Bab 2. DO dari kampus

Di sebuah kamar kos, sepasang kekasih baru saja menuntaskan hasrat mereka setelah sekian lama tidak bertemu. Sang pria, Reza, sudah memiliki istri, sehingga pertemuan seperti ini menjadi semakin jarang terjadi.

"Reza, kenapa sih kamu keluar di dalam? Kalau aku hamil bagaimana?" tanya Aluna, kekasihnya, dengan nada khawatir.

"Berisik kamu, Luna. Biasanya juga aku keluar di dalam," balas Reza dengan nada tak suka disalahkan.

"Iya, aku tahu. Tapi setidaknya kasih tahu dulu dong kalau mau keluar di dalam! Sekarang aku lagi masa subur. Kalau aku hamil, kamu mau tanggung jawab?"

Reza menatap Aluna melalui pantulan cermin. "Biasanya juga kamu aborsi kalau hamil. Kamu tahu sendiri aku sudah punya istri."

Aluna terdiam sejenak sebelum menjawab, "Iya, tapi aku sudah dua kali aborsi. Kalau aku aborsi lagi, bisa-bisa aku nggak bisa hamil lagi. Kamu tahu umurku sudah kepala dua, kan? Harusnya kamu nikahi aku. Aku nggak keberatan jadi istri kedua."

"Nanti aku pikirkan," ucap Reza singkat. Ponselnya bergetar, menampilkan nama "Dinda" di layar. "Aku harus pulang. Dinda udah telpon, takutnya kita ketahuan," lanjutnya.

Sebelum pergi, Reza mencium kening Aluna dan menyerahkan beberapa lembar uang merah. "Ini buat kamu jajan," katanya, lalu pergi meninggalkan kamar.

Aluna menatap kepergian Reza dari ambang pintu, hendak menutupnya ketika tiba-tiba suara seseorang mengejutkannya.

"IBU YATI!"

"Iya, ini saya. Emang siapa lagi? Kenapa kamu kaget begitu lihat saya?" suara Ibu Yati, pemilik kos, terdengar tajam.

Aluna menunduk, sudah menduga alasan kedatangan Ibu Yati. "Ibu ke sini mau menagih uang kos, ya?" tanyanya pelan.

"Ya jelas! Kamu tahu kan kamu sudah nunggak dua bulan?"

Aluna mengangguk dan menyerahkan lima lembar uang merah kepada Ibu Yati.

"Loh, cuma segini? Masih kurang. Kamu tahu, kan?"

"Maaf, Bu. Aku baru punya segini. Kasih aku waktu satu minggu lagi buat melunasinya," pinta Aluna, suaranya penuh harap.

Ibu Yati melirik tangan kiri Aluna. "Tuh, di tangan kamu masih ada uang. Kenapa nggak lunasin sekarang aja?"

Aluna tersentak. Ia lupa memasukkan sisa uang pemberian Reza ke dalam saku celananya. "Sial, tahu aja aku punya uang lebih," gumamnya dalam hati.

"Emmm... ini uang buat makan dan bayar kuliah, Bu..." jawabnya gugup.

Ibu Yati mendengus. "Ya sudah, karena kamu sudah bayar setengah, saya kasih waktu satu minggu lagi. Jangan sampai telat!" katanya sebelum pergi meninggalkan Aluna.

Begitu memastikan Ibu Yati sudah pergi, Aluna buru-buru menutup pintu. Ia menghela napas lega, lalu menatap sisa uang di tangannya.

"Untung uang ini selamat," gumamnya sambil menghitung. "Masih ada satu juta. Tapi nggak cukup buat beli makeup dan baju. Gajiku masih lama, apa aku minta sama Ibu aja, ya? Lagian ini udah waktunya bayar uang kuliah juga."

Aluna mengambil ponselnya dan mencari kontak seseorang.

"Halo, ini siapa?" terdengar suara wanita di seberang.

"Bibi Asih, ini aku, Luna," jawabnya.

"Oh, Luna toh! Ganti nomor lagi kamu? Gimana kabarmu?"

"Alhamdulillah, baik... cuma aku butuh..."

"Butuh uang, kan?" potong Bibi Asih cepat. "Saya tahu kalau kamu telepon pasti minta uang ke ibumu."

Aluna mendesah. "Iya..."

"Nanti saya sampaikan ke ibumu. Tapi kamu tahu perjanjian kita, kan? Kalau ibumu kirim uang, saya minta sedikit buat beli kuota," kata Bibi Asih.

"Iya... ingat kok," jawab Aluna malas sebelum buru-buru mematikan panggilan.

"Sial banget punya tetangga kayak dia. Bukannya bantuin, malah ikut-ikutan bikin susah," gerutunya. "Ibu juga sama Lia, kenapa sih zaman sekarang nggak punya ponsel? Bikin aku susah aja."

Dengan kesal, ia melempar ponselnya ke kasur. Namun, ketika berbalik, ia terkejut melihat seorang perempuan berdiri di belakangnya.

"Renata! Ngapain kamu di sini? Kagetin aja! Kalau aku serangan jantung gimana?"

Renata, sahabatnya sejak kecil, tertawa kecil. "Lebay banget sih kamu. Lagian tadi aku panggil, tapi kamu nggak dengar. Muka kamu bete banget. Ada masalah?"

Aluna menghela napas panjang dan mengangguk.

"Masalah apa? Siapa tahu aku bisa bantu?" tanya Renata, duduk di atas kasur berhadapan dengan Aluna.

"Rumit. Kamu nggak akan ngerti," jawab Aluna lemas.

Renata sudah kebal menghadapi tingkah sahabatnya itu. "Btw, kenapa hari ini aku nggak lihat kamu di kampus?"

"Aku udah dua minggu nggak masuk," jawab Aluna santai.

"APA?! Kenapa nggak masuk selama itu?"

"Aku di-DO karena nunggak bayar uang semester."

Renata melongo. "Astaga! Terus, uang hasil kerja dan uang yang dikasih Reza selama ini ke mana?"

Aluna memberi isyarat agar Renata melihat ke arah lemari. Dengan rasa penasaran, Renata membuka lemari itu—dan langsung terkejut.

"Luna... ini... ini semua baju dan tas mahal, kan?"

Aluna hanya mengangkat bahu.

"Ya ampun! Jadi uang gajimu selama ini buat belanja doang?!" Renata tak habis pikir.

"Ya terserah aku, lah. Itu uang aku, bukan uang kamu," balas Aluna cuek.

"Iya, aku tahu itu uang kamu. Tapi kasihan ibumu, Luna. Dia kirim uang tiap bulan padahal dia sendiri susah!"

Aluna mendecak kesal. "Terus, kamu ke sini cuma buat kasih ceramah, gitu?"

Renata nyengir. "Ya nggak lah, bestie! Aku ke sini mau ngajak kamu ke kafe baru di depan kampus."

"Mau ngapain kita ke sana?" tanya Aluna malas.

"Emangnya kita mau ke sana buat tidur atau numpang mandi?" ledek Renata.

Aluna tertawa kecil. "Hahaha, oke. Jam berapa?"

"Jam tujuh malam," jawab Renata mantap.

"Pas banget, aku libur kerja," sahut Aluna.

"Ya udah, aku pulang dulu. Jangan lupa jam tujuh!" kata Renata, bangkit berdiri.

"Mau pulang ke mana? Kamar kita sebelahan, Ren. Baru jam tiga sore, di sini aja temenin aku nonton film horor," rayu Aluna.

"Nggak ah! Aku mau nonton sinetron Ikan Terbang. Biar nanti kalau ada pelakor kayak kamu, aku bisa basmi sampai ke akar-akarnya!" goda Renata sambil tertawa.

"Sialan kamu, Ren!"

Renata tertawa lebih keras sebelum buru-buru keluar dari kamar Aluna.

Bersambung...

Episodes
1 Bab 1. AIRILIA
2 Bab 2. DO dari kampus
3 Bab 3. Dinda
4 Bab 4. Sumi Sakit
5 Bab 5. Gilbert
6 Bab. 6 Sumi pingsan
7 Bab. 7. Dinda hamil
8 Bab 8. Putus
9 Bab 9. Aluna hamil
10 Bab 10. Mimisan
11 Bab 11. Aluna pulang
12 Bab 12. Reza datang
13 Bab 13. Persiapan pernikahan
14 Bab 14. Menikah siri
15 Bab 15. Rumah sakit
16 Bab 16. Kanker darah
17 Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18 Bab 18. Rujak Mangga
19 Bab 19. Menemui Aluna
20 Bab 20. Surprise
21 Bab 21. Kecelakaan
22 Bab 22. Aku bukan pembunuh
23 Bab 23. Diusir dari rumah
24 Bab 24. Acara empat bulanan
25 Bab 25 Andini
26 Bab 26. Air Doa
27 Bab 27. Menemukan surat dan atm
28 Bab 28. Kedatangan pak RT
29 Bab 29. Selembar photo
30 Bab 30. Pindah Rumah
31 Bab 31. pembantu
32 Bab 32. Rumah sakit jiwa
33 Bab 33. Rakha Marah
34 Bab 34. Andira Kabur
35 Bab 35. Rakha minta maaf
36 Bab 36. Andira pulang
37 Bab 37. Menemukan petunjuk
38 Bab 38. Reza pusing
39 Bab 39. Rencana licik Aluna
40 Bab 40. Permintaan Airilia
41 Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42 Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43 Bab 43. Aira Maharani
44 Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45 Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46 Bab 46. Bertemu Renata
47 Bab 47. Andini atau Andira
48 Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49 Bab 49. Ide Andira
50 Bab 50. Aluna Kerja
51 Bab 51. Rehan Cemburu
52 Bab 52. Membujuk Dinda
53 Bab 53. Rencana Licik Nadine
54 Bab 54. Aiza Nadhira
55 Bab 55. Andira Curiga
56 Bab 56. Rakha pulang
57 Bab 57. Wisuda
58 Bab 58. Kebun Binatang
59 Bab 59. Kembali Pulang
60 Bab 60. Keysa Calista
61 Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62 Bab 62. Aira sakit
63 Bab. 63 Andira mencari tahu
64 Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65 Bab 65. Magang
66 Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67 Bab 67. Reza disekap Dion
68 Bab 68. Pantai
69 Bab 69. Mencari Aluna
70 Bab 70. Aluna pulang kampung
71 Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72 Bab 72. Luekimia
73 Bab 73. Makan Malam
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1. AIRILIA
2
Bab 2. DO dari kampus
3
Bab 3. Dinda
4
Bab 4. Sumi Sakit
5
Bab 5. Gilbert
6
Bab. 6 Sumi pingsan
7
Bab. 7. Dinda hamil
8
Bab 8. Putus
9
Bab 9. Aluna hamil
10
Bab 10. Mimisan
11
Bab 11. Aluna pulang
12
Bab 12. Reza datang
13
Bab 13. Persiapan pernikahan
14
Bab 14. Menikah siri
15
Bab 15. Rumah sakit
16
Bab 16. Kanker darah
17
Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18
Bab 18. Rujak Mangga
19
Bab 19. Menemui Aluna
20
Bab 20. Surprise
21
Bab 21. Kecelakaan
22
Bab 22. Aku bukan pembunuh
23
Bab 23. Diusir dari rumah
24
Bab 24. Acara empat bulanan
25
Bab 25 Andini
26
Bab 26. Air Doa
27
Bab 27. Menemukan surat dan atm
28
Bab 28. Kedatangan pak RT
29
Bab 29. Selembar photo
30
Bab 30. Pindah Rumah
31
Bab 31. pembantu
32
Bab 32. Rumah sakit jiwa
33
Bab 33. Rakha Marah
34
Bab 34. Andira Kabur
35
Bab 35. Rakha minta maaf
36
Bab 36. Andira pulang
37
Bab 37. Menemukan petunjuk
38
Bab 38. Reza pusing
39
Bab 39. Rencana licik Aluna
40
Bab 40. Permintaan Airilia
41
Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42
Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43
Bab 43. Aira Maharani
44
Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45
Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46
Bab 46. Bertemu Renata
47
Bab 47. Andini atau Andira
48
Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49
Bab 49. Ide Andira
50
Bab 50. Aluna Kerja
51
Bab 51. Rehan Cemburu
52
Bab 52. Membujuk Dinda
53
Bab 53. Rencana Licik Nadine
54
Bab 54. Aiza Nadhira
55
Bab 55. Andira Curiga
56
Bab 56. Rakha pulang
57
Bab 57. Wisuda
58
Bab 58. Kebun Binatang
59
Bab 59. Kembali Pulang
60
Bab 60. Keysa Calista
61
Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62
Bab 62. Aira sakit
63
Bab. 63 Andira mencari tahu
64
Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65
Bab 65. Magang
66
Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67
Bab 67. Reza disekap Dion
68
Bab 68. Pantai
69
Bab 69. Mencari Aluna
70
Bab 70. Aluna pulang kampung
71
Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72
Bab 72. Luekimia
73
Bab 73. Makan Malam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!