ENAM

"Baru duduk saja, sudah mendengkur. Apakah kamu tidak pernah kapok dengan dikeluarkannya dari sekolah secara terus menerus, Nona Kinara Casilda Freissy?!" bentak guru Fisika itu yang nampaknya sudah setengah emosi. Bayangkan saja baru beberapa menit setelah perkenalan, beberapa menit kemudian gadis itu sudah mendengkur dan berjelajah di alam mimpi.

Semua siswa mulai berbisik menjelek-jelekkan, tak terkecuali dengan Nadia yang sedikit kaget dengan kabar itu. Ia sedikit melirik kearah Ara, lalu menelan salivanya secara kasar. Apakah dia duduk dengan seorang berandalan?

Brakkkkkk..

Nadia yang berada didepan guru fisika itupun langsung terlonjak kaget. Bahkan semua anak yang saling berbisik satu sama lain itu menunduk diam. Ara yang langsung tersadar dari pejaman matanya itu, mendadak langsung mengucek-ngucek matanya seperti baru bangun tidur.

"Udah istirahat ya?" tanya Ara dengan wajah sedikit linglung.

"Tidur di saat pembelajaran sedang dilaksanakan, lantas bertanya apakah istirahat sudah tiba. Padahal beberapa menit yang lalu, kamu baru saja memperkenalkan diri kamu. Hebat sekali!!" Guru fisika itu bertepuk tangan, sembari menahan emosinya yang telah kembali naik ke ubun-ubun.

"Maksud Ibu apa?" tanya Ara sedikit bingung.

"Berapa umurmu? Kenapa kamu masih bertingkah seperti anak-anak hah?!" tanya guru fisika itu lagi.

"Hampir 18 Tahun. Kenapa?" bahkan Ara menjawabnya dengan polos

Guru fisika itu terdiam. Namun tatapan sinisnya masih menusuk ke dalam hati seorang Kinara. Ia menunggu guru itu bertanya kembali, sepertinya akan ada sesuatu yang terluap dari pikiran guru itu. Apakah Bu Kiana marah?

"Oke, karena kita hendak presentasi mengenai penemu-penemu. Apa kamu tahu Albert Einstein lahir pada tahun berapa?"

Ara menggaruk-garukkan kepalanya bingung. Memang ada ya materi Fisika mengenai penemu-penemu disaat ia sudah kelas 12, dari kapan?

Guru Fisika itu nampak menyombongkan diri di depan Ara. Tentu saja membuat Ara kesal setengah mati. Apakah ia terlalu bodoh untuk mendapatkan pertanyaan seperti ini?

Untuk sementara ia menyedekapkan tangannya, sambil menopangkan dagu. Semoga saja dia menemukan jawaban, apalagi jika bukan untuk meluluhkan rasa sombong yang dimiliki Guru itu.

"Mmmm kalau nggak salah ya Bu... Sepertinya Albert Einstein lahir pada tahun 1879. Atau lengkapnya dia lahir di Ulm, Kerajaan Wurttemberg, Kerajaan Jerman, pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal di Princeton, New Jersey, Amerika Serikat, pada tanggal 18 April 1955 ketika umurnya yang memasuki 76 tahun." jawab Ara sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi yang akan digunakan olehnya hingga beberapa hari kedepan, semoga saja bisa mencapai berbulan-bulan dan akhirnya lulus tanpa ada embel-embel pindah sekolah lagi.

Guru Fisika selaku Bu Kiana itu mengangguk-angguk. Merasa harus dibenarkan, karena Ara memang sangat-sangat benar untuk menjawab pertanyaan ini.

Lain halnya seluruh penghuni kelas. Nampaknya semua siswa di sana hanya menganga lebar. Tak begitu buruk bagi Anak yang suka berpindah-pindah tempat dalam sebulan sekali, bahkan bisa dikatakan sangat baik oleh semua siswa yang berada di sana. Dalam hati mereka yang paling dalam sedikit bersorak, setidaknya anak baru dikelasnya itu dapat mengulur-ulur waktu bagi Guru Fisika itu dalam menagih hafalan mereka.

"Apakah kamu tahu penemu dari batu baterai?" tanya Bu Kiana lagi.

Ara meletakkan jari telunjukkan di depan dagu, kemudian mengetuk-ngetukannyanya beberapa kali. Baru saja terlintas dari otaknya, bahwa dia pasti bisa memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Ia menghentakkan jari jempol dan telunjuknya, lalu menatap Guru Fisikanya dengan agak sedikit menantang.

"Apa yang bisa Ibu berikan jika saya bisa menjawabnya?" tanya Ara tak sopan.

Bu Kiana tersenyum sinis. Dengan kembali bersedekap dada, ia mulai berjalan mondar-mandir di depan Ara.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Bu Kiana itu menawarkan.

"Saya ingin keluar dari kelas Ibu tanpa adanya absensi kosong atau dalam artian lain, saya bolos tanpa adanya keterangan apapun. Sebaliknya, saya akan tetap mendapatkan nilai plus karena berhasil menjawab pertanyaan Ibu."

Semua siswa terdiam. Menantang guru fisika itu, sama saja seperti menantang maut. Bahkan jika nilai kamu mendapatkan nilai cukup, tak segan-segan guru itu akan lebih merendahkannya lagi jika kamu memiliki sikap semena-mena dan tidak sopan.

Tampak saja Bu Kiana itu tertawa lebar karena begitu diremehkan oleh siswa barunya. Namun dalam sekejap, ia mengubah mimik wajahnya menjadi tajam yang kemudian langsung mengarah kepada manik mata Ara.

"Baik, dengan syarat kamu berhasil menjawab beberapa pertanyaan dari saya."

"Deal!" seru Ara menyepakati.

Semua siswa kembali berbisik. Ada yang sedikit menyakinkan, memuji, bahkan mengeluhkan keberanian Ara yang terlanjur tak sopan itu. Bahkan Nadia yang berada di samping Ara, langsung saja melirik kesana kemari dengan cemas.

"Baik, jawab dulu pertanyaan saya yang sebelumnya. Siapakah penemu baterai, dan jelaskan secara singkat biodatanya?"

"Alessandro Volta, atau lebih lengkapnya Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Gerolamo Umberto Volta yang merupakan fisikawan yang berasal dari Italia, yang lahir pada tanggal 18 Februari 1745 dan meninggal pada tanggal 5 Maret 1827, ketika umurnya sudah mencapai 82 tahun."

Semua siswa bertepuk tangan. Merasa bangga, bahwa dikelasnya masih ada orang jenius yang melebihi mereka. Untuk saat ini, mereka mungkin bisa terbebas dari pelajaran yang membuat pusing kepala itu.

"Penemu telepon?" tanya bu Kiana sembari melirik sinis diri Ara itu.

"Katanya ada yang mengatakan bahwa Alexander Graham Bell adalah penemu telepon. Tetapi ada sejarah yang mengatakan bahwa penemu telepon pertama kali adalah Antonio Meucci, atau lebih lengkapnya adalah Antonio Santi Giuseppe Meucci, seorang imigran dari Firenze (Florence), Italia yang telah menciptakan telepon pada tahun 1849 dan mematenkan hasil karyanya pada tahun 1871."

"Lalu bagaimana dengan pendapatmu?" tanya Bu Kiana yang sudah terlalu emosi lagi. Ia sedikit bangga, dengan Ara yang nyatanya tak terlalu buruk dimatanya lagi.

"Mungkin sependapat dengan mereka." jawab Ara yang melontarkan senyuman manis.

Bu Kiana mengangguk. Mengacungkan jempol seolah merasa bangga, tengah dilakukan olehnya.

"Kinara, saya tidak akan menguji kamu lagi. Sekarang, kamu boleh keluar dari kelas saya secara hormat. Kapanpun kamu mau dan menginginkannya, saya bisa mendaftarkan kamu juga pada ajang olimpiade."

Semua siswa kembali bertepuk tangan. Kinara ternyata tak seburuk dengan yang mereka pikirkan. Ara pun bangkit dari duduknya kemudian pamit pada Bu Kiana.

"Saya keluar sekarang ya Bu, saya tidak ingin mengganggu pelajaran anda lagi."

Hanya anggukan, namun membuat Ara dengan semangat keluar kelas. Bu Kiana menatap Nadia lagi dengan tajam, pasalnya hanya dialah siswa yang paling terburuk dimatanya.

"Contohlah Kinara. Meskipun sering dikeluarkan dari sekolah, dia masih bisa mengkondisikan dirinya sebaik rupa pada pelajaran-pelajaran yang sesulit apapun. Kamu punya apa untuk meluluskan diri dari sekolah, kekayaan Ayahmu takkan bisa membuat kamu lulus dengan mudah lagi."

Nadia menunduk. Merasa dibenarkan dengan pernyataan yang terlontarkan dari mulut guru fisikanya. Jika bukan karena aset, ia tak akan berada dikelas ini sekarang. Lemah menghitung, menghafal, bahkan tak bisa mengingat pelajaran apapun, seharusnya ia berada dikelas orang-orang yang memiliki otak kurang dari pas-pasan sekarang.

"Ma.. Maaf Bu.."

"Hanya maaf, maaf, maaf. Bingung saya jika harus mengarang nilaimu lagi untuk semester pertama ini. Luluspun sepertinya tak tentu." keluh guru fisika itu sembari mengusap wajahnya kasar.

Nadia menangis. Tak tahu harus bagaimana lagi. Ia ingin keluar sekarang juga, ketimbang dia terus disudutkan oleh gurunya di sini.

"Kamu itu..."

Tok... Tok...

Semua siswa melirik kearah pintu. Nampaklah Ara yang sedikit tersenyum menatap semuanya. Tak urung jika banyak siswa laki-laki yang luluh terhadap senyuman manisnya. Terlebih lagi dengan wajah natural tanpa polesan apapun. Secaa tak langsung, dia telah menjadi idola para cowok dikelasnya.

"Bolehkah saya meminta sesuatu lagi?" tanya Ara.

Guru fisika itu mengernyit bingung. "Apa yang kamu inginkan lagi? Mungkin Ibu bisa membantu."

"Bolehkah saya membawa Nadia. Sebagai gantinya, anda boleh mengikutsertakan saya pada ajang olimpiade."

Guru fisika itu tersenyum, tetapi ketika melirik Nadia, tatapan matanya langsung berubah tajam. Nadia hanya bisa menunduk tanpa harus berbuat apa-apa lagi.

"Saya sepakati. Kamu Nadia, silahkan keluar dari kelas saya dengan penuh hormat. Tapi ingat, saya takkan mau lagi untuk mengarang nilai fisikamu itu."

Nadia mengangguk, lalu berjalan keluar kelas dengan penuh menunduk. Dalam hati ia bersorak ria, tak perlu lagi mendengar ceramahan guru fisika itu yang selalu mengiris hati.

"Lo utang tiga nyawa sama gue. Suatu saat gue bisa nagih itu semua, karena gue ngebantu lo itu nggak pernah ikhlas. Gue bisa saja ninggalin lo yang lemah itu, dan membuat mereka bahagia atas penderitaan yang lo rasakan. Tapi gue masih punya hati nurani buat ngebantu orang yang lagi tertindas lemah." jelas Ara dengan memamerkan senyuman picik.

Nadia yang baru saja berdiri diambang batas pintu itu, langsung terkaget. Nyatanya Ara tak sebaik yang ia kira.

"Gue pergi, awas aja kalau ngikutin gue!" jawab Ara yang melenggang dengan leluasa dikoridor sekolah. Merasa tak terbebani dengan apapun, padahal dilubuk hati yang paling terdalam ia tengah menyembunyikan sesuatu.

*****

1291 kata.

Terpopuler

Comments

BINTANG PENGHACUR

BINTANG PENGHACUR

wah yang kek gini gw cari berandal tapi pinter sama kayak Alena di badboy&badgirl

2021-12-11

3

anotherbyl

anotherbyl

Ngelepas penat sekalian belajar juga😂😂😂😂 biar tambah ingat

2021-04-07

0

권 옥타비안🌼🌼

권 옥타비안🌼🌼

ara jjang👍👍👍👍

2020-10-15

0

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 END
75 EXTRA PART 1
76 EXTRA PART 2
77 EXTRA PART 3
78 EXTRA PART 4
79 EXTRA PART 5
80 EXTRA PART 6
81 EXTRA PART 7
82 EXTRA PART 8
83 EXTRA PART 9
84 HAPPY ENDING
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
END
75
EXTRA PART 1
76
EXTRA PART 2
77
EXTRA PART 3
78
EXTRA PART 4
79
EXTRA PART 5
80
EXTRA PART 6
81
EXTRA PART 7
82
EXTRA PART 8
83
EXTRA PART 9
84
HAPPY ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!