TIGA

Kinara Casilda Freissy. Seperti namanya yang mengandung banyak makna, maka orangnya sendiripun memiliki banyak makna dari orang-orang yang mengenalnya lebih dekat.

Meskipun memiliki hobi gonta-ganti sekolah, tak sedikitpun orang yang ingin berteman tulus dengannya. Sedikit pecicilan dengan banyak kejahilan yang dilakukan, mungkin banyak mengandung hiburan tersendiri bagi orang-orang yang bisa resmi menjabat sebagai teman olehnya. Disisi itu ia bisa dibilang cerdas, bisa memahami materi dalam sekali tangkap.

Hanya saja yang dipermasalahkan di sini, Ara tidak terlalu menanggapi mereka yang ingin berhubungan baik dengannya. Sebaliknya, ia menganggap keseriusan mereka sebagai barang lelucon dan menjadikan mereka sebagai objek kejahilannya sendiri. Untuk itu, banyak orang yang memusuhi dirinya karena terlalu sombong. Ara selalu memiliki kebahagian meskipun ia sendiri.

Gadis yang sering disapa Ara itu, kini telah resmi menjadi anak baru dari sekolahan swasta bernuansa megah. Tak ada kebanggaan diri ataupun tatapan memuja untuk gedung-gedung sekolah yang menjulang tinggi. Kali ini Ara menganggapnya sebagai penjara dan meratapi nasibnya yang entah akan terjadi apa di masa depan nanti.

"Come on Ara! You can do it." ucap Ara yang menyemangati dirinya sendiri. Namun nyatanya gagal, hatinya bergemuruh hebat untuk melakukan sesuatu yang jarang pernah ia lakukan.

Menghela nafas panjang, Ara mulai memasuki gerbang sekolah yang masih terbuka lebar dengan pengamanan ketat dari para satpam di mana-mana. Ara memilih untuk menghiraukan, kemudian menapakkan kakinya dilingkungan baru itu secara perlahan.

Sembari mengeratkan genggaman tas nya, ia menghitung langkah tiap langkah yang sedang dipijak olehnya. Ia terdiam tanpa mengucapkan sepatah dua patah kata saja. Namun langkahnya terhenti tatkala tatapan matanya mendapatu kerumunan yang menghalangi jalannya.

Sesekali berjinjit meskipun tetap tidak melihat apapun selain lautan manusia, namun rasanya Ara bisa melihat sesuatu yang mengganjal diotaknya. Ada sesuatu yang membuatnya ingin sekali melihat lebih dekat, meskipun ia masih bisa melintasi jalan lain yang untuk ia tempuh. Tapi ya sudahlah, lagipula ia masih tak tau arah saat ini.

Ara memilih ikut berdesak-desakkan, demi menyaksikan peristiwa apa yang sedang terlaksana. Berulang kali ia mendorong beberapa orang yang menghalangi jalannya, kemudian mendapatkan banyak cemooh dari orang itu. Namun apa pedulinya? Ingatkan Ara yang selalu bersikap semaunya sebelum ini. Lagipula Ara ingin tahu aksi apa yang sedang mereka lakukan disekolah yang seelit ini.

Ara berhasil menerobos ke depan dan mendapatkan jarak paling terdekat. Ternyata ada sebuah aksi tindas menindas yang sedang dilakukan, ditambah lagi tanpa ada satupun yang ingin melerai. Ara jadi menggigit bawah bibirnya yang bergetar. Apa yang harus ia lakukan ketika ada seseorang yang sangat membutuhkan bantuannya?

"Lo itu cuma seonggok debu di sini. Lebih cocok dihempas, kemudian dilempar kayak sampah! Kaya sih, tapi **** nggak ada otak. Sama aja nggak guna!" seru salah satu orang yang tengah melakukan aksinya dengan seember penuh berisi adonan terigu. Semua orang secara serempak tertawa bahagia.

Ara mengeratkan genggaman tasnya. Ia memang jiwa berandal, tapi dia menolak tegas adanya penindasan.

"A.. Aku nggak sengaja kok." jawabnya sesekali sesenggukan karena menangis.

Ara meniup-niup poninya. Dasar lemah, baru digituin aja udah nangis kayak ditinggal mati aja. Pantas aja dibully!

"Udah bodoh, tukang ngeles lagi. Untung aja lo anak orang kaya, kalau nggak! Gue pastiin, lo nggak bakal diterima di sekolah ini. Secara, nilai akademik lo jauh dibawah rata-rata, begonya sampai ke sumsum tulang belakang sih."

Sudah tidak dibenarkan lagi oleh Ara. Jika beberapa orang yang tengah melakukan penindasan itu, sudah bermain fisik dengan seseorang yang sedang ditindas. Tanpa rasa ragu sedikitpun, ia berjalan ringan sembari menyenggol bahu kanannya dengan keras, tentu saja membuat ringisan kesakitan. Seakan tidak peduli, Ara berjalan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Hahaha.." gema banyak orang tertawa ketika seember adonan terigu yang tersisa itu tidak jatuh ke dalam sasarannya melainkan dirinya sendiri.

Ara sedikit tersenyum. Sedikit membantu, tak membuat citranya buruk lagi dimata Papah dan Mamahnya. Emang dasarnya dia anak baik, tapi kebaikannya tidak pernah dianggap orang lain.

"Woyyy lo?!" bentak siswi yang sepertinya penindasan yang hendak dilakukannya telah gagal. sembari memegang bahunya yang setengah sakin, ia mengeluarkan rasa murkanya.

Ara berbalik, kemudian memasang wajah polos seakan tak terjadi apa-apa.

"Kenapa?" tanya Ara sebari menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal.

"Lo tanya kenapa? Disaat lo udah ngehancurin semuanya. *****!" bentak siswi itu lagi.

Ara bersedekap dada, lalu tersenyum sinis. "Lebih ***** gue atau lo? Nggak sadar diri ya, kalau lo itu orang terbodoh yang pernah gue lihat selama gue pindah sekolah berkali-kali." serobot Ara, "Katanya mah orang kaya, tapi nindas orang masih pakai tepung terigu. Cari yang mahal dikit kek, nggak ada duit ya?"

Siswi itu sudah mengepalkan tangannya penuh emos sedari tadi, dan Ara sudah membaca gerak-geriknya.

"Lo salah nantangin orang?!" Bentak siswi itu disertai dengan pukulan yang siap menerjangnya. Namun dengan gesit, Ara menangkisnya. Ia terkekeh, kemudian memelintir lengan siswi itu yang langsung mengaduh kesakitan.

"Satu hal yang harus lo tahu, bahwa hukum karma di dunia ini masih berlaku. Apa yang lo terima dari gue, emang itulah yang lo lakuin sedari dulu. Semakin lo menebar banyak kebencian kepada orang-orang yang pernah lo sakitin, semakin banyak juga orang yang menaruh dendam terhadap diri lo." Ara dengan santainya kembali menekan bahu siswi itu, dan membuat siswi itu kembali menggelinjang hebat karena kesakitan.

Bahkan ketika siswi itu nampak akan menangis, Ara masih belum ingin melepaskan lengan siswi itu.

"Lo mungkin hebat, tapi ada orang yang lebih hebat dari lo. Dia yang lemah, akan ada saatnya dia bangkit. Siap-siap aja lo kena imbas!" Ara dengan tenaga yang masih tersisa itu, langsung menghempaskan lengan siswi itu begitu saja. Ia menatap seorang siswi yang telah menjadi korban penindasan tadi.

"Lo mau di sini atau mau ngikut?" tanya Ara sembari memperhatikan siswi yang nampak gemetar hebat dengan tangisnya yang mulai reda.

"I... I... I...Ikut..." jawab siswi itu terbata-bata.

Ara menghembuskan napas kesal. Apakah ia menakutkan layaknya hantu? Ara menatap kakinya yang masih memijak tanah, kemudian tersenyum lega.

"Bisa berdiri kan, gue pikir lo nggak selemah bayi yang masih pakai popok."

Siswi itu mengangguk, namun masih urung untuk berdiri. Sedikit melirik jam tangannya, Ara sudah telat untuk menemui kepala sekolahnya. Ditambah dengan letak ruangannya yang tidak tahu.

"Lo bisa berdiri kan?" tanya Ara untuk yang kesekian kali, dan yang ia dapat hanyalah sebuah anggukan kecil saja.

Satu menit, dua menit, lima menit, Ara masih tidak bergeming ditempat lantaran menunggu siswi itu berdiri. Ia mengusap-usap wajahnya dengan kasar, kemudian menatap siswi itu dengan tatapan kesal.

"Lo lelet kayak siput. Bikin gue enek aja!" kesal Ara yang sudah tak tahan lagi.

Ara langsung pergi meninggalkan siswi  yang masih mematung. Dengan sedikit bersenandung nada, Ara menghentak-hentakkan jarinya dengan earphone yang baru saja terpasang ditelinganya. Sambil menengok kesana kemari, Ara tak henti-hentinya tersenyum ketika harus menatap bangunan yang nampak asri di depan mata. Sungguh pemandangan yang membuat siapa saja merasa tenang. Tidak bohong jika ia merasa nyaman ditempat baru seperti ini.

Tet... Tet... Tet...

Bel masuk baru saja dibunyikan, namun Ara masih belum menemukan ruang kepala sekolah. Ia mendengus, padahal sudah setengah jam yang lalu Ara berkeliling. Namun tak kunjung mendapatkan.

"Bagi siapa saja yang ber name tag Kinara Casilda Freissy, diharapkan untuk menemui Guru di ruang BK atas kasus yang baru saja terjadi. Sekian dan terimakasih." sebuah pengumuman muncul dari banyak speaker yang terpasang diseluruh penjuru sekolah.

Ara menganga lebar, kemudian menatap kearah pakaian yang dikenakan olehnya. Hampir semua kelengkapan seragam terpasang rapi di sana, termasuk namanya yang berada disisi kanan itu. Ara menepuk jidat, sejak kapan ia memasang name tag di seragamnya?

Mamahnya ternyata tidak segan-segan memasukkan dirinya kesekolah ini. Bahkan dengan begitu niatnya, semua atribut sekolah sudah terpampang dengan jelasnya. Padahal hampir beberapa kali ia berpindah-pindah sekolah, atribut seragamnya tak pernah terpangsang dengan lengkap.

Kali pertamanya, Ara terjerat kasus dimana ia baru saja menjadi anak baru disekolah. Dan untuk kali pertamanya juga, Mamahnya telah berniat mengubah dirinya menjadi anak baik-baik seperti yang ditetapkan.

Saat itu juga Ara mengeluh. Kenapa dirinya harus dituntut untuk menjadi anak baik-baik, disaat ia telah merasa cocok dengan kehidupan sebelumnya. Rasanya tak cukup adil untuk kehidupan yang dulu pernah ia jalani.

"Satu kali mendapatkan sanksi, untuk pertama kali gue dateng kesekolah. Great!  Sepertinya ini ide yang  nggak terlalu buruk, untuk meliburkan diri sejenak dari sekolah. Gue harap semoga gur kena skorsing." doa yang tidak terlalu buruk bagi Ara. Rasanya ia tidak sabar jika diliburkan untuk sesaat. Begitulah pikirnya, tapi tidak untuk yang lain.

*****

1375 Kata.

Terpopuler

Comments

zkdlinmy

zkdlinmy

aku mampiir.. ceritanya seru jg

2021-08-21

0

anotherbyl

anotherbyl

Next

2021-04-07

0

VANESHA ANDRIANI

VANESHA ANDRIANI

apa om ganteng salah satu gurunya ya

2021-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 SATU
2 DUA
3 TIGA
4 EMPAT
5 LIMA
6 ENAM
7 TUJUH
8 DELAPAN
9 SEMBILAN
10 SEPULUH
11 SEBELAS
12 DUA BELAS
13 TIGA BELAS
14 EMPAT BELAS
15 LIMA BELAS
16 ENAM BELAS
17 TUJUH BELAS
18 DELAPAN BELAS
19 SEMBILAN BELAS
20 DUA PULUH
21 DUA PULUH SATU
22 DUA PULUH DUA
23 DUA PULUH TIGA
24 DUA PULUH EMPAT
25 DUA PULUH LIMA
26 DUA PULUH ENAM
27 DUA PULUH TUJUH
28 DUA PULUH DELAPAN
29 DUA PULUH SEMBILAN
30 TIGA PULUH
31 TIGA PULUH SATU
32 TIGA PULUH DUA
33 TIGA PULUH TIGA
34 TIGA PULUH EMPAT
35 TIGA PULUH LIMA
36 TIGA PULUH ENAM
37 TIGA PULUH TUJUH
38 TIGA PULUH DELAPAN
39 TIGA PULUH SEMBILAN
40 EMPAT PULUH
41 EMPAT PULUH SATU
42 EMPAT PULUH DUA
43 EMPAT PULUH TIGA
44 EMPAT PULUH EMPAT
45 EMPAT PULUH LIMA
46 EMPAT PULUH ENAM
47 EMPAT PULUH TUJUH
48 EMPAT PULUH DELAPAN
49 EMPAT PULUH SEMBILAN
50 LIMA PULUH
51 LIMA PULUH SATU
52 LIMA PULUH DUA
53 LIMA PULUH TIGA
54 LIMA PULUH EMPAT
55 LIMA PULUH LIMA
56 LIMA PULUH ENAM
57 LIMA PULUH TUJUH
58 LIMA PULUH DELAPAN
59 LIMA PULUH SEMBILAN
60 ENAM PULUH
61 ENAM PULUH SATU
62 ENAM PULUH DUA
63 ENAM PULUH TIGA
64 ENAM PULUH EMPAT
65 ENAM PULUH LIMA
66 ENAM PULUH ENAM
67 ENAM PULUH TUJUH
68 ENAM PULUH DELAPAN
69 ENAM PULUH SEMBILAN
70 TUJUH PULUH
71 TUJUH PULUH SATU
72 TUJUH PULUH DUA
73 TUJUH PULUH TIGA
74 END
75 EXTRA PART 1
76 EXTRA PART 2
77 EXTRA PART 3
78 EXTRA PART 4
79 EXTRA PART 5
80 EXTRA PART 6
81 EXTRA PART 7
82 EXTRA PART 8
83 EXTRA PART 9
84 HAPPY ENDING
Episodes

Updated 84 Episodes

1
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DELAPAN
9
SEMBILAN
10
SEPULUH
11
SEBELAS
12
DUA BELAS
13
TIGA BELAS
14
EMPAT BELAS
15
LIMA BELAS
16
ENAM BELAS
17
TUJUH BELAS
18
DELAPAN BELAS
19
SEMBILAN BELAS
20
DUA PULUH
21
DUA PULUH SATU
22
DUA PULUH DUA
23
DUA PULUH TIGA
24
DUA PULUH EMPAT
25
DUA PULUH LIMA
26
DUA PULUH ENAM
27
DUA PULUH TUJUH
28
DUA PULUH DELAPAN
29
DUA PULUH SEMBILAN
30
TIGA PULUH
31
TIGA PULUH SATU
32
TIGA PULUH DUA
33
TIGA PULUH TIGA
34
TIGA PULUH EMPAT
35
TIGA PULUH LIMA
36
TIGA PULUH ENAM
37
TIGA PULUH TUJUH
38
TIGA PULUH DELAPAN
39
TIGA PULUH SEMBILAN
40
EMPAT PULUH
41
EMPAT PULUH SATU
42
EMPAT PULUH DUA
43
EMPAT PULUH TIGA
44
EMPAT PULUH EMPAT
45
EMPAT PULUH LIMA
46
EMPAT PULUH ENAM
47
EMPAT PULUH TUJUH
48
EMPAT PULUH DELAPAN
49
EMPAT PULUH SEMBILAN
50
LIMA PULUH
51
LIMA PULUH SATU
52
LIMA PULUH DUA
53
LIMA PULUH TIGA
54
LIMA PULUH EMPAT
55
LIMA PULUH LIMA
56
LIMA PULUH ENAM
57
LIMA PULUH TUJUH
58
LIMA PULUH DELAPAN
59
LIMA PULUH SEMBILAN
60
ENAM PULUH
61
ENAM PULUH SATU
62
ENAM PULUH DUA
63
ENAM PULUH TIGA
64
ENAM PULUH EMPAT
65
ENAM PULUH LIMA
66
ENAM PULUH ENAM
67
ENAM PULUH TUJUH
68
ENAM PULUH DELAPAN
69
ENAM PULUH SEMBILAN
70
TUJUH PULUH
71
TUJUH PULUH SATU
72
TUJUH PULUH DUA
73
TUJUH PULUH TIGA
74
END
75
EXTRA PART 1
76
EXTRA PART 2
77
EXTRA PART 3
78
EXTRA PART 4
79
EXTRA PART 5
80
EXTRA PART 6
81
EXTRA PART 7
82
EXTRA PART 8
83
EXTRA PART 9
84
HAPPY ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!