Bab 16. Kanker darah

Sesampainya di rumah sakit, Airilia tidak dapat menahan air matanya saat melihat Sumi terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Rasa takut dan khawatir menyelimuti hatinya.

Tiba-tiba, seorang dokter menghampirinya.

"Maaf, apakah kamu anak Ibu Sumi?" tanyanya dengan suara lembut.

Airilia mengangguk, buru-buru menghapus air mata yang masih mengalir di pipinya. "Iya, saya anaknya. Ibu saya kenapa, Dok?"

"Silakan ikut saya ke ruangan, ada sesuatu yang perlu saya sampaikan," ujar dokter itu, yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Dokter Sila.

Jantung Airilia berdebar kencang. Ia tak pernah berbicara dengan dokter di dalam ruangan tertutup seperti ini sebelumnya.

"Dokter, ibu saya sakit apa?" tanyanya dengan suara bergetar.

Dokter Sila menatapnya dengan penuh empati sebelum akhirnya berkata, "Berdasarkan hasil pemeriksaan, Ibu Sumi sudah lama menderita kanker darah."

Airilia terkejut, tubuhnya menegang. "Tidak mungkin... selama ini ibu terlihat baik-baik saja," gumamnya.

"Penyakit ini bisa disembuhkan, tetapi membutuhkan kemoterapi serta obat-obatan yang harus dikonsumsi secara rutin," jelas Dokter Sila.

Airilia menelan ludah, mencoba mengendalikan emosinya. "Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pengobatannya, Dok?"

"Sekitar tujuh juta rupiah ke atas untuk sekali kemoterapi dan obat-obatannya."

Airilia mengangguk pelan. "Terima kasih, Dok. Saya akan mengusahakannya."

Dokter Sila tersenyum tipis sebelum mengangguk, lalu membiarkan Airilia keluar ruangan.

Di luar, Airilia termenung. Hatinya gelisah. Dari mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Ia masih sekolah, tidak punya penghasilan.

"Kenapa Ibu merahasiakan semua ini dariku?" batinnya.

Ia menguatkan diri dan masuk ke dalam kamar tempat Sumi dirawat.

"Airilia..." Sumi tersenyum lemah saat melihat putrinya datang. Ia sempat merasa sendirian ketika sadar dan tidak menemukan siapa pun di sisinya.

Airilia mendekat dan duduk di samping tempat tidur. "Bu, kenapa Ibu menyembunyikan penyakit ini dariku?"

Sumi terkejut. Ia tak menyangka Airilia akan mengetahui kenyataan ini begitu cepat.

"Lia, Ibu hanya..."

"Kenapa Ibu tidak pernah bilang? Aku ini anak Ibu! Aku cuma punya Ibu... Kalau Ibu pergi, bagaimana aku harus menjalani hidup sendiri?" Airilia terisak, bersimpuh di hadapan ibunya.

Sumi tidak mampu menahan air matanya. Ia mengulurkan tangan dan membelai kepala Airilia dengan lembut.

"Maafkan Ibu, Nak... Ibu tidak ingin menjadi bebanmu. Ibu tidak mau kamu sampai berhenti sekolah hanya karena harus memikirkan biaya pengobatan Ibu."

Airilia menggeleng sambil menggenggam tangan ibunya erat. "Ibu bukan beban buatku! Justru aku yang selama ini merasa menjadi beban Ibu. Maafkan aku, Bu..."

Sumi menggeleng, lalu mencium kening putrinya dengan penuh kasih sayang.

Di dalam hatinya, Sumi berbisik, "Seandainya Airilia tahu bahwa aku bukan ibu kandungnya... apakah dia akan meninggalkanku dan mencari ibu kandungnya?"

Sumi menghapus pikirannya dan kembali menatap Airilia.

"Bu, Ibu jangan memikirkan soal biaya. Aku akan berusaha mencari jalan keluarnya."

Sumi menggeleng pelan. "Jangan pikirkan itu, Lia. Fokus saja pada ujianmu. Ibu tidak mau nilaimu turun hanya karena terlalu memikirkan keadaan Ibu."

Airilia menggenggam tangan ibunya lebih erat. "Kalau aku juara kelas tahun ini, apakah Ibu mau mengabulkan satu permintaanku?"

Sumi tersenyum. "Tentu saja. Lia mau minta apa?"

"Aku ingin Ibu tetap di sini, tetap bersamaku. Jangan pergi..."

Sumi terdiam, hatinya terasa berat. Namun, melihat harapan di mata putrinya, ia akhirnya mengangguk pelan.

"Baiklah, Ibu janji."

Sumi lalu menatap Airilia dengan penuh arti. "Kalau suatu hari terjadi sesuatu pada Ibu, tolong kamu tetap akrab dengan Kak Luna. Apa pun yang terjadi, kalian tetap saudara."

Airilia mengangguk mantap. "Aku janji!"

Sumi mengangkat jari kelingkingnya, dan Airilia segera mengaitkannya.

Mereka tersenyum di tengah kesedihan yang menyelimuti hati masing-masing.

---

Saat tengah malam, Airilia terbangun karena mendengar suara Sumi.

"Aluna... Aluna..."

Ia bangkit dan mendekati ibunya. Saat menyentuh dahi Sumi, ia merasakan kehangatan.

"Ibu demam! Aku harus panggil dokter!"

Namun, saat hendak beranjak, tangan Sumi tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya.

"Aluna... Aluna..."

Airilia semakin panik. Ia segera memanggil dokter.

Beberapa menit kemudian, seorang dokter datang dan memeriksa Sumi. Setelah menyuntikkan cairan obat melalui selang infus, dokter itu menoleh ke Airilia.

"Bagaimana keadaan Ibu saya, Dok?" tanyanya cemas.

"Ibu Sumi hanya demam. Saya sudah memberinya obat penurun panas. Kalau boleh tahu, siapa Aluna?"

"Dia kakak saya."

Dokter mengangguk. "Mungkin, Ibu Sumi ingin bertemu dengannya."

Airilia menatap ibunya dengan perasaan campur aduk. "Nanti, aku akan mempertemukan Ibu dengan Kak Luna."

Dokter itu tersenyum dan meninggalkan ruangan.

Airilia mendekati ibunya, mencium pipinya dengan penuh kasih.

"Bu, aku pulang dulu sebentar untuk mengambil pakaian ganti, ya."

Saat keluar dari ruangan, ia berpapasan dengan Dokter Sila.

"Dokter..."

"Ada yang bisa saya bantu?"

Airilia mengangguk. "Tolong jaga Ibu saya, ya. Saya mau pulang sebentar."

Dokter Sila tersenyum. "Jangan khawatir, saya akan menjaganya."

---

Di sebuah kamar megah, Dinda mondar-mandir sambil mengecek ponselnya. Sejak kemarin, Reza tidak menghubunginya, dan teleponnya pun tidak aktif.

Saat hendak menelepon, pintu kamar terbuka. Reza akhirnya pulang.

"Dari mana saja? Kemarin kamu tidak pulang! Aku menghubungimu berkali-kali, tapi ponselmu mati!" suara Dinda penuh tuntutan.

Reza menghela napas. "Aku dari kampung. Adikku sakit, jadi aku harus menjenguknya."

Dinda awalnya curiga, tetapi ia mencoba berpikir positif demi kesehatan kandungannya.

"Kenapa kamu tidak bilang? Aku bisa ikut menjenguk Mira."

"Kamu sedang hamil. Aku tidak mau kamu kecapekan di perjalanan."

Dinda mengangguk. "Baiklah. Oh ya, nanti antar aku ke dokter kandungan, ya?"

"Kapan?"

"Jam dua siang."

Reza mengangguk, lalu mendekati Dinda. "Tentu. Aku akan melakukan apa saja demi anak kita."

Dinda tersenyum kecil. "Semoga kamu benar-benar berubah setelah menjadi ayah."

Ia menatap Reza yang masuk ke kamar mandi, berharap lelaki itu akan benar-benar setia padanya.

Bersambung...

Episodes
1 Bab 1. AIRILIA
2 Bab 2. DO dari kampus
3 Bab 3. Dinda
4 Bab 4. Sumi Sakit
5 Bab 5. Gilbert
6 Bab. 6 Sumi pingsan
7 Bab. 7. Dinda hamil
8 Bab 8. Putus
9 Bab 9. Aluna hamil
10 Bab 10. Mimisan
11 Bab 11. Aluna pulang
12 Bab 12. Reza datang
13 Bab 13. Persiapan pernikahan
14 Bab 14. Menikah siri
15 Bab 15. Rumah sakit
16 Bab 16. Kanker darah
17 Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18 Bab 18. Rujak Mangga
19 Bab 19. Menemui Aluna
20 Bab 20. Surprise
21 Bab 21. Kecelakaan
22 Bab 22. Aku bukan pembunuh
23 Bab 23. Diusir dari rumah
24 Bab 24. Acara empat bulanan
25 Bab 25 Andini
26 Bab 26. Air Doa
27 Bab 27. Menemukan surat dan atm
28 Bab 28. Kedatangan pak RT
29 Bab 29. Selembar photo
30 Bab 30. Pindah Rumah
31 Bab 31. pembantu
32 Bab 32. Rumah sakit jiwa
33 Bab 33. Rakha Marah
34 Bab 34. Andira Kabur
35 Bab 35. Rakha minta maaf
36 Bab 36. Andira pulang
37 Bab 37. Menemukan petunjuk
38 Bab 38. Reza pusing
39 Bab 39. Rencana licik Aluna
40 Bab 40. Permintaan Airilia
41 Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42 Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43 Bab 43. Aira Maharani
44 Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45 Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46 Bab 46. Bertemu Renata
47 Bab 47. Andini atau Andira
48 Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49 Bab 49. Ide Andira
50 Bab 50. Aluna Kerja
51 Bab 51. Rehan Cemburu
52 Bab 52. Membujuk Dinda
53 Bab 53. Rencana Licik Nadine
54 Bab 54. Aiza Nadhira
55 Bab 55. Andira Curiga
56 Bab 56. Rakha pulang
57 Bab 57. Wisuda
58 Bab 58. Kebun Binatang
59 Bab 59. Kembali Pulang
60 Bab 60. Keysa Calista
61 Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62 Bab 62. Aira sakit
63 Bab. 63 Andira mencari tahu
64 Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65 Bab 65. Magang
66 Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67 Bab 67. Reza disekap Dion
68 Bab 68. Pantai
69 Bab 69. Mencari Aluna
70 Bab 70. Aluna pulang kampung
71 Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72 Bab 72. Luekimia
73 Bab 73. Makan Malam
74 Bab 74. Sebuah Fakta
75 Bab 75. Penolakan Reza
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1. AIRILIA
2
Bab 2. DO dari kampus
3
Bab 3. Dinda
4
Bab 4. Sumi Sakit
5
Bab 5. Gilbert
6
Bab. 6 Sumi pingsan
7
Bab. 7. Dinda hamil
8
Bab 8. Putus
9
Bab 9. Aluna hamil
10
Bab 10. Mimisan
11
Bab 11. Aluna pulang
12
Bab 12. Reza datang
13
Bab 13. Persiapan pernikahan
14
Bab 14. Menikah siri
15
Bab 15. Rumah sakit
16
Bab 16. Kanker darah
17
Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18
Bab 18. Rujak Mangga
19
Bab 19. Menemui Aluna
20
Bab 20. Surprise
21
Bab 21. Kecelakaan
22
Bab 22. Aku bukan pembunuh
23
Bab 23. Diusir dari rumah
24
Bab 24. Acara empat bulanan
25
Bab 25 Andini
26
Bab 26. Air Doa
27
Bab 27. Menemukan surat dan atm
28
Bab 28. Kedatangan pak RT
29
Bab 29. Selembar photo
30
Bab 30. Pindah Rumah
31
Bab 31. pembantu
32
Bab 32. Rumah sakit jiwa
33
Bab 33. Rakha Marah
34
Bab 34. Andira Kabur
35
Bab 35. Rakha minta maaf
36
Bab 36. Andira pulang
37
Bab 37. Menemukan petunjuk
38
Bab 38. Reza pusing
39
Bab 39. Rencana licik Aluna
40
Bab 40. Permintaan Airilia
41
Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42
Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43
Bab 43. Aira Maharani
44
Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45
Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46
Bab 46. Bertemu Renata
47
Bab 47. Andini atau Andira
48
Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49
Bab 49. Ide Andira
50
Bab 50. Aluna Kerja
51
Bab 51. Rehan Cemburu
52
Bab 52. Membujuk Dinda
53
Bab 53. Rencana Licik Nadine
54
Bab 54. Aiza Nadhira
55
Bab 55. Andira Curiga
56
Bab 56. Rakha pulang
57
Bab 57. Wisuda
58
Bab 58. Kebun Binatang
59
Bab 59. Kembali Pulang
60
Bab 60. Keysa Calista
61
Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62
Bab 62. Aira sakit
63
Bab. 63 Andira mencari tahu
64
Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65
Bab 65. Magang
66
Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67
Bab 67. Reza disekap Dion
68
Bab 68. Pantai
69
Bab 69. Mencari Aluna
70
Bab 70. Aluna pulang kampung
71
Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72
Bab 72. Luekimia
73
Bab 73. Makan Malam
74
Bab 74. Sebuah Fakta
75
Bab 75. Penolakan Reza

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!