LIMA

Jika sebelumnya Ara nampak bersemangat untuk ke sekolah karena niat buruknya, kali ini ia menatap sekolah barunya dengan wajah yang sedikit lesu. Meskipun masih berada di dalam mobil, Ara rasanya enggan untuk masuk ke dalam sana.

"Cepetan turun, gue udah telat nih!" Reval yang barada disampingnya, hanya bisa manaikkan emosi. Padahal ia dikenal dengan cowok yang tidak pernah peduli, tapi kali ini ia peduli dengan kedisiplinannya.

"Sabar, gue juga mau turun kok!" seru Ara menyahuti.

"Ya udah sih, cepetan!" protes Reval lagi.

Dengan begitu kesal, Ara langsung turun dari mobil yang dikendarai sang sopir pribadi keluarganya itu. Rasanya ia tak mau lagi satu mobil dengan adiknya. Dengan langkah yang sedikit dihentak-hentakkan, Ara mulai berjalan masuk ke dalamnya.

"Hai..." sapa seseorang, ketika Ara baru saja berada pada satu langkah di depan gerbang.

Ara heran, dan menoleh kearah sumber suara. Nampak ada seorang gadis yang tersenyum polos tanpa ada kejelasan sama sekali.

"Lo nyapa gue?" tanya Ara yang masih sedikit tak percaya.

Gadis itu mengangguk. "Iya, aku nyapa kamu."

Ara hanya mengeratkan genggaman tangannya pada tasnya, lalu sedikit mengedikkan bahu. Ia tak perlu ramah kepada orang yang baru saja dikenalnya. Karena dari awalpun, Ara tak pernah menyakinkan dirinya untuk mengakrabkan diri kepada orang lain.

Gadis yang baru saja ditinggal oleh Ara itu, langsung mengerucutkan bibirnya. Ia baru saja diacuhkan oleh orang yang selama berjam-jam ini ditunggu olehnya, untung saja dia gadis yang penyabar. Dengan langkah cepat, ia menyusul Ara yang sudah membelokkan diri kearah koridor sekolah.

"Kinara, tunggu!" pekik gadis itu dengan sekuat tenaga berlari.

Ara yang merasa namanya dipanggil, langsung memberhentikan langkahnya. Ia menatap gadis itu, dengan sedikit bertanya-tanya.

"Lo kenal gue?" tanya Ara yang sedikit bingung.

Gadis itu kembali mengangguk. "Aku Nadia, perempuan cantik yang kemarin kamu tolong dilapangan." jawab gadis yang mengakui dirinya sebagai Nadia.

Ara hanya memamerkan deretan giginya  setengah jijik. Bukan karena Nadia yang merasa percaya diri didepan dirinya, tetapi karena semua penampilan orang dihadapannya yang serba pink.

Ara tentu saja tak suka dengan warna pink. Ia lebih suka dengan warna biru laut, atau warna dengan nuansa alam yang enak dipandang mata. Tapi Nadia? Dari bando, ikat rambut, tas, jam tangan, sepatu, kacamata, dan semua pernak-pernik yang diperbolehkan dipakai oleh pihak sekolah, semua dibalur oleh warna pink tanpa ada warna lain yang mencampurinya.

"Lo cupu! Pantes aja kena bully." hanya itu yang Ara ucapkan tanpa ekspresi untuk menggambarkan wajahnya lagi.

Nadia menghentak-hentakkan satu kakinya dengan bibir yang sedikit maju ke depan. Sambil membenarkan posisi kacamatanya yang agak melorot, Nadia langsung menatap Ara dengan penuh rasa kecewanya.

"Kamu jahat, Nadia nggak suka ih!" keluh Nadia dengan suara yang agak melengking, bahkan lebih dari sekedar anak kecil yang memperebutkan mainan.

Ara bergidik ngeri. Manusia apa yang baru saja ditolong olehnya? Rasa-rasanya ia telah salah menolong orang kemarin.

Dengan badan yang sudah berbalik, Ara bersiap untuk melanjutkan langkahnya. Tetapi Nadia langsung menghalangi Ara dengan merentangkan kedua tangannya.

"Nadia belum selesai ngomong. Nadia mau kalau Kinara itu jadi temen Nadia. Kinara pasti mau kan?" tanya Nadia.

Ara mengedipkan berkali-kali matanya, berharap ia hanyalah sedang bermimpi. Namun salah, Nadia memang benar-benar ada dan nyata di depannya. Ia memang sedang tidak berhalusinasi sekarang.

"Ogah! Mimpi lo ketinggian!" seru Ara, yang langsung menyingkirkan Nadia dari hadapannya.

Nadia yang memang memiliki tenaga yang sangat kecil dibandingkan dengan Ara, langsung terjatuh dan bertubrukan langsung dengan lantai. Hampir saja ia akan menangis, namun anak-anak dari  kelas unggulan yang mengganggu dirinya kemarin langsung datang menghampiri dirinya.

"Ehhh cupu!" seru salah satu dari mereka  yang kemarin baru saja terkena imbasnya.

Nadia sediikit menunduk. Badannya sudah bergetar hebat, seperti tak bisa menahan rasa takutnya.

Beberapa orang itu itu tersenyum miring. Ia berjongkok pelan, kemudian mengangkat dagu Nadia yang memang terlihat sangat cupu dimatanya.

Sedangkan Nadia sedikit meringis pelan, tatkala anak-anak kelas unggulan itu menekan kedua kuku panjangnya pada dagunya yang sudah sedikit memerah. Bahkan air matanya sudah mengalir deras, tanpa harus ditunggu lagi.

"Le... Lepas... Tolong... Lepasin aku.." tutur Nadia yang sudah sedikit sesenggukan.

"Lepas? Lo pikir gue nggak punya dendam sama lo karena insiden kemarin! Dasar cupu, sampah! Pergi jauh-jauh sana!"

Nadia memejamkan mata, berharap ada yang menolong. Tetapi nihil, tak ada yang membantu dirinya hingga sekarang ini. Anak-anak unggulan itu mulai menarik rambut Nadia dengan bringas, tentu saja Nadia mengerang hebat menahan rasa sakit.

Namun itu tak berlangsung lama, ada seseorang yang mau menolong dirinya lagi. Dan itu masih seseorang yang sama seperti kemarin, Kinara yang tak lain adalah Ara sendiri.

"Lo semua juga cupu kayak dia. Nggak ada faedahnya kalian bully dia, termasuk ngebunuh dia sekalipun. Kalian nggak akan dapet reward atas hal ini, bodoh kalian semua." ucap Ara yang memang sudah ditakdirkan memiliki mulut yang sangat pedas.

Anak unggulan yang sudah sedikit dipermalukan oleh Ara, langsung pergi begitu saja meninggalkan Nadia yang sudah menitikkan air mata.

Ara mengulurkan tangannya. "Bangun atau gue tinggal?"

Nadia menerima uluran tangan Ara, kemudian berdiri tegap. Ia sungguh tak tahu lagi dengan apa ia membalas jasa Ara saat ini.

"Te.. Terima.. Kasih.." ucap Nadia yang masih sedikit sesenggukan.

"Lo lemah. Gitu aja langsung nangis!"

Nadia tak mengindahkan itu. Ara yang sudah berlalu dari hadapannya, membuat ia menghembuskan napas pelan. Ia tak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Ia tidak lebih dari sekedar penakut, ia tak pernah berani melawan orang lain yang menindasnya.

Tetttt...

Bel yang memang berbunyi nyaring, langsung membuat Nadia masuk ke kelasnya, 12-IPA 3. Ya meskipun ia bodoh dari seluruh mata pelajaran, ia masih menempati sebuah kelas yang memang masih terisi dengan anak-anak pintar. Tentu saja karena kuasa Papahnya. Jika tidak, mana mungkin Nadia bisa menempati kelas ini.

"Selamat pagi anak-anak. Sebelum saya memulai materi, dan menguji pengetahuan kalian. Saya ingin memperkenalkan kalian dengan murid baru." ucap seorang Guru pengajar yang baru saja memasuki kelasnya.

Nadia mengernyit heran, bahkan bukan hanya dirinya. Tetapi semua orang yang berada dikelas ini. Namun keheranan Nadia terbayar sudah, ketika ada seseorang siswi yang begitu dikenalnya masuk dengan langkah ringan.

'Cantik, tapi kayaknya tomboy.'

'Dia yang kemarin nolongin tuh cupu kan?'

'Astaga, semoga aja dia nggak pinter-pinter banget.'

"Perkenalkan nama saya Kinara Casilda Freissy, pindahan dari SMA N 10. Saya berharap, kalian bisa menjadi teman  partner terbaik untuk beberapa bulan, beberapa hari, atau beberapa minggu ke depan."

Nadia mengembangkan senyumnya. Merasa bersyukur jika Ara memang ditempatkan pada kelasnya ini.

"Baik, mungkin pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal dari otak kalian itu ditampung dulu untuk istirahat nanti. Perkenalkan saya adalah Ibu Kiana. Saya mengajar Fisika di sekolah ini. Mmm, kamu boleh duduk di.." nampak guru Fisika itu mencari-cari tempat kosong.

Nadia langsung berdiri dengan begitu semangatnya. Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi, meminta Guru Fisikanya agar Ara itu bisa menjadi teman sebangkunya.

Ibu Kiana menatap Ara meminta kesepakatan. Dengan malas-malasan Ara langsung mengangguk.

"Baiklah, Ara duduk disamping Nadia. Dan kita lanjutkan untuk pelajaran Fisika. Apakah kalian sudah menyiapkan beberapa penemu yang akan kalian persentasikan di depan nanti?" tanya Bu Kiana yang penuh excited.

Tak ada yang mengangkat jarinya. Ara yang baru saja menghampiri meja yang berada dikelas paling sudut itu tampak mendengus kasar. Kenapa harus bertemu dengan gadis cupu itu lagi? Apa lagi harus menjadi teman sebangku.

"Gue boleh duduk dipojok nggak?" tanya Ara yang sudah berdiri tepat dihadapan Nadia.

Nadia menggeleng. "Aku nggak mau tukar tempat. Aku maunya di sini aja."

Ara menggaruk-garuk rambutnya agresif.

"Gue duduk disitu, atau gue pindah tempat duduk!" ancam Ara yang sepertinya sudah tak tahan lagi.

Malas-malasan Nadia mengangguk. "Ya udah, kamu boleh duduk kok di sini."

Ara tersenyum. Ia langsung melempar tasnya, kemudian melipatkan tangannya untuk menutupi wajah. Nadia langsung kaget, kala Ara memilih untuk memejamkan mata.

"Ara, nggak boleh tidur dikelas loh." ucap Nadia memperingati.

Ara hanya terdiam, tanpa mau untuk menjawab.

"Ara, nanti kamu dimarahin loh sama Ibu Kiana."

Lagi-lagi tak ada jawaban.

"Ara ihh!" teriak Nadia yang membuat semua orang langsung menatap Nadia dengan tatapan tertajam. Apalagi dengan Bu Kiana, yang sudah melipat kedua tangannya di depan dada.

"Nadia Stefani, berdiri dan ceritakan sedikit biografi tentang Albert Einstein!"

Nadia terdiam. Apa yang harus ia katakan, dia pun tak tahu apa-apa soal itu. Terlebih lagi ia tak pernah belajar ataupun membaca, dalam sejenak ia langsung menunduk.

"Nadia nggak tahu Bu." jawab Nadia jujur.

Brakkkk...

Guru Fisika itu nampaknya sudah sangat emosi. Dengan meletakkan bukunya diatas meja, lantas berjalan menghampiri meja Nadia dan Ara berada.

'Gawat, Ara harus bangun nih.' gerutu Nadia dalam hati.

*****

1397 Kata.

Terpopuler

Comments

Nacita

Nacita

s ara bar2nya kelas kakap 😂

2021-11-08

0

Midatus Solekhah

Midatus Solekhah

meskipun barbar tapi aslinya baek banget si ara😍

2020-10-30

7

Sept September

Sept September

like

2020-09-13

1

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 END
75 EXTRA PART 1
76 EXTRA PART 2
77 EXTRA PART 3
78 EXTRA PART 4
79 EXTRA PART 5
80 EXTRA PART 6
81 EXTRA PART 7
82 EXTRA PART 8
83 EXTRA PART 9
84 HAPPY ENDING
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
END
75
EXTRA PART 1
76
EXTRA PART 2
77
EXTRA PART 3
78
EXTRA PART 4
79
EXTRA PART 5
80
EXTRA PART 6
81
EXTRA PART 7
82
EXTRA PART 8
83
EXTRA PART 9
84
HAPPY ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!