BAB 13

Miki pun manut saja dengan ajakan Gisti.

"Ini ada acara apaan kok banyak motor?” tanya Miki yang sedari tadi penasaran dengan motor-motor di pekarangan rumah salah satu pejabat DPR Surabaya itu.

Yup! Gisti anak pejabat!

"Ah, anak-anak BDE lagi latihan," sahut cewek tinggi itu dengan acuhnya.

DEG!!

BDE??? Si M??!

Jantung Miki berdegup dalam. Tanpa sadar ia menghentikan langkah kakinya.

"Kenapa berhenti?” tanya Gisti yang berbalik karena menyadari teman sekolahnya itu ternyata mematung di tempat.

"Ah?! Nggak apa-apa...," Miki tersenyum kikuk.

Nggak apa-apa gimana?! Anak BDE pasti ada si M juga! Dan terakhir kali ketemu kan pas dia ngedance gila di depanmu, Mik!! batin Miki.

"Mik? Miki??" panggil Gisti yang ternyata sudah berdiri di hadapan gadismungil itu.

"Hah??" sahut Miki begitu ia tersadar.

"Kamu ngapain? Ngelamun?"

"Ah..., hehe...," Miki nyengir garing.

"Masuk yuk. Ini rejekimu! Kamu dateng pas ada anak-anak BDE latihan. Yuk kita ke belakang rumah! Mereka lagi latihan disana!" ajak Gisti yang langsung menarik Miki.

Miki pun manut-manut saja digeret paksa oleh Gisti ke belakang rumah dimana BDE crew tengah latihan. Dipertengahan langkah mereka telinga Miki dapat mendengar dentuman alunan musik dari arah belakang rumah.

Sesampainya disana, mata Miki dimanjakan oleh para dancer-dancer keren BDE yang tengah berlatih. Matanya terus mengamati dengan kagum kearah semua kaun adamitu saat tubuhnya digeret Gisti menyusuri pinggiran ruangan layaknya mini studio itu. Ada kaca-kaca besar yang tertempel di salah satu sisi tembok ruangan.

Ruangan macam ini sering Miki lihat di video dance practice para idol Kpop di youtube.

Pandangan Miki pun akhirnya terkunci pada sosok yang langsung dapat ia kenali dari masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya.

M!

Badan M meliuk. Lalu bergerak kompak dengan para dancer lainnya. Melangkah kesana membentuk sebuah formasi..., kemudian melangkah kebelakang membentuk formasi yang baru. Tangannya yang bergerak menggelombang layaknya ombak. Hentakan di pundak kemudian ayunan leher yang membuat kepalanya berbelok cepat seakan dibuang paksa.

"Kerreen...," desis Miki terkagum-kagum pada 1 sosok itu.

HUP!!

Gusti memaksa Miki duduk disebuah kursi di pinggir studio.

"Tunggu disini. Aku mau coba baju bentar," ucap Gisti setengah berteriak di telingan kanan Miki.

Miki mengangguk sambil memandangi Gisti yang berlalu masuk kedalam rumahnya. Setelahnya, Miki kembali fokus kesrah M tanpa kedip.

M sepertinya tidakmenyadari kedatangan Miki. Mungkin itu karena kursi yang Miki duduki berada di balik meja yang dipenuhi tas dan botol minum para anggota BDE.

Beberapa menit berlalu. M pun menyelesaikan sesi latihannya. Ia berjalan menuju meja dimana Miki berada. Miki pun sudah merasa tegang bukan main.

Tapi di tengah perjalanan itu Gisti tiba-tiba datang dengan baju butik milik mama Miki yang melekat sexy di badannya.Keduanya terlibat percakapan yang seakan menegaskan kalau mereka akrab dan dekat.

Miki pun mulai berfikir tentang perkataan Gisti soal ia yang dekat dengan M itu adalah sebuah kebenaran. Lihat saja mata sipit M melengkung nyaris tertutup, pertanda ia tengah tersenyum dengan lebarnya. Lalu guncangan kecil di kedua pundaknya. Bisa jadi ia tengah tertawa ngakak.

Lalu tangan kokoh itu..., lihat! Tangan itu memegang ujung kemeja kombi brukat hitam yang melekat rapat di tubuh ramping Gisti. Dan senyum Gisti..., bahagia sekali dia!

Miki mengigit bibir bawahnya. Ia jadi merasa sadar diri. Semula karena ulah M yang ngedance sexy di depannya, ia pikir itu akan menjadi tanda kalau M memperhatikanannya atau bahkan menyukainya. Tapi sepertinya tidak.

Apalah ia yang dibandingkan dengan si Gisti yang cantik, sexy, anak pejabat pula. Sedangkan dirinya?? Anak SMA yang selalu di sangka anak SMP. Body kecil, keceng dan anak dari karyawan swasta biasa.

"Ngelamun lagi!" seru Gisti yang mengangeti Miki.

Mata Miki terbelalak lebar, tersadar dari renungannya.

"Dari tadi ngelamun mulu. Ngelamun apaan sih?” tanya Gisti yang melangkah ke sisi seakan mempersilahkan seseorang untuk lewat.

"Nggak ngelamun..., ap..., aaa..., appaa...," suara Miki memelan ketika matanya menangkap sosok M yang kemudian juga tengah menatap dirinya.

Keduanya terdiam saling memandang satu sama lain.

Nampaknya M juga merasa cukup terkejut dengan kemunculan Miki. Terlihat dari mata sipit yang biasanya menatap lurus nan tajam, kini membulat dengan lebarnya.

"Kalian ngapain?” tanya Gisti memandangi Miki dan M bergantian.

Keduanya pun seketika itu juga tersadar berbarengan.

"Nggak," sahut M yang langsung menjulurkan tangannya menggapai botol minum miliknya yang berdiri di atas meja tidakjauh dari hadapan Miki.

Sedangkan Miki, ia langsung membuang pandangannya ke lantai dengan jari tangan kanan menggaruk-garuk pelipisnya.

Mata Gisti menyipit curiga.

"Eh, M! Kamu inget dia kan? Dia yang kamu ajak dance kapanan lalu. Dance sexy!" ucap Gisti yang kemudian meliukkan pinggangnya sok sexy.

Emeris yang tengah menenggak minumannya hanya melirikkanpandangannya ketingkah centil gadis belia di sampingnya. Ia menyudahi minum dengan melap bibirnya yang kemudian segera kembali menutupi wajahnya dengan masker.

Miki hanya bisa melongo melihat laki-laki berbadan atletis nanmaco itu minum dari sebuah botol dengan sedotan, ditambah postur badan yang menghadap ke sisi tembok, memberikan punggungnya untuk Gisti dan dirinya.

Semesterius itu kah dirinya?? Sampai minum saja harus hati-hati? begitu pikir Miki.

"Yang mana?” tanya M dengan alis mengerut.

Jelas alis Miki lah yang jauh lebih mengerut begitu mendengar ucapa M. Baru beberapa hari yang lalu ia merasadi spesialkan oleh M lantaran dance gila nan sexy yang dilakukannya tepat di muka gadis imut itu. Dan nyatanya kini ia dilupakan?

Miki melengos dengan dengusan kesal tidakpercaya.

"Kok yang mana sih! Ya ampun M, kamu itu kok bisa ngelupain cewek seimut ini! Dia cewek yang kamu kasi dance eksklusif itu! Yang videonya booming!!" Gisti berlagak kesal.

"Yang kapan?" kini M berkacakpinggang.

"Yang kapan dia bilang..., emang kamu pernah dance sexy depan cewek siapa aja sih??" Gisti terlihat gemas.

M tidaklangsung menjawab.

"Hhh..., Gis. Aku balik dulu ya," Miki mulai berdiri.

"Lho..., masi hujan loh," ucap Gisti.

"Kayaknya nggak sederes tadi deh. Lagian aku bawa mantel," Miki bersikeras untuk pergi. Ia tiba-tiba merasa sesak berada di dekat M yang nyatanya tidak mengingat tentang dirinya.

"Kata siapa? Masih loh! Nanti paketan mama mu basah gimana? Dimarahin mama mu loh," ujar Gisti dengan gaya centilnya.

"Nggak apa-apa. Aku bawa kantong extra kok buat bungkus paperbagnya,"

"Paketan?" sahut M tiba-tiba menyela.

Gisti dan Miki menoleh berbarengan.

"Itu, si Miki kan lagi ngurir paketan mamanya. Mamanya punya butik. Bajunya bagus-bagus tapi harga murah banget!" jelas Gisti sekali lagi seakan menunjukkan kedekatan dan keakrabannya dengan M.

"Butik?" manikmata M bergulir kearah Miki.

"Cuma showroom kecil. Bukan butik megah," sambar Miki berkata apa adanya.

Memang benar, butik mamanya itu tidak layak disebut butik untuk ukuran yang dimiliki. Seperti toko baju kecil biasa. Hanya saja sang mama mendekor ruangan kecil itu dengan sangat apik hingga terkesan elegant dan berkelas.

M mengganguk samar.

"Aku balik ya," pamit Miki lagi.

"Ih! Dibilangin masih hujan kok, kamu mah!" Gisti mencekal tangan kecil itu.

"Nggak apa-apa. Keburu malem. Nanti aku di cariin papa," Miki menarik kembali tangannya.

"Nih anak.... Ya udah. Ati-ati!"

"Hem...," Sahut Miki sambil berjalan mundur layaknya undur-undur sembari menganggukkan kepalanya ke pada M, berpamitan.

M tidakmerespon. Ia hanya memandangi lurus sosok mungil itu.

Kelakuan M itu membuat Miki semakin kesal. Ia lantas segera berbalik dan pergi dari tempat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!