Emeris lantas melirik kearah Ruby. Kalau ia mengingat hal itu, ia pasti selalu merasa sangat kasihan pada Ruby . Ia tahu benar, seperti apa wanita cantik di hadapannya dulu menyukai laki-laki sederhana itu. Tapi lelaki sederhana itu harus mundur dalam hubungan pacarannya dengan Ruby, hanya dengan sekali pukulan dari papi Emeris. Pukulan disini artinya papi Emeris dengan sengaja menggunakan kuasanya untuk mempersulit hidup pemuda itu.
Mulai dari di D.O dari kampus sampai tidak bisa mendapatkan pekerjaan sambilan. Akhirnya pemuda itu memutuskan kembali ke kampung halamannya, meninggalkan Ruby yang merasa sangat terpukul. Hal itu lah yang membuat Ruby memilih berkuliah di new York.
"Ngapain ngeliatin aku mulu? Rasanya nggak nyaman!" protes Ruby sekali lagi, matanya masih focus pada HP. Rupanya ia merasakan kalau Emeris tangah menatapnya sedari tadi.
"Penasaran aja, apa sih yang kamu liat sampai focus kayak gitu sama hp mu?" sahut Emeris dengan begitu tenangnya. Ia sama sekali tidak merasa gugup sekalipun ia sudah ketahuan tengah memandangi Ruby tanpa berkedip.
"Oh ini?" tanya Ruby sambil mengakat hpnya ke arah emeris. "Liat baju-baju di olshop!" lanjutnya sambil kembali bangkit dan duduk menghadap Emeris. Ia kemudian mengangsurkan hp nya ke arah Emeris.
Emeris mengerutakan keningnya. "Tumben kamu tertarik sama baju olshop? Biasanya langsung belanja ke butik," katanya kemudian sambil menerima hp Ruby .
"Hem..., soalnya menurutku olshop yang ini beda banget. Harganya sih murah, tapi model baju dan jahitannya itu rapi banget. Nggak kalah sama barang butik bahkan baju-baju branded!!" jelas Ruby menggebu-gebu.
Emeris makin mengerutkan keningnya. Ia tau betul Ruby adalah fashionista sejati dan selalu pintar menyeleksi baju-baju. Belanja baju online sama sekali bukan gaya Ruby. Kalo Ruby ingin membeli baju pasti langsung ke outlet resmi brand yang dia mau atau kalau tidak seperti itu ya butik yang standart mewahnya cukup mentereng. Menurut Emeris, Ruby tipe wanita yang glamor. Sesuai dengan kehidupan sosialnya.
Emris kemudian mengamati foto-foto yang ada di dalam gallery produk terbaru olshop itu. Memang benar, style dan model baju yang mereka miliki bisa dbilang chic, santai tapi tidak kampungan. Walau harganya ya bagi Emeris sangatlah murah sekali.
"Harganya kayak uang jajanku sejam," gumam Emeris sambil tetap asik mengamati koleksi baju wanita.
"Jangan salah. Emang paling mahal nggak sampe lima ratus ribu..., tapi barangnya..., bagus banget!" sambar Ruby yang langsung mengacungkan kedua jempolny kearah wajah Emeris. Ternyata ia mendengar gumaman lirih emeris.
Emeris tersenyum sambil melirik Ruby sekilas. Ia kemudian mencoba melihat koleksi baju laki-laki yang ada di olshop itu. Begitu semua foto baju koleksi muncul, kening Emeris langsung mengerut. Ia merasa ada yang aneh. Ia sekali lagi menyentuh kolom koleksi baju-baju pria. Tapi tetap saja yang keluar foto-foto dan gambar-gambar yang sama. Model cewek itu lagi.
"Kenapa?" tanya Ruby .
"Emm…, aku mau liat koleksi baju cowok, tapi kok yang mucul malah koleksi baju cewek terus," jawab Emeris masih terus menekan kolom koleksi baju pria.
Ruby langsung tersenyum penuh arti. "Kaget ya? Aku juga awalnya kaget dan nggak ngerti. Aku pikir nih olshop gila," celetuknya yang langsung duduk di pangkuan emeris.
"Nggak liat ya, di sampingku masih banyak tempat yang kosong?" kata Emeris sengak.
Ruby tersenyum sok manis. "Empukan dipangkuanmu ketimbang di sova," katanya cuek dan bersiap-siap menjelaskan soal koleksi pria olshop itu.
Tapi belum apa-apa Emeris langsung mengakat tinggi pahanya, membuat Ruby terjungkal jatuh terjerembak kebelakang. Untungnya di belakang Ruby memang sisi kosong dari sova yang di duduki Emeris. Kesal, Ruby langsung menegakkan badannya dan hendak mencubit lengan emeris.
"Dasar anak kurang ajar! Orang tua di giniin!!" geramnya sambil melayangkan tangan kanannya yang hendak mencubit lengan kiri Emeris.
Tapi tangan Emeris yang bergerak lebih cepat, berhasil mencekal tangan Ruby . "Udah! Carin koleksi baju pria," katanya nyantai sambil menyerahkan hp yang ia pegang pada Ruby .
Ruby manyun. "Yang kamu lihat itu, ya itu! Baju koleksi prianya!" jelas Ruby dongkol sambil melempar kembali hp nya pada emeris.
"Tapi kan modelnya cewek."
"Nah itu! Nih olshop unik banget. Semua koleksi baju-bajunya diperagain sama satu model yang sama. Entah itu mau baju cewek atau baju cowok, modelnya tetep cewek imut itu!!" jelas Ruby menggebu-gebu seakan ia sudah lupa kalau semenit tadi ia dendam kesumat ingin sangat menyubit Emeris.
Emeris hanya menatap Ruby bingung dalam diam.
"Haiiist!! Sini!" Ruby menarik tubuh Emeris untuk mendekat. Ia kemudian kembali mengambil alih hp miliknya.
"Lihat baik-baik, baju yang dipakai model cewek itu. Itu model kaos cowokkan. Sizenya juga ukuran cowok. Lihat kebesaran banget kan sama model ceweknya? Nah terus yang ini..., lihat celana yang di pakek model cewek..., itu celana kepanjangen banget, liat keterangan produknya. Ukurannya ukuran size cowok. Liat modelnya..., imut banget kan. Lucu. Nah, yang nyentrik lagi. Nih model selalu masang wajah sebel, bête gitu di setiap foto dia. Nggak ada senyum-senyumnya. Coba deh cek!" jelas Ruby panjang lebar yang kemudian di akhiri dengan penyerahan kembali hpnya untuk di pakai oleh Emeris lagi.
Emeris menerima hp Ruby lagi dan dengan santainya ia melakukan apa yang dikatakan Ruby. Ia mulai mengecek setiap foto di semua koleksi. Memenag benar, semua baju diperagakan oleh model yang sama. Seorang gadis berambut panjang berbadan kecil dan wajahnya yang imut. Sekilas seperti anak SMP. Memang benar juga. Model perempuan ini sama sekali tidak tersenyum. Kesemua foto menunjukkan raut wajah bete dan dongkol yang terlihat sangat jelas. Tapi entah kenapa justru hal itu yang membuat baju-baju olshop ini, baik koleksi baju wanita maupun pria nampak begitu sangat eksklusif.
Tanpa ia sadari bibirnya menyimpulkan sebuah senyuman yang samar. Ia sedikit membayangkan seperti apa wujud real-nya gadis model foto olshop itu. Ruby yang mengetahui senyuman tipis yang mengembang di bibir Emeris langsung mendekati Emeris.
"Kenapa? Cantik kan nih cewek? Penilaianku pasti nggak pernah salah walalupun difoto dia nggak pernah senyum," tebak Ruby sekalian menggoda.
Emeris melirik Ruby sambil menahan napas. Ia merasa terusik dengan omongan yang dilontarkan wanita cantik nan elegant itu. Sedetik kemudian ia langsung bangkit dari duduknya dan melemparkan hp itu kepada Ruby .
"Biasa aja," kata Emeris singkat sambil pergi meninggalkan ruang tengah kembali kedalam kamarnya.
Ruby yang masih terduduk di sova pun hanya memandangi punggung lebar Emeris yang menjauh dan menghilang di ujung tangga. Dalam hati ia cekikikan. Ia tahu ada sesuatu yang berubah dari raut wajah pangeran es itu.
“Tinggal bilang, iya cantik, aja pakek gengsi,” kata Ruby lirih dengan senyuman geli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments