Bab 19. Menemui Aluna

Pukul 07.00 pagi

Airilia melihat Sumi yang masih terlelap. Dengan hati-hati, ia bangun dan mengendap-endap keluar dari ruangan. Saat hampir mencapai halaman rumah sakit, ia bertemu dengan Asih dan Ijah yang datang untuk menjenguk Sumi.

"Mbak Ijah," sapa Airilia.

"Lia, kamu mau berangkat sekarang? Bibi sudah bawakan makanan untukmu," ujar Ijah, menunjukkan rantang kecil yang dibawanya.

Airilia mengangguk kecil. "Aku sarapan di jalan saja. Mbak Ijah, tolong jangan beri tahu ibu kalau aku pergi menemui Kak Luna, ya?"

Ijah menatapnya sebentar sebelum akhirnya mengangguk. "Iya, hati-hati di jalan, Nak."

Airilia tersenyum tipis, lalu berjalan menuju tempat menunggu taksi. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya sebuah taksi datang. Ia naik dan duduk diam, menikmati pemandangan dari dalam mobil.

---

Di Perjalanan

Setelah sampai di tempat tujuan, perut Airilia mulai keroncongan. Ia mencari warung makan terdekat karena sejak pagi hanya makan dua bungkus roti.

Seorang anak laki-laki yang seusia dengannya menghampiri. "Mau makan apa, Kak?" tanyanya ramah.

"Aku mau nasi kuning dan teh hangat," jawab Airilia.

"Sebentar, ya, Kak."

Airilia duduk di kursi yang telah disediakan. Tak lama, pesanannya datang. Ia makan dengan lahap hingga tak bersisa.

"Berapa semuanya, Mbak?" tanyanya setelah selesai makan.

"Lima belas ribu, termasuk minumannya."

Airilia mengeluarkan uang pas, lalu menyerahkannya. "Terima kasih."

Ia kembali melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan, ia bertanya kepada beberapa orang yang ia temui tentang arah menuju Jalan Ahmad Yani. Sayangnya, ia tidak mengenal daerah ini karena belum pernah sekalipun pergi ke Banjarbaru.

Saat tengah kebingungan, tiba-tiba ia tidak sengaja menabrak seorang anak laki-laki yang sebaya dengannya. Anak itu membawa kantong plastik putih berisi aneka jajanan.

"Maaf, aku tidak sengaja," ucap Airilia buru-buru.

"Enggak apa-apa. Kalau boleh tahu, kamu mau ke mana?" tanya anak laki-laki itu sambil menatap Airilia yang membawa tas di pundaknya.

"Aku mau mencari alamat ini. Kamu tahu di mana?" Airilia menunjukkan secarik kertas yang bertuliskan alamat rumah Aluna.

Anak laki-laki itu membaca kertas tersebut, lalu mengangguk. "Oh, aku tahu. Kalau tidak salah, rumah yang kamu cari searah dengan rumah tanteku. Yuk, ikuti aku."

Dengan penuh harapan, Airilia mengikuti anak itu dari belakang. Tidak lama kemudian, mereka sampai di depan sebuah rumah besar dan megah.

"Ini rumah yang kamu cari, dan itu rumah tanteku, di ujung sana," ujar anak itu sambil menunjuk sebuah rumah lainnya.

"Terima kasih," ucap Airilia dengan senyum tipis. Anak laki-laki itu membalas senyumannya sebelum pergi meninggalkan Airilia.

Airilia menatap rumah di depannya dengan kagum. "Pantas saja Kak Luna betah tinggal di Banjar. Kalau rumah seperti ini, aku juga pasti betah," gumamnya dalam hati.

Ia berjalan memasuki halaman rumah yang luas. Di sekelilingnya, tumbuh berbagai bunga indah, beberapa pohon mangga, dan sebuah kolam ikan.

"Permisi, Kak Luna," ujar Airilia seraya menekan bel.

Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan sosok Aluna muncul di ambang pintu.

"Lia? Ngapain kamu ke sini? Dan dari mana kamu tahu aku tinggal di sini?" tanya Aluna dengan nada kaget sekaligus tidak senang.

"Dari Kak Renata," jawab Airilia dengan suara lirih.

"Terus, ngapain kamu ke sini?"

"Kak, aku mau kasih tahu kalau ibu sedang dirawat di rumah sakit dan...," suara Airilia tercekat.

Namun, sebelum ia bisa melanjutkan, Aluna memotongnya.

"Dan terus, biar aku yang membayar biaya pengobatan ibu, gitu? Iya, kan?" suaranya sinis.

Airilia menggeleng cepat. "Enggak, Kak. Ibu sering demam dan selalu memanggil nama Kak Luna."

"Jadi, kamu mau nyuruh aku pulang?" Aluna menatapnya dengan tajam.

Airilia mengangguk pelan. "Iya, Kak. Aku ingin Kak Luna menemui ibu."

Aluna tertawa kecil, lalu menggeleng. "Aku enggak mau. Lebih baik kamu pulang saja. Aku mau istirahat."

Aluna hendak menutup pintu, tapi Airilia menahannya. "Kak, tunggu dulu."

"Apa lagi, Lia?"

Dengan suara gemetar, Airilia berkata, "Kak Luna, ibu terkena kanker darah dan membutuhkan uang untuk kemoterapi."

Mata Aluna sedikit membesar, namun detik berikutnya ekspresinya kembali dingin. "Terus, kamu mau minta aku membiayai pengobatan ibu, gitu?"

Airilia mengangguk. "Kalau Kak Luna punya uang sedikit, bisakah meminjamkan aku untuk biaya kemoterapi ibu?"

Aluna tertawa sinis. "Enak banget kamu, ya. Kamu tahu enggak, ibu sakit itu karena siapa? Karena dia merawat kamu! Bertarung mental demi membesarkan anak pelakor kayak kamu!"

Airilia terkejut. Ia tidak mengerti maksud perkataan Aluna. "Kak Luna, apa maksudnya?"

Aluna menatapnya tajam. "Stop panggil aku 'kakak'! Aku enggak pernah sudi punya adik seperti kamu!"

Airilia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Kenapa Kak Luna ngomong begitu?"

Aluna mendekatkan wajahnya ke arah Airilia. "Kamu mau tahu yang sebenarnya?"

Dengan hati-hati, Airilia mengangguk.

"Kamu itu anak seorang pelakor yang sudah merebut ayahku dari ibuku! Ketika ayah meninggal dan tante Dira pergi bersama laki-laki lain, ibuku dengan lapang dada merawat kamu sampai sekarang. Jadi, kalau kamu punya hati, kamu harus membiayai seluruh pengobatan ibu sebagai bentuk balas budi!"

Dunia terasa berhenti bagi Airilia. Ia menangis seketika, merasa dunianya hancur. Perempuan yang ia panggil ibu ternyata bukan ibu kandungnya.

"Jadi... ini alasan Kak Luna membenciku?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Iya! Aku benci kamu, termasuk ibu kandungmu, Tante Dira! Jadi, lebih baik kamu pulang! Dan ingat, kamu harus memastikan ibuku sembuh, sebagai balas budi!"

Tanpa memberi kesempatan untuk menjawab, Aluna menutup pintu dengan keras.

Airilia berdiri kaku di depan rumah itu. Pikirannya kosong. Ia baru saja mengetahui kenyataan pahit tentang asal-usulnya.

---

Di Rumah Sakit

Di ruang rawat, Sumi terlihat gelisah. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, tapi Airilia belum juga kembali.

"Lia ke mana, ya? Kenapa dia belum pulang?" gumamnya cemas.

Ijah yang duduk di sampingnya ikut khawatir.

Setelah ragu beberapa saat, akhirnya Ijah berkata pelan, "Mbak, Airilia pergi ke Banjar untuk menemui Aluna."

Sumi terkejut. "Apa?! Kenapa kamu membiarkan dia pergi?!"

Ijah mencoba menenangkan Sumi. "Tenang, Mbak. Airilia sudah membawa alamat dari Renata. Semoga saja dia segera kembali."

Meski sedikit lebih tenang, hati Sumi tetap dipenuhi kekhawatiran.

Bersambung...

Episodes
1 Bab 1. AIRILIA
2 Bab 2. DO dari kampus
3 Bab 3. Dinda
4 Bab 4. Sumi Sakit
5 Bab 5. Gilbert
6 Bab. 6 Sumi pingsan
7 Bab. 7. Dinda hamil
8 Bab 8. Putus
9 Bab 9. Aluna hamil
10 Bab 10. Mimisan
11 Bab 11. Aluna pulang
12 Bab 12. Reza datang
13 Bab 13. Persiapan pernikahan
14 Bab 14. Menikah siri
15 Bab 15. Rumah sakit
16 Bab 16. Kanker darah
17 Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18 Bab 18. Rujak Mangga
19 Bab 19. Menemui Aluna
20 Bab 20. Surprise
21 Bab 21. Kecelakaan
22 Bab 22. Aku bukan pembunuh
23 Bab 23. Diusir dari rumah
24 Bab 24. Acara empat bulanan
25 Bab 25 Andini
26 Bab 26. Air Doa
27 Bab 27. Menemukan surat dan atm
28 Bab 28. Kedatangan pak RT
29 Bab 29. Selembar photo
30 Bab 30. Pindah Rumah
31 Bab 31. pembantu
32 Bab 32. Rumah sakit jiwa
33 Bab 33. Rakha Marah
34 Bab 34. Andira Kabur
35 Bab 35. Rakha minta maaf
36 Bab 36. Andira pulang
37 Bab 37. Menemukan petunjuk
38 Bab 38. Reza pusing
39 Bab 39. Rencana licik Aluna
40 Bab 40. Permintaan Airilia
41 Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42 Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43 Bab 43. Aira Maharani
44 Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45 Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46 Bab 46. Bertemu Renata
47 Bab 47. Andini atau Andira
48 Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49 Bab 49. Ide Andira
50 Bab 50. Aluna Kerja
51 Bab 51. Rehan Cemburu
52 Bab 52. Membujuk Dinda
53 Bab 53. Rencana Licik Nadine
54 Bab 54. Aiza Nadhira
55 Bab 55. Andira Curiga
56 Bab 56. Rakha pulang
57 Bab 57. Wisuda
58 Bab 58. Kebun Binatang
59 Bab 59. Kembali Pulang
60 Bab 60. Keysa Calista
61 Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62 Bab 62. Aira sakit
63 Bab. 63 Andira mencari tahu
64 Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65 Bab 65. Magang
66 Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67 Bab 67. Reza disekap Dion
68 Bab 68. Pantai
69 Bab 69. Mencari Aluna
70 Bab 70. Aluna pulang kampung
71 Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72 Bab 72. Luekimia
73 Bab 73. Makan Malam
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1. AIRILIA
2
Bab 2. DO dari kampus
3
Bab 3. Dinda
4
Bab 4. Sumi Sakit
5
Bab 5. Gilbert
6
Bab. 6 Sumi pingsan
7
Bab. 7. Dinda hamil
8
Bab 8. Putus
9
Bab 9. Aluna hamil
10
Bab 10. Mimisan
11
Bab 11. Aluna pulang
12
Bab 12. Reza datang
13
Bab 13. Persiapan pernikahan
14
Bab 14. Menikah siri
15
Bab 15. Rumah sakit
16
Bab 16. Kanker darah
17
Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18
Bab 18. Rujak Mangga
19
Bab 19. Menemui Aluna
20
Bab 20. Surprise
21
Bab 21. Kecelakaan
22
Bab 22. Aku bukan pembunuh
23
Bab 23. Diusir dari rumah
24
Bab 24. Acara empat bulanan
25
Bab 25 Andini
26
Bab 26. Air Doa
27
Bab 27. Menemukan surat dan atm
28
Bab 28. Kedatangan pak RT
29
Bab 29. Selembar photo
30
Bab 30. Pindah Rumah
31
Bab 31. pembantu
32
Bab 32. Rumah sakit jiwa
33
Bab 33. Rakha Marah
34
Bab 34. Andira Kabur
35
Bab 35. Rakha minta maaf
36
Bab 36. Andira pulang
37
Bab 37. Menemukan petunjuk
38
Bab 38. Reza pusing
39
Bab 39. Rencana licik Aluna
40
Bab 40. Permintaan Airilia
41
Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42
Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43
Bab 43. Aira Maharani
44
Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45
Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46
Bab 46. Bertemu Renata
47
Bab 47. Andini atau Andira
48
Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49
Bab 49. Ide Andira
50
Bab 50. Aluna Kerja
51
Bab 51. Rehan Cemburu
52
Bab 52. Membujuk Dinda
53
Bab 53. Rencana Licik Nadine
54
Bab 54. Aiza Nadhira
55
Bab 55. Andira Curiga
56
Bab 56. Rakha pulang
57
Bab 57. Wisuda
58
Bab 58. Kebun Binatang
59
Bab 59. Kembali Pulang
60
Bab 60. Keysa Calista
61
Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62
Bab 62. Aira sakit
63
Bab. 63 Andira mencari tahu
64
Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65
Bab 65. Magang
66
Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67
Bab 67. Reza disekap Dion
68
Bab 68. Pantai
69
Bab 69. Mencari Aluna
70
Bab 70. Aluna pulang kampung
71
Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72
Bab 72. Luekimia
73
Bab 73. Makan Malam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!