Ara meminum sebotol kaleng soda yang baru saja dibelinya dari warung. Sambil menatap kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya, ia meneguk minumannya hingga tersisa setengah.
Kakinya ia goyang-goyangkan. Sangat pegal karena terlalu lama berjalan kaki. Tetapi ia sedikit paham dengan padatnya kota itu, ternyata bisa membuatnya sedikit terhibur. Mungkin dari beberapa hal yang membuatnya stress sementara. Setidaknya Ara bisa melupakan sesuatu yang mengganjal hati dalam sejenak.
"Hai tante cantik?"
Ara menoleh kesana kemari, lalu menemukan seorang anak kecil yang tersenyum lebar kearahnya. Ara berjongkok, sedikit gemas dengan anak kecil itu, kemudian mencubiti pipinya yang gembul tanpa tahu malu.
"Kamu di sini sama siapa? Sendiri?"
Anak kecil itu menggeleng, lalu maju selangkah agar bisa duduk dibangku yang tadi sempat diduduki Ara. Namun kakinya tak sampai, sedangkan tangannya tak sanggup menopang tubuhnya untuk terjatuh.
"Huwaaaa..." anak kecil itu menangis, membuat Ara yang sempat ingin menolong merasa takut. Takut jika dia lah yang dituduh menangisi anak kecil ini.
Ara mengedarkan pandangannya kesekeliling. Takut ada orang tua yang tiba-tiba datang kearahnya lalu memakinya sepuas hati. Tapi nihil, tak ada satupun yang menghampiri. Bahkan semuanya mengernyit heran, ketika Ara tak kunjung untuk membantu.
Ambil napas, hembuskan! Ara mendekati anak kecil itu kemudian mendudukannya dibangku yang tersedia.
"Adek kenapa nangis?" pertanyaan bodoh yang kemudian dirutuki oleh Ara sendiri. Sudah tahu anak kecil itu terjatuh, masih saja ia bertanya.
Sedikit menggaruk-garuk kepalanya bingung, Ara memegang kedua bahu anak itu.
"Ada yang sakit?" tanya Ara sembari bergidik merasa ngeri jika tiba-tiba nanti kedatangan seorang ibu-ibu yang kemudian menamparnya karena disangka menculik anaknya.
"Atit tante, lutut Galak beldalah." jawab anak kecil itu dengan cadelnya.
Ara mengernyit. Sedikit bingung dengan penuturan anak itu, namun kemudian ia mengembangkan senyum tatkala menatap ada darah yang mengalir dilututnya.
"Tante bawa plaster kok, mau Tante obati?" Ara mengambil tasnya yang berada dipunggung, dan mengambil kotak P3K di sana.
Anak kecil itu menganggukkan kepalanya. Percaya dengan apa yang akan dilakukan oleh Ara, namun sedikit takut jika lututnya itu akan semakin sakit.
Ara mungkin benar-benar reinkarnasi dari doraemon, sehingga isi-isi tas nya benar-benar ajaib dan tak terduga. Ia mengambil alkohol, kemudian menuangkannya pada sedikit kapas yang baru saja diambil.
"Sssttt..." anak kecil itu meringis sesekali sesunggukan. Wajahnya sudah menyiratkan rasa sakit, namun ia tahan. Hingga beberapa menit kemudian, sebuah plester telah terpasang dikaki anak kecil itu.
Ara bersorak ria. "Yesss, nggak salah gue dulu jadi anggota PMR."
Ara meletakkan kembali kotak berisi obat-obatan itu ke dalam tasnya. Lalu menatap anak kecil itu kembali. Sedikit iri, karena Adiknya itu tak seperti anak kecil dihadapannya itu. Boro-boro menggemaskan, yang ada hatinya dongkol karena terus-terusan beradu mulut dengan Adiknya.
"Nama kamu siapa?" tanya Ara sambil menopangkan dagu.
Anak kecil itu sudah berhenti menangis. Ia tersenyum, kemudian mengusap-usap bagian lutut yang tadi terluka.
"Galaksi Tante. Lumahnya kan ada di depan lumah Tante. Masa Tante nggak tahu!" Anak yang bernama kecil itu merajuk. Merasa tak pernah dianggap sebagai tetangganya.
Ara hanya tersenyum miris, kemudian mengaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa dibenarkan bahwa ia tak mengerti apa-apa soal tetangganya. Sejenak Ara mengangguk. Namun langsung berdiri, ketika ia mengingat sesuatu.
"Kamu ke sini sama siapa? Jauh loh jaraknya dengan rumah?" Ara mengedarkan pandangannya lagi kesekeliling, berharap dia tak menemukan keluarga dari anak yang bernama Galaksi ini. Bisa-bisa, ia bonyok dihajar orang tuanya. Lantaran Galaksi memiliki bekas luka yang tentu saja belum kering itu.
"Sama Om Tante. Tapi Om nya lagi usil badut jalanan tante. Dia tadi nalik-nalik Galaksi, malah-malahin Galaksi."
Ara paham sekarang. "Mau pulang sama Tante?"
Galaksi mengangguk. Lagi pula ia sudah jengah berada dijalanan seperti ini. Untung saja dia mengenali seseorang yang tak lain adalah Ara ini. Jika tidak, habis ia terdampar dijalanan besar seperti ini.
Ara membantu Galaksi turun dari bangku, dan menggandengnya. Seperti Kakak beradik yang tengah berjalan-jalan sore, nampak akrab sekali jika dipandang mata. Namun lihatlah, Ara saja nampak kikuk dengan pandangan orang sekitar. Terlebih lagi ekor matanya tak henti-hentinya untuk waspada. Takut, ia mendapati sesuatu yang tak terkira. Misalnya bogeman mentah karena benar-benar dicurigai telah menculik anak.
"Tante itu Om?" tunjuk Galaksi sambil mendongakkan kepala ke atas.
Sedangkan Ara terhenti, dan menatap arah yang ditunjuk oleh Galaksi. Terlihat jika Om-om tampan bak dewa yunani itu tengah beradu argumen dengan seorang wanita bermake up tebal. Ara yakin badut yang dibilang Galaksi tadi, adalah wanita itu.
"Ayo Tante, kita ke sana." ajak Galaksi, yang mau tidak mau membuat Ara harus mengikuti dari belakang.
Tidak mungkin jika Ara membiarkan Galaksi berjalan sendiri dipinggir jalan raya seperti ini. Terselip sebuah kata bahwa ia tengah merasakan kesal. Untung saja ia berhati mulia, jika tidak! Mana mau Ara menolong Galaksi sekarang ini.
Yang menjadi pertanyaan sekarang. Kapan baik hatinya dikenal luas oleh orang. Semua kebaikannya tertutup karena penampilannya yang urak-urakkan itu.
Lima langkah lagi, Ara akan berada tepat di depan Om-om tampan itu bersama Galaksi di sampingnya. Sedikit menguping pembicaraan orang tua, untung saja pendengarannya sangat jeli untuk situasi seperti ini. Sejenak ia mengangguk paham, kemudian menatap sinis wanita rendahan yang tak jauh darinya itu.
"Mana janji kamu Tuan, bukankah kamu telah berjanji untuk menunjukkan kekasih Tuan!" seru wanita itu tak tahu malu.
"Saya tidak sudi ya, jika kamu menemui kekasih saya. Terlebih lagi, kamu sudah memarahi keponakan saya satu-satunya. Pada intinya, saya tidak terima. Pergi sekarang juga, atau saya laporkan kamu ke KPAI, atas rencana kekerasan pada keponakan saya!"
Wanita itu menunduk bersalah. Rasanya hilang harapan, ketika seseorang yang menjadi obsesinya selama ini memakinya. Apalagi dihadapan umum, yang siapa saja dapat menonton aksinya secara gratis.
"Om Aksen..." Galaksi memanggil, melepaskan genggaman Ara yang tidak ingin melangkah lebih lanjut. Rasanya tak mungkin sekali, jika ia ikut campur dalam situasi sekarang ini.
Aksen yang namanya terpanggil, langsung menoleh. Kemudian menghampiri Galaksi dan membopongnya dengan ekspresi yang selalu sama dari dulu. Sedikit melirik ke arah Ara, kemudian menatap wanita itu lagi dengan tatapan berang.
"Kamu ingin tahu kan kekasih saya." Aksen menjeda kalimatnya, kemudian menghampiri Ara yang tak bergeming dari tempatnya. "Dia kekasih saya Diana, namanya Kinara. Iya kan sayang?"
Ara langsung terlonjak kaget. Terlebih lagi ketika Aksen menggunakan sebelah tangan kanannya untuk merengkuh pinggangnya secara mesra. Sepertinya, ia telah diterjunkan dari langit ketujuh. Kemudian melayang-layang diatas awan.
Jantungnya serasa ingin keluar dari tempatnya, karena debaran yang begitu cepat. Nafasnya seolah tercekat, dengan waktu yang tiba-tiba berhenti begitu saja. Tak sampai di situ, rasa-rasanya ada sesuatu yang membuncah dalam hatinya.
"Sayang, nanti kamu mau makan apa?" tanya Aksen mesra. Jauh dari perkiraan Ara yang selalu melihat seseorang di sampingnya ini terlampau cuek.
Ara memalingkan muka. Berusaha sekuat mungkin untuk melanjutkan hembusan nafasnya. Huft.. Huft.. Jangan berpikir bahwa itu nyata Ara!
Diana mengerling tidak suka. Wajahnya meluapkan sebuah emosi yang dari tadi ditahannya. Ia menatap Ara tidak suka, kemudian menariknya dengan begitu paksa.
"Kamu bukan kekasihnya kan? Pergi nggak dari sini, nggak sudi ya saya melihat kalian bahagia."
Ara yang memang sudah tidak fokus dari awal, hanya terdiam. Kata-katanya seakan terkunci dalam mulutnya dan tak dapat dikeluarkan lagi.
*****
1173 Kata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Bundanya Naz
nama yg bagus Diana..sayang orgnya gila dan tdk tau malu
2021-05-20
1
Lacha
nama yg dipake inspiratif sekalee.. Galaksi ,Aksara, aksen
2020-11-01
0