"Ah, ok. Aku nggak akan maksa lagi. Aku ngerti, mungkin kamu kaget dan ngerasa ini fake. Aku coba ngertiin kamu. Aku bakalan nunggu jawaban dari pikiranmu. Gimana?" tiba-tiba M mengatakan hal yang sama persis seperti apa yang ingin dikatakan Miki.
Miki pun terdiam tidakpercaya.
"Haa...,haha..., aku juga barusan mau bilang gitu," sahutnya kikuk.
"Oya?..., haha...."
"Haha..., emmm..., aku bakalan ngasih kamu jawaban kalau aku udah fix sama pikiran and hatiku."
"Ok! Aku tunggu,
" sambar M mantap.
****
"Nggak pernah?..., hmm..., iya juga..., tapi dalam kasus kita.... Aku falling in love at the first sight kayaknya. Haha..., sejak nemu foto kamu di web itu..., aku kepikiran terus...," ucap Emeris seraya melepas perlahan masker hitam di wajahnya.
Ada jeda cukup lama di obrolan keduanya yang kemudian digunakan Emeris untuk melepas tas dan jaketnya. Kemudian ia lemparkan ke dalam jok tengah mobil putih yang berada di sampingnya.
"M...," terdengar suara Miki memanggilnya dari speaker HPnya.
Bergegas M dengan cepat mengambil Hpnya yang ia letakkan di atas cap mobil.
"Ah, ok. Aku nggak akan maksa lagi. Aku ngerti, mungkin kamu kaget dan ngerasa ini fake. Aku coba ngertiin kamu. Aku bakalan nunggu jawaban dari pikiranmu. Gimana?" ucapnya yang merasa tidakingin lagi memaksakan kemauannya.
Ia tidakingin terkesan sangat ingin mendapatkan Miki, walau dalam hati ia memang sangat penasaran dengan gadis itu.
"Ha..., haha..., aku juga barusan mau bilang gitu," sahutnya kikuk.
"Oya?...haha...."
"Haha..., emmm...,aku bakalan ngasih kamu jawaban kalau aku udah fix sama pikiran and hatiku."
"Ok! Aku tunggu,
" sahut M dengan senyum simpul yang kemudian memutus sambungan.
"Mau sampai kapan telfon diluar?" seru Thomas dari balik kemudi.
Emeris menoleh lalu membungkuk melongok ke dalam mobil.
"Ini udah selesai," sahutnya kemudian masuk ke dalam mobil dari pintu tengah.
"Nggak bisa gitu nelfon di dalam?" tanya Thomas lagi yang menjalankan mobilnya.
"Kan ceritanya M lagi di bus. Kalau nelfon dalem mobil ini..., suaranya bakalan beda," Emeris tersenyum miring.
"Niat banget coba."
Emeris hanya tersenyum tipis. Ia lalu melepas jaket Hoodienya.
"Lagian, kamu bikin aku nunggu lama di pinggir jalan!" maki Emeris begitu ingat betapa menyebalkannya begitu turun dari bus dan berjalan ke area yang sepi untuk menunggu Thomas yang tidakkunjung datang.
"Maaf bos, anda lupa menyuruh saya apa?" Thomas mengingatkan.
Mata tajam Emeris melirik kearah laki-lakiblasteran di depannya dengan jemari yang tengah mengancingkan kancing kemeja yang kini ia kenakan.
"Kapan?" tanya Emeris menagih.
"Paling lama lusa. Paling cepet besok!" sahut Thomas mantap.
Emeris mengangguk dengan bibir mengetat.
"By the way bos. Hari ini bukan jadwal latihan sama crew dance mu kan? Kenapa tiba-tiba M muncul?" tanya Thomas yang seharian sudah dibuatpenasaran dengan kemunculan M yang tiba-tiba.
"Ah, aku ada COD. Eh..., bukan aku. Tapi M!" jawab Emeris yang kali ini sudah dalam wujuh Emeris yang sesungguhnya.
"COD?" Thomas mengulangnya bingung.
Emeris pun mengangkat setengah tinggi sebuahpaperbag untuk ditunjukkan kepada asistennya itu.
Thomas memandangi pantulan paperbag itu di kaca spion di atasnya.
"W'look?? Kamu beli W'look???" tanya Thomas tidakpercaya. Ia mengenali brand itu.
Itu brand baju lokal yang cukup ternama di kota Surabaya.
"Ya. Kenapa?"
"No gucci? Armani? H&M? Diesel?? Calvin???" Thomas mengurut nama-nama brand baju yang selalu di beli oleh bos nya itu. Brand baju yang melekat pada seluruh pakaian yang ada di walking closet room penthouse-nya.
"Kenapa? Apa brand ini jelek kualitasnya?" Emeris mulai terusik.
"Kalau disejajarkan sama baju-bajumu di closetmu..., jelas itu bakalan berada di urutan terbawah. Tapi kalo di jajarkan sama baju-baju milik M. Itu cuma berbeda beberapa tingkat di atas, kualitasnya. Yang jelas. Itu brand kualitas premium menengah yang terkenal di Surabaya," jelas Thomas.
"Jadi brand ini lumayan ya?"
"Untuk seorang M. Yes! Untuk seorang Emeris...,nope!"
"Hmmm...,
" Emeris tersenyum tipis.
"Jadi kamu keluarin M, cuma buat COD-an? Cuma buat beli itu??" tanya Thomas yang masih tidakpercaya menemukan fakta tentang tingkah bosnya yang tidak biasa.
"Aku ketemu sama Miki," sahut Emeris yang mulai mengecek HP Emerisnya.
"Ok, alasan keduanya. Miki."
"Aku nembak dia,
" sambar Emeris dengan lempengnya kemudian.
CKIIIT!!
Mobil mengerem mendadak, membuat Emeris menghantam sandaran jok di depannya.
"FUCK!!" umpat Emeris dengan kesalnya. Ia kemudian kembali menegakkan badannya dan menatap Thomas dengan sengit.
"Pakai self beltmakanya!" balas Thomas.
"I will kill you!!" sengap sang bos yang masih kesal.
"Ok.You will become a murderer!"
"With pleasure!" Emeris melebarkan kedua matanya.
Sunyi kemudian. Thomas terdiam membeku di tempat ketika mendapati tatapan mengerikan itu muncul kembali di sorot mata sang bos muda itu.
"Ok. Stop. I am Sorry...,
" Thomas menundukkan kepalanya dalam.
Emeris tidak langsung menjawab. Ia menatap Thomas dengan diam dalam beberapa detik. Kemudian ia menghela napas dan menempelkan punggungnya kembali ke sandaran jok.
"Hhh...so?? Kamu suka Miki?" dengan sangat perlahan Thomas kembali menggiring topic semula.
Emeris terdiam dengan tatapan mata menerawang menembus Thomas. Lalu kemudian kepalanya tenggleng ke kanan.
"Hhh..., mungkin. Sedikit" ujarnya mengambang.
"Dia cewek SMA loh!" ingat Thomas.
"Terus? Aku nggak boleh gitu pacaran sama anak SMA?"
"Dengan gaya pacaranmu..., tentu itu..., nggak boleh!"
"Emang gaya pacaranku kenapa? Lagian kan yang pacaran sama Miki nanti M, bukan Emeris."
"Sama aja!" sambar Thomas yang melepas sabuk pengamannya agar bisa lebih leluasa memutar tubuhnya menghadap si bos muda yang duduk di jok belakang.
Emeris mengangkat sebelah alisnya.
"Gini. Kalau Miki pacaran sama M..., itu nggak baik! Suatu saat pasti Miki nuntut kamu buat buka maskermu! Terus kalau pacarannya sama Emeris yang..., nggak bisa stay sama satu cewek..., suka yang namanya one night stand doang..., itu bakalan bahaya buat Miki. Terutama kamu masih ada hubungan sama Tina!" cecar Thomas.
"Tina...?" ulang Emeris dengaan wajah datar. "Sebenernya, aku sama Tina nggak bener-bener dalam hubungan pacaran sih...."
"Ya, aku paham. Hubungan kalian simbiosis mutualisme. Kamu untung dengan servis sex dia. Dan Tina..., dia untung soalnya kamu megangin dia creditcard unlimitedmu!" cecar sang asisten itu lagi.
Emeris terdiam masih dengan wajah datar. "Tapi, M kayaknya jatuh cinta sama Miki. Gimana dong?"
Kedua alis Thomas terangkat tinggi.
"M itu Emeris..., dan Emeris nggak pernah bisa bedain apa itu cinta , suka dan sayang. Soalnya dia nggak bisa ngerasain apa itu cinta, suka dan sayang..., " desis Thomas menatap sahabatnya itu dengan lurus.
Emeris terpaku pada ucapan Thomas.
Ia memang tidak bisa merasakan itu semua. Ia bahkan berhenti untuk mencoba merasakan itu dan hanya menikmati apa yang ada di depannya. Hanya menikmati tanpa perlu merasakannya dengan hati. Karena baginya, hal seperti itu tentu tidak ada baginya yang hidup di lantai teratas.
"Jadi, aku harap kamu jangan pernah bikin cewek SMA yang masih polos jadi rusak," tutup Thomas.
"But Thomas...," panggil Emeris yang kemudian bukannya memandang orang yang ia panggil, ia malah menatap keluar jendela mobil. "I see it, I like it..., I want it.... I GET IT!" lanjutnya kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments