Seorang pemuda baru saja tiba di depan rumahnya sambil membawa kantong plastik berisi aneka camilan. Saat ia membuka pintu, matanya membelalak kaget. Di dalam, kedua orang tuanya sudah berdiri dengan senyum lebar, siap memberikan kejutan.
"Mama! Ayah!" serunya penuh kegembiraan.
Tanpa menunggu lama, sepasang suami-istri itu segera memeluk anak mereka dengan erat.
"Kapan kalian datang? Kenapa enggak ngabarin aku dulu?" tanya Rehan, masih terkejut.
"Kalau dikasih tahu duluan, namanya bukan kejutan dong," jawab Andira sambil tersenyum.
Dinda dan Reza pun ikut masuk ke dalam rumah, membawa aura kebahagiaan.
"Jadi, mama dan tante Dinda sudah merencanakan ini semua?" Rehan mulai memahami situasinya.
"Iya, memangnya Rehan enggak kangen sama mama?" goda Andira.
"Tentu saja kangen!" Rehan memeluk ibunya dengan erat.
"Kalau sama ayah?" tanya Rakha pura-pura cemberut.
"Kangen juga, dong!" Rehan melepaskan pelukan ibunya lalu beralih memeluk ayahnya.
"Kak Andira, Kak Rakha, yuk kita makan dulu. Sudah lama kita enggak makan bersama," ajak Dinda.
Saat tiba di meja makan, Andira tercengang melihat banyaknya hidangan yang tersaji.
"Dinda, kamu masak sebanyak ini?" tanyanya.
"Iya, aku masak makanan kesukaan Kak Andira dan Kak Rakha," jawab Dinda dengan bangga.
Andira tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih. Namun, Dinda dan Reza tampak saling pandang, seolah menyimpan sesuatu.
"Kami juga punya kejutan buat kalian," ucap Reza tiba-tiba, membuat Andira dan Rakha penasaran.
"Apa itu?" tanya Rakha antusias.
Dinda mengeluarkan sebuah kotak kecil yang dihiasi pita manis di bagian tengahnya.
"Apa isinya?" Andira mulai tak sabar.
"Buka saja," ujar Dinda penuh arti.
Perlahan, Andira membuka kotak itu. Begitu melihat isinya, ia terkejut—sebuah test pack dengan dua garis merah dan foto USG tersimpan di dalamnya.
"Dinda... kamu hamil?" tanyanya dengan mata berbinar.
Dinda mengangguk kecil, lalu Andira langsung memeluknya dengan penuh haru.
"Selamat, Reza! Sebentar lagi kamu akan jadi ayah!" ucap Rakha sambil menepuk bahu Reza.
"Jadi enggak sabar deh, sebentar lagi kalian akan jadi orang tua, dan aku bakal punya keponakan yang lucu!" seru Andira penuh semangat sambil mengelus perut Dinda.
"Sayang, yuk kita makan. Nanti makanannya keburu dingin," ajak Rakha kepada Andira.
Selesai makan, mereka berkumpul di ruang keluarga. Rakha dan Andira memberi kabar bahwa mereka akan menetap sementara di kota ini untuk mengurus pekerjaan. Rehan tampak sangat senang mendengarnya.
"Rehan, bagaimana sekolah dan hafalanmu?" tanya Rakha.
"Baik, Yah, enggak ada masalah sama sekali," jawab Rehan penuh percaya diri.
"Sayang, aku mau istirahat dulu ke kamar, ya," ucap Andira kepada suaminya.
"Oke, istirahat yang cukup," jawab Rakha.
Sementara itu, Reza yang duduk di ruang keluarga tiba-tiba merasa ponselnya bergetar. Ketika ia melihat layar, nama "Aluna" muncul sebagai penelpon.
Tanpa ingin menarik perhatian siapa pun, ia segera keluar rumah untuk mengangkat telepon.
"Aku lagi sibuk. Kenapa kamu telepon?" tanyanya dengan suara pelan.
"Aku mau minta uang buat jajan," jawab Aluna di seberang sana.
"Kan, kemarin aku sudah kasih. Sekarang aku enggak pegang uang cash."
"Aku enggak peduli! Pokoknya, kamu harus kirim uang ke aku sekarang juga. Kalau enggak, aku bakal datang ke rumah Dinda!" ancam Aluna.
Reza langsung panik. Ia tidak ingin Dinda, apalagi keluarga istrinya, mengetahui bahwa ia masih menjalin hubungan dengan Aluna.
"Oke, aku transfer sekarang," jawabnya cepat.
"Nah, gitu dong. Dari tadi!" Aluna tertawa kecil, lalu menutup telepon.
Tanpa pikir panjang, Reza segera mentransfer sejumlah uang ke rekening Aluna.
Saat kembali ke dalam rumah, ia melihat Dinda sedang menonton TV sendirian.
"Mas, kamu dari mana?" tanya Dinda curiga.
"Oh, tadi aku keluar sebentar. Mengangkat telepon dari asisten kantor," jawabnya berusaha tenang.
"Sayang, aku harus ke kantor sebentar. Mungkin malam ini aku lembur. Jangan tunggu aku pulang, ya."
Dinda mengangguk. Reza lalu mengambil jasnya, mencium kening istrinya, dan segera pergi.
Sementara itu, di tempat lain, Aluna masih merasa kesal setelah mengusir Airilia tadi siang.
Untuk menghibur dirinya, ia menelpon Reza untuk meminta uang jajan. Setelah menunggu beberapa saat, ponselnya bergetar menandakan adanya notifikasi masuk.
"Yes! Akhirnya aku bisa belanja," serunya senang ketika melihat saldo rekeningnya bertambah lima juta rupiah.
Ia segera menelpon Renata untuk menemaninya makan malam.
"Ren, kamu di mana?" tanya Aluna saat telepon tersambung.
"Aku baru saja sampai di kost. Kenapa?"
"Kamu sibuk enggak malam ini?"
"Enggak sih. Memangnya kenapa?"
"Aku mau ajak kamu makan sushi bareng," ujar Aluna.
"Hmm... bukannya aku nolak, tapi keuangan aku lagi krisis. Ayahku belum kirim uang bulan ini," Renata mengeluh.
"Nanti aku traktir, tenang aja."
"Serius?"
"Iya, mumpung aku dapat transferan dari suami," jawab Aluna santai.
"Jam berapa?"
"Jam 7 malam. Gimana?"
"Oke, deal!"
"Sip! Nanti aku share location, ya," ujar Aluna sebelum menutup telepon.
Ia lalu merebahkan tubuhnya ke atas kasur sambil mengelus perutnya.
"Sabar ya, sebentar lagi kita makan sushi," ucapnya pelan kepada bayi dalam kandungannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments