa..., ma?" tanya Miki keder. Dengan sangat pelan ia memutar tubuhnya menghadap sang mama.

Wajah mama yang semula angker pun perlahan melunak dan menatap Miki penuh cemas.

"Kehujanan dimana sampe nggak pulang-pulang? Udah makan malem belum?" tanya sang mama kemudian.

"Ah, Miki tadi mau nerjang hujan. Tapi kok deres banget. Jadi Miki nunggu agak redaan sekalian makan mie ayam di Bungkul tadi," jawab Miki yang jelas adalah sebuah kebohongan besar.

Secara, sejak awal hujan turun ia duduk berhadap-hadapan dengan M. Lelaki keren idola para kaum hawase-Surabaya yang tanpa tedeng aling-aling langsung melesatkan perluru ke dalam jantung Miki.

"Kamu mau nggak jadi pacarku?"

Ucapan M kembali berdeging di telinga Miki, membuat wajahnya seketika itu juga bersemu merah.

"Kak! Kenapa itu muka?" tanya Pooh yang bingung dengan pipi Miki yang berubah merah seperti Jenk Keulin.

"Hah??" Miki tersadar. Ia lalu menggeleng cepat kearah Pooh.

"Ma! Miki naik ya, capek!" pamit Miki yang segera melesat naik ke kamarnya yang berada di lantai 2. Berhadapan dengan kamar Pooh.

Sang mama tidak sempat mengatakan apa yang ia ingin katakan lantaransosok anak gadisnya sudah menghilang di tikungan tangga. Ia hanya bisa bernapas lega melihat anak gadisnya pulang dalam keadaan utuh setelah hujan deras beserta angin melanda.

Miki menutup pintu kamarnya dan bersandar kemudian. Matanya menatap lurus ke arah keramik kamarnya. Mata itu berbinar. Ia masih tidakpercaya dengan apa yang baru saja terjadi padanya.

Ia sama sekali tak menduga, pelanggan COD-annya adalah M. Parahnya di cafe Calico itu..., M mengajaknya jadian.

Seorang M yang tidak pernah bertegur sapa dengannya sebelumnya. Bahkan mungkin ia tidak pernah menyadari keberadaan seorang Miki ditiap aksinya, sebelumnya. Namun tiba-tiba..., M..., mengajaknya jadian.

Walaupun M mengatakan bahwa dirinya sudah mengetahui Miki dari foto-foto di website Olshop sang mama.

Foto website!!!

Seakan menyadari sesuatu Miki segera melengkah sembari melepas tas selempangnya ke atas kasur begitu ia berhasil mendapatkan ponselnya.

Dengan cepat ia menyalakan ponselnya dan masuk ke dalam aplikasi olshop sang mama. Begitu masuk ia mendapati derertan fotonya yangberjajar dalam balutan berbagai macam jenis baju karya sang mama.

Miki membuka salah satu foto.

"Foto seperti ini??" gumamnya.

"Foto kayak gini...??"

"Ini...?!?" ia setengah menggerang.

"Apa lagi yang ini?!!" ia histeris seorang diri melihat semua fotonya yang terpampang di aplikasi olshop sang mama. Kesemuanya tidakmenunjukkan ekspresi yang menampakkan dirinya cantik.

Semuanya..., wajahnya..., sama sekali tidak ada senyum. Muka malas. Muka bete dan tatapan asal-asalan. Semuanya..., semua ekspresi nya ....

"Apanya yang cantik...???" erang Miki lagi.

Sekali lagi ia memandangi foto-foto hasil jepretan tangan ajaib si Pooh. Untung Pooh tergolong fotografer yang Pro walau masih anak sekolahan. Ia pintar mengambil Engle dimana wajah Miki terlihat mendingan.

Kalau saja Pooh amatiran.... aaah...!!Foto-foto itu akan terlihat sangat kacau.

Miki jadi mulai menyesal, kenapa dirinya tidak mau menuruti sekali saja permintaan mamanya untuk tersenyum ketika pemotretan.

"Agh!!" Miki menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.

"Apa M serius suka sama aku gara-gara foto yang ada di webnya mama?" gumam Miki masih tak percaya.

Apa lagi nyatanya semua foto di web tidak ada 1 pun yang menunjukkan sisi cantiknya.

"Seharusnya dia liat IG ku...," gumamnya lagi dengan lirih.

Drrrrt....Drrrt....

Ponsel Miki bergetar. Ia pun mengangkat tinggi ponselnya di udara sejajar dengan wajahnya.

Chat dari 'Cust. Calico'.

Karena Miki belum tahu yang jadi customer COD-annya adalah M, sebelumnya. Jadi ia hanya menamai nomor itu dengan nama tempat mereka janjian bertemu.

Miki pun bangkit dan duduk di tepi kasur. Ia kemudian mengutak-atik ponselnya. Mengganti nama 'Cust. Calico' menjadi 'M'.

Setelahnya, ia pun baru membaca chat itu.

M :

Udah sampe rumah??

Ah, M mengecek keadaannya.

Me:

Iya udah. 15 menit yg lalu

Kamu?

M:

Masih di bus

. 5 menit lagi

baru sampai

Me:

Rumahmu cukup jauh ya?

M:

Nggak juga. Nunggu busnya yang lama.

Me:

Hmm....

M:

Miki....

Me:

Iya?

M:

Berapa lama aku kudu nunggu

jawabannya?

Me:

Itu....

Miki terdiam. Ia tidak tahu harus menulis apa. Jawaban?? Jawaban apa yang harus dia tulis? Sementara dirinya saja masih merasa kalau kejadian tadi sore di kafe Calico hanya mimpi saja.

Tiba-tiba ponselnya bergetar panjang.

Telfon dari M.

"Kenapa dia nelfon?" Miki terkejut dan tanpa sadar langsung bangkit dan berdiri di tempat.

Ia tidaklangsung mengangkat telfon itu. Ia menata emosi dan nafasnya sebelum ia menerima panggilan telepon itu.

"Hal..., loo...," sapa Miki kikuk.

"Hhh...," hanya desahan berat napas M yang menyapa balik sapaan Miki.

Diam kemudian.

"Apa pacaran sama aku itu berat buat kamu?" tanya M tiba-tiba kemudian.

"Hah?" sahut Miki kebingungan. "Itu..., bukan gitu..., aku–kita, kan baru kali ini..., ngobrol kayak gini..., sebelum-sebelumnya, jangankan ngobrol..., saling ngeliat aja kita nggak pernah," jelasnya kemudian.

"Nggak pernah? Hmm..., iya juga..., tapi dalam kasus kita.... Aku falling in love at the first sight kayaknya. Haha..., sejak nemu foto kamu di web itu..., aku kepikiran terus," sahut M diselingi tawa garingnya.

Suasana kembali beku.

Miki mengulum bibirnya sendiri. Ia bingung dan cemas. Di lain sisi ia sangat tergoda dengan tawaran pacaran itu. Kapan lagi ia akan ketiban bulan runtuh macam ini. Pacaran dengan laki-laki terkeren dan di idolakan semua anak perempuanseantero Surabaya.

Tapi di lain sisi, ia tidak mau gegabah. Ia tidak mau merasakan sakit hati seperti ketika Bian mancampakannya begitu saja demi Regina. Terlebih..., baru 3 bulan belakangan ini dirinya menyandang status jomblo.

Ada baiknya juga menerima ajakan M. Itu akan jadi poin plus untuknya dan menjadi bukti bahwa dirinya bisa move on dari Bian. Ia pasti juga akan terbebas dari image sang mantan yang masih berharap kembali pada kekasih yang mencampakkannya itu.

"M...," panggil Miki lirih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!