SEBELAS

Aksen memijat-mijatkan kaki yang sudah sangat pegal sebelumnya. Di dalam ruangan kerjanya, ia sedikit mengeluh. Untung saja skripsinya sudah usai, jika tidak? Mungkin Aksen sudah mati muda sekarang ini.

Kusut tak bergairah. Nyatanya Aksen harus ekstra sabar jika ingin sukses. Tak ada cara instan, tak ada cara kotor, keberhasilannya sekarang dikarenakan usahanya sendiri.

Cklek.

Aksen langsung terlonjak kaget. Kegagalan fokusnya yang dikarenakan rasa lelah, sedikit membuat hatinya merasa tak tenang. Mungkin ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya, tapi ia tak dapat mendefinisikan. Ia sudah sangat terlanjur peka untuk menerima suara-suara yang tidak diundang, untuk itu ia langsung menatap sinis seseorang yang baru saja mengganggu dirinya.

"Maaf tuan, apakah anda lelah sekarang ini. Mau saya pijat?"

Aksen bahkan tak pernah tahu bagaimana cara membuat seseorang jera ketika masuk kedalam ruangannya tanpa mengetuk pintu. Mungkin jika baru kali ini, Aksen berusaha untuk memaklumi kesalahan yang baru dilakukan pertama kali. Namun ini? Sudah berkali-kali, dan itu adalah sekretarisnya sendiri. Entah setan apa yang merasuki diri wanita itu, sehingga merasa berhak datang keruangannya tanpa memohon izin terlebih dahulu.

"Anda tahu surat peringatan? Berhubung saya pernah memberikan itu kepada anda dan tidak menimbulkan efek jera, mau tak mau saya harus memberikan surat ini." Aksen memberikan amplop putih, lengkap dengan nama perusahaan yang ia dirikan.

Wanita itu nampak menerima surat itu, kemudian membukanya. Raut wajah yang sedari awal nampak bersemangat, kini tergantikan dengan senyum kecut yang mengarah pada Aksen sebagai atasannya.

"Tuan memecat saya?" tanya wanita itu memastikan.

Aksen mengangguk. Merasa dibenarkan dengan apa yang wanita itu tuturkan. Tak apa ia kehilangan satu anak buahnya, masih banyak orang yang ingin menjadi sekretaris barunya bukan?

"Sebenarnya kurang saya apa sih? Bukankah saya cantik untuk menyandingi tuan dimasa depan nanti. Saya cukup berpendidikan, dan saya..."

"Anda terlalu berlebih-lebihan dalam memuji diri anda sendiri. Instropeksi diri, bahkan anda termasuk kedalam golongan yang tidak memiliki sopan santun terhadap atasan sendiri." potong Aksen cepat.

Wanita itu menunduk. Hilang sudah harapannya untuk menjadi pendamping hidup atasannya itu. Namun rasa obsesi itu bangkit lagi, ia menatap Aksen dengan tatapan yang kurang diartikan.

"Tetapi saya cocok untuk menjadi istri tuan."

Istri? Bahkan Aksen belum pernah berpikir sampai disitu. Ia mengetuk-ketuk jarinya pada dasar meja, kemudian menatap sekretarisnya dengan berang.

"Diana, saya bisa mencari pendamping hidup saya sendiri. Saya merasa bahwa anda tidak cocok dengan saya. Lagi pula saya sudah memiliki seorang kekasih sekarang." tolak Aksen berusaha untuk tetap berada dibawah kesabaran, meskipun tersimpan unsur kebohongan di sana.

Diana lagi-lagi hanya tersenyum kecut. Lelaki dingin seperti Aksen pasti tidak akan bisa mencari pendamping hidup. Ia saja terlanjur kaku pada wanita. Haruskah Diana menyerah sekarang?

"Saya tidak percaya bahwa tuan sudah memiliki kekasih. Pada intinya, saya adalah satu-satunya wanita yang cocok untuk tuan. Dan saya tak akan membiarkan wanita lain bisa mendekati tuan seenaknya." elak Diana yang masih merasa percaya diri.

"Keluar dengan rasa hormat, atau saya panggilkan seorang satpam!" seru Aksen yang sudah kehilangan rasa sabarnya.

Diana menatap Aksen berang. "Saya akan keluar dari sini, jika tuan telah menunjukkan kekasih tuan itu didepan mata saya sendiri."

Aksen terdiam. Mulutnya tak bisa berkata-kata lagi sekarang. Sambil menatap jendela kaca yang menampakkan padatnya ibu kota, ia sedikit berpikir. Namun memang ia yang sudah kelelahan dan otaknya tak bisa diajak berkerja sama, ia memilih untuk diam saja.

"Tuan pasti bohong jika telah memiliki kekasih." remeh Diana disegala kediaman Aksen.

Aksen tak tinggal diam lagi. Diana sudah melewatk batas kepada dirinya yang tak lain adalah seorang atasan. Aksen yakin apa yang dilakukan Diana termasuk obsesi, tapi tetap saja ia tak menyukainya.

"Besok saya bawa kekasih saya ke sini. Sekarang anda keluar dari ruangan saya!"

Diana tersenyum remeh. "Saya tak yakin dengan kekasih tuan. Bisa saja tuan menyewa wanita lain untuk menjadi kekasih tuan sehari. Perlu tuan tahu, saya mengenal semua wanita sewaan, termasuk wanita-wanita malam."

Aksen langsung berdiri, kemudian menghampiri Diana untuk menyeretnya keluar dangan tangannya sendiri. Ia tak mau lagi wanita itu berada diruangannya. Ia sudah sangat muak sekarang.

"Tu... Tuan... Lepas..." gagap Diana yang merasa takut dengan perubahan Aksen.

Aksen tetap menyeret Diana tanpa sepatah kata-kata. Tak tanggung-tanggung, ia menyeret Diana menuju lantai bawah dimana semua pegawainya berkerja.

Bughhh.

Diana terjatuh dengan tangan yang sedikit memar dipergelangannya. Bahkan semua pegawai di sana langsung menatap Diana dengan tatapan tak heran lagi. Mereka cukup senang, jika Diana dipecat sekarang juga.

Diana memang berkelakuan seperti wanita malam. Pakaian yang tak sesuai dengan aturan kerja pun juga menjad daya tarik untuk memecat Diana secara tidak hormat.

"Keluar, dan jangan kembali lagi ke sini!" seru Aksen tajam.

Diana menatap Aksen sengit. "Besok saya kesini lagi dengan janji yang tuan buat sebelumnya. Jika besok tuan tidak dapat menepati janji, maka saya berhak untuk bekerja kembali di sini."

"Satpam, usir orang ini dari sini. Saya tidak ingin melihat wajahnya lagi. Jika bisa, seret dia sejauh-jauhnya, agar menimbulkan efek jera dikemudian hari nanti." ucap Aksen yang kemudian berlalu meninggalkan mereka yang masih terbengong-bengong.

"Kamu." tunjuk Aksen pada resepsionis perusahaan. "Untuk sementara kamu menggantikan dia sebagai sekretaris saya."

Aksen berbalik kemudian menatap pegawainya yang masih mengobrol dan berbisik kecil.

"Kalian, silahkan berkerja kembali! Jangan buang waktu secara percuma untuk hal yang sia-sia, termasuk membuat gosip yang tidak-tidak."

Aksen masuk ke dalam lift, lalu memecet angka 9 di sana. Untung saja ia masih memiliki hati untuk tidak menghakimi wanita itu lebih dalam lagi. Ia mengusap-usap wajahnya dengan kasar, sebelum lift itu terbuka dan menampilkan lorong kerja miliknya.

Sedikit berharap, bahwa tak ada apa-apa lagi yang membuatnya lebih stress dari sebelumnya. Aksen menutup pintu ruangannya, sebelum ada orang yang akan mengetuknya.

Tok... Tok...

Baru saja Aksen hendak duduk, namun sudah ada seseorang yang ingin bertemu dengannya. Ia sedikit mendesah, ingin sekali ia cepat-cepat kembali ke dalam rumah dalam waktu dekat ini.

"Masuk." hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Aksen. Ia sudah banyak bicara sebelumnya, jadi cukup sekian ia berkata panjang lebar.

Tak ada pergerakan, sehingga membuat Aksen yang menunggu kehadiran orang itu langsung mengernyit heran.

Kring... Kring...

Dering teleponnya berdering, mau tak mau ia harus mengangkatnya dan membiarkan orang itu agar berinsiyatif masuk ke dalam.

"Iya, dari Aksenio Alvan Gideon di sini. Ada apa?"

"Maaf tuan, ada pimpinan dari BGS Corp yang datang untuk menemui anda secara langsung. Maaf saya baru bisa menghubungi tuan sekarang, ada banyak kesibukan dibawah sekarang." jawab seseorang diseberang sana.

Aksen sedikit memaklumi dengan bawahannya itu. Tentu saja karena ia telah memberikan tugas yang berlebih untuknya. Di samping, ia bekerja sebagai resepsionis, dan disisi lainnya ia menjadi sekretaris sementaranya sekarang. Setelah mengucapkan terimakasih, ia menatap pintu yang sampai sekarang masih belum terbuka sama sekali.

Untung saja ia masih memiliki hati nurani. Ia berdiri, kemudian berniat untuk membuka pintu ruangannya itu secara hormat. Tak mungkin ia memaki-maki, disaat orang itu adalah seorang pimpinan yang menerima kerja sama dengannya, meskipun perusahaannya masih dibilang belum cukup lama.

Deg.

Jantung Aksen seakan mau copot, dengan kehadiran pimpinan BGS Corp di hadapannya. Denyut nadinya seakan berhenti seketika melihat pimpinan perusahaan itu tak lain adalah orang yang dikenalnya cukup lama. Ia yang dulu pernah ada untuk bersama-sama, telah   kembali lagi dengan keadaan yang sudah berbeda.

"Sudah lama ya kita tidak jumpa? Apa kabar?"

Aksen terdiam. Ia tak tahu harus apa, disaat dendam pribadinya masih belum musnah. Ia menatap pergelengan tangannya, berharap penyakit lamanya tak muncul kembali. Lalu kembali menatap orang itu dengan tatapan datarnya.

"Kamu tidak menjawab sapaan saya Aksen. Sudah lama ya kita tidak jumpa, apa kabar dirimu? Bagaimana dengan Anasthasya?"

Anasthasya, Aksen tidak lupa jika nama itu tak lain adalah Adiknya sendiri. Lalu apa yang akan dilakukan oleh orang yang berada dihadapannya itu sekarang?

"Apa maumu?" tanya Aksen datar.

Tak ada jawaban, namun Aksen nampaknya sudah sedikit tak tenang dengan kehadiran orang itu. Ya, orang yang telah memberikan sebuah penyakit tak berujung hingga sekarang itu. Rasanya, Aksen ingin menguliti orang itu secara perlahan-lahan. Andai orang itu bukanlah partner kerjasamanya sekarang.

Ia harus bertindak secara profesional, tak mungkin ia mencaci maki di saat dirinya masih dalam posisi terbawah dari perjalanan bisnisnya.

"Apa maumu tuan Arkano Arfian Bagaskara?" tanya Aksen mengulanginya lagi.

"Hanya ingin berkunjung saja. Mengunjungi sahabat lama tak ada salahnya bukan?"

Tepat, saat itu Aksen menghembuskan napasnya panjang-panjang kemudian menghembuskannya. Ia harus bersikap formal, jika perusahaan yang didirikan olehnya dari titik nol itu musnah ditelan bumi.

*****

1383 kata.

Terpopuler

Comments

ℳℯ𝓁𝒶𝓃

ℳℯ𝓁𝒶𝓃

nanti si Ara nih yg di bawa 🤭

2021-08-23

3

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 END
75 EXTRA PART 1
76 EXTRA PART 2
77 EXTRA PART 3
78 EXTRA PART 4
79 EXTRA PART 5
80 EXTRA PART 6
81 EXTRA PART 7
82 EXTRA PART 8
83 EXTRA PART 9
84 HAPPY ENDING
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
END
75
EXTRA PART 1
76
EXTRA PART 2
77
EXTRA PART 3
78
EXTRA PART 4
79
EXTRA PART 5
80
EXTRA PART 6
81
EXTRA PART 7
82
EXTRA PART 8
83
EXTRA PART 9
84
HAPPY ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!