SEMBILAN BELAS

Ara menghempaskan tubuhnya disamping sofa dekat adiknya, yang tak lain adalah Reval. Sambil mengikuti tontonan yang Adiknya kuasai, terkadang Ara ikut memakan camilan yang  Adiknya keluarkan dengan tangan kirinya agar tak sakit.

Reval sendiri menatap Ara sinis, camilannya akan cepat habis jika Kakaknya itu ikut memakannya. Ia mengambil bungkus itu, kemudian mendekapnya tanpa niatan untuk bagi-bagi.

"Pelit lo!" semprot Ara yang tak terima, ia ingin merebut camilan itu namun ia tak bisa. Ahasil ia memilih untuk diam, dan ikut menyaksikan tayangan yang sedang terpampang dilayar televisi.

Reval sendiri membuang bungkus itu, lalu menatap Ara yang yang nampak fokus dengan tayangannya. Sudah tak ada lagi camilan yang tersisa, karena semuanya sudah masuk kedalam perutnya.

"Ar, tangan kanan lo kenapa?" Reval bertanya dengan penuh bingung. Pasalnya ia heran dengan telapak tangannya yang terbungkus perban.

"Gue Kakak lo, nggak sopan banget lo manggil gue." sindir Ara dengan tatapan yang masih fokus terhadap televisi.

Reval mendengus. Buang napas, hembuskan! Mungkin itu yang Reval lakukan untuk beberapa saat, lalu kembali menatap Ara dengan setengah bertanya.

"Kak gue tanya sama lo. Itu tangan lo kenapa?"

Ara menatap Reval dengan tatapan mengintimidasi. "Tumben lo panggil gue Kakak? Terus itu kalau bukan lagi nanya apa?"

Reval mengepalkan kedua tangannya. Kesal? Pasti. Maunya apasih Kakaknya itu, ladahal dengan penuh keseriusan dan hati-hat, ia bertanya secara baik-baik.

Reval bersedekap dada, lalu kembali menatap layar televisi. Sudah tak ada gunanya ia bertanya lagi. Ia mengambil remot TV, bersiap untuk mengganti tayangan yang lain.

"Ini gue tadi lagi niatan pengin jadi Super Hero, dan ternyata tangan gue malah ikutan luka. Nggak apa-apa deh, yang penting udah ditraktir makan sepuasnya."

Reval mencibir, Kakaknya memang sangat suka dengan apapun yang berhubungan dengan kata gratisan. Memang nggak mau modal dia!

Tapi biarlah, suka-suka Kakaknya saja. Asal hidupnya tidak terganggu, ia masih bisa dikatakan aman-aman saja.

"Gue mau curhat dong sama lo, tapi gue nggak punya apa-apa buat disumbangin sama lo. Gimana?" Kakaknya ini bisa dikatakan matre. Setiap jasa yang diberikan Kakaknya, tidak ada yang berkedok gratis.

Sialan memang!

"Oke, mau curhat apa? Kali ini lo bakalan gue gratisin, baik kan gue?"

Meskipun rada kesal, setidaknya Reval bisa berbahagia untuk hari ini. Ara adalah teman curhat terbaik yang ia punya, jadi ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali.

"Serius kan ini? Gue bener-bener nggak nyangka." Reval hanya memastikan sekali lagi. Repot kalau setelah ini, Ara meminta yang tidak-tidak.

Meskipun sedikit malas, Ara tetap mengangguk mengiyakan.

"Gue mau tanya, rasanya ja..."

"Ara?! Kamu tadi bolos ya! Kata Nadia, kamu nggak masuk sekolah tadi."

Reval mendengus, karena kata-katanya diinterupsi oleh orang lain. Gagal sudah aksi curhatannya kepada Kakaknya itu.

Ara kenal suara menggelegar seperti itu. Siapa lagi jika bukan Mamahnya! Ara tak tahu seberapa pengaruh besar Nadia terhadap Mamahnya. Intinya Nadia selalu mengadu yang tidak-tidak terhadap Mamahnya, setelah makan malam waktu itu. Nadia jadi bebas berada didekatnya kapan saja, yang membuat Ara makin lama makin muak juga.

Buktinya saat ini. Baru saja Mamahnya masuk ke dalam rumahnya, sudah kena semprot saja dirinya diakibatkan ulah anak itu. Padahal ketika ia bertanya pada temannya yang lain, sekolah dibebaskan karena semua guru akan rapat. Lalu apa yang Nadia adukan?

Mamahnya sudah sampai di depannnya, bersiap menagih penjelasan anak sulungnya yang masih memutak otak mencari-cari alasan. Reval sendiri memilih untuk pergi ke kamar, dan memilih untuk bemain game saja.

Ara berdiri, sedikit menunduk untuk merasa bersalah, padahal ia menikmati waktunya dengan bolos seharian ini. Ia mengangkat tangan kanannya, berharap Mamahnya langsung peka dengan keadaannya.

"Itu tangan kananmu kenapa?" tanya Mamahnya yang nampak peka dengan petunjuk Ara.

"Waktu tadi berangkat, Ara jatuh. Ehhh, ada pecahan kaca yang masuk ke tangan Ara. Untung saja ada tetangga yang mau nganterin Ara kerumah sakit." Ara menjeda kalimatnya. "Lagipula sekolah free kok, ada rapat Guru yang dilaksanakan sedari tadi pagi."

Mamahnya mengangguk-angguk. Namun akhirnya ia menganga ketika mengingat Ara menyebutkan seorang tetangga yang sempat menolong Anaknya.

"Siapa Tetangga yang nolongin Ara tadi, biar Mamah berterimakasih sama dia."

Ara menghempaskan tubuhnya diatas sofa. "Cowok? Tetangga depan."

Mamahnya menganga lagi, merasa tidak percaya dengan ucapan Anaknya. Ia ikut duduk di samping Ara, kemudian mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk kanan.

"Anaknya Pak Gideon?" tanya Mamahnya yang masih berpikir keras. Sepertinya akan seru, jika ia menebaknya layaknya sebuah teki-teki yang harus dipecahkan.

Ara menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal. Gideon? Nama siapa lagi itu, entah mengapa seharian penuh dengan teki-teki untuknya.

"Namanya Aksen Mah. Cowok yang tinggal dirumah depan." Ara menyerah. Ia tak mungkin berpikir keras lagi, hanya untuk pertanyaan yang tak berbobot. Lagipula, ia tahu nama kecilnya.

Mamahnya mengangguk saja, namun setelahnya ia kembali menganga tak percaya dan memegang kedua bahu putrinya itu.

"Aksenio anaknya Pak Gideon itu. Yang ganteng plus-plus itu kan? Astaga!" pekik Mamahnya kegirangan.

Ara jadi tak yakin Mamahnya itu masih sehat sekarang. Ia bersiap untuk pergi ke kamarnya. Lagipula ia sudah memberikan sebuah alasan keterkaitan ketidak hadirannya di sekolah. Ya, meskipun dengan cara sedikit berdusta tadi.

"Ara ke kamar dulu." ucapnya ketika hendak melangkah, namun dihiraukan begitu saja.

Tidak terdengarkan. Mamahnya masih dalam mode senyum-senyum sendiri sekarang. Apa Mamahnya mendadak gila?

"Awas kalau selingkuhin Papah, nggak dapat harta gono-gini tau rasa Mah. Nggak tau juga kan kalau nanti Mamah mendadak jelek, tua, keriput, karena nggak bisa beli skincare buat perawatan." ujar Ara memperingati, sebelum akhirnya berlari cepat menaiki tangga.

"Bocah kurang ajar, berani-beraninya nyumpahin orang tua!"

terlambat, Ara sudah sampai di dalam kamarnya. Tanpa pikir panjang, ia menghempaskan tubuhnya begitu saja di atas ranjang.

Lebih baik ia memejamkan mata bersiap untuk tidur, lagipula hari sudah gelap. Itu opsi terbagus, ketimbang tidak ada kerjaan lagi selain diam saja. Sembari mengkhayalkan sesuatu, itu mungkin bisa membuatnya cepat terlelap. Namun belum lama ia tertidur, ia sudah berkeringat dingin. Layaknya seseorang yang sedang bermimpi buruk.

"Bukan gue... Bukan gue..." Ara meracau pelan, kepalanya terus saja menggeleng cepar seperti tak ingin di salahkan.

"Dia... Dia..." Ara menangis sesenggukan. Racauannya semakin lama, semakin terdengar lirih.

"Arghhhhhh...." secepatnya Ara tersadar dari tidurnya. Wajahnya diusap kasar dengan kedua tangannya.

Mungkin itulah sebabnya Ara lebih baik pulang larut, daripada ia tidur lebih awal dan bermimpi yang tidak-tidak seperti sekarang ini. Waktu pagi diawan gelap, membuat dirinya selalu merasa bahwa siang telah tiba. Untuk itu ia bisa tidur nyenyak, meskipun untuk beberapa kali ia harus terbangun.

Semuanya berjalan di atas kendalinya sendiri. Tidak ada yang sesuai dengan kemauannya sedari awal, namun Ara berusaha menikmati harinya itu. Tak ada hal yang membuatnya merasa terpojok ataupun terpukul karena sesuatu dimasa lalu hingga saat ini. Ia bangkit menuju balkon kamarnya, kemudian duduk dengan bersandarkan pembatas balkon.

Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, namun apa. Mimpinya tadi mengingatkannya pada masa lalu, yang membuatnya selalu bermimpi buruk setelahnya. Mimpi itu sepertinya adalah nyata, namun Ara sendiri tak mampu untuk mendefinisikannya. Ia sungguh takut, jika mimpi itu benar-benar kembali.

Brakkkkkk...

Ara yang hendak masuk ke dalam kamarnya lagi, langsung terlonjak merasa kaget. Sebelum itu ia sempat menengok, siapa pelaku yang telah membuatnya terkaget-kaget seperti ini. Namun akhirnya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

Itu Reval. Ternyata bukan dirinya saja yang tak bisa tidur, Adiknya ternyata sama sepertinya. Lihatlah Reval sekarang, meskipun ia telah memakai pakaian lengkap untuk tidur, tangannya masih memegang stik play station. Mau tak mau, Ara bergumam.

"Kenapa lagi?" tanya Ara yang sudah membaringkan tubuhnya diatas ranjang lagi.

"Gue tadi mau cerita, tapi nggak jadi kan! Gue nggak bisa tidur dengan tenang, kalau lo nggak mau ngasih solusi." Reval memberi alasan, agar Kakaknya mau mendengar curatan hatinya kemudian.

Ara mengangguk, kemudian menepuk-nepuk kasur samping tubuhnya. Reval yang peka, langsung tiduran di samping Kakaknya.

"Mau cerita apa?" Ara berusaha untuk berbaik hati saat ini. Lagipula ia sendiri masih sukar memejamkan matanya.

Reval bungkam. Sebenarnya ia tak ingin menceritakan sesuatu pada Kakaknya, namun ia juga tak akan tenang jika ia memendamkan itu semua seorang diri. Ia sudah lelah dengan jawaban hatinya yang tak sesuai dengan logikanya.

Buang napas, hembuskan! Reval menatap Kakaknya dengan penuh harap.

"Sebagai pendahuluan, rasanya jatuh cinta itu gimana sih?" lirih Reval.

Sedetik setelah itu, Ara tertawa lepas mendengarnya. Jadi yang membuat Reval tak bisa tidur dengan tenang karena hal ini. Astaga, anak jaman sekarang!

Tapi sedetik kemudian, Ara mendadak bisu. Memang, rasanya cinta itu bagaimana ya?

*****

1378 kata.

Terpopuler

Comments

Bunga_Tidurku

Bunga_Tidurku

heh bhambanggg gue aja blm pernah
jgn2 jawabannya gtu

2021-08-09

0

Noer Hidayah

Noer Hidayah

hahaha ,, ada beneran nggak sih yg kayak ara , , ,

2020-10-23

4

LILY🌚🤣

LILY🌚🤣

hahah ara² ada²aja

2020-09-22

0

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 END
75 EXTRA PART 1
76 EXTRA PART 2
77 EXTRA PART 3
78 EXTRA PART 4
79 EXTRA PART 5
80 EXTRA PART 6
81 EXTRA PART 7
82 EXTRA PART 8
83 EXTRA PART 9
84 HAPPY ENDING
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
END
75
EXTRA PART 1
76
EXTRA PART 2
77
EXTRA PART 3
78
EXTRA PART 4
79
EXTRA PART 5
80
EXTRA PART 6
81
EXTRA PART 7
82
EXTRA PART 8
83
EXTRA PART 9
84
HAPPY ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!