Bab 11. Aluna pulang

Setelah pulang dari taman, Aluna segera menuju kostnya. Saat menaiki tangga, ia merasakan bulu kuduknya merinding. Meski hari masih pagi, suasana kost begitu sepi. Tidak ada seorang pun selain dirinya.

Perasaan takut menyelimutinya, membuat langkahnya semakin cepat. Ia berlari menuju kamarnya dan segera mengunci pintu dari dalam. Tanpa membuang waktu, ia mulai memasukkan pakaian ke dalam koper. Hari ini juga, ia akan pulang untuk melangsungkan pernikahannya dengan Reza.

Tiba-tiba—

"Tok... tok... tok..."

Ketukan di pintu membuat Aluna tersentak. Jantungnya berdegup kencang.

"Siapa yang mengetuk?" pikirnya, mulai berkeringat dingin.

Rasa takut menahannya untuk tidak membuka pintu, tetapi rasa penasarannya lebih besar. Dengan tangan gemetar, ia mengulurkan tangan ke gagang pintu dan membukanya perlahan.

Begitu pintu terbuka, Aluna langsung menutup mata dengan kedua tangannya dan berteriak.

"ALUNA! Kamu kenapa?"

Mata Aluna membelalak ketika mengenali suara itu. Ia menurunkan tangannya dan melihat sosok Ibu Yati, pemilik kost, berdiri di depannya dengan tatapan bingung.

"Enggak ada apa-apa, Bu. Saya kira...," Aluna menggantungkan kalimatnya.

Ibu Yati tertawa kecil. "Kamu kira setan? Mana ada setan pagi-pagi begini!"

Aluna mengusap keringat di dahinya. "Ada apa Ibu kemari? Bukankah hutang saya sudah lunas?"

"Saya cuma mengecek kost. Kamu enggak pulang?"

Aluna mengangguk ke arah kopernya. "Pulang, Bu. Ini saya lagi berkemas."

Ibu Yati mengangguk paham. "Ya sudah, lanjutkan."

Setelah itu, ia pun pergi meninggalkan Aluna yang kini mulai merasa lebih tenang.

---

Di rumah, Sumi duduk di depan televisi, menikmati acara wisuda yang sedang ditayangkan. Airilia, yang baru pulang sekolah, langsung menghampirinya dan duduk di sampingnya.

Sumi tersenyum melihat para wisudawan di layar. "Lia, enggak lama lagi, Aluna akan seperti itu."

Airilia mengangguk antusias. "Iya, Bu. Enggak terasa, Kak Aluna sebentar lagi akan wisuda."

Sumi menatap televisi dengan mata berbinar. "Ibu ingin di acara wisuda Aluna nanti kita bisa pakai baju bagus. Ibu enggak mau mempermalukan Aluna di hari spesialnya."

Airilia tersenyum hangat. "Insyaallah, kalau aku ada rezeki, nanti aku beliin baju yang Ibu mau."

Sumi mengangguk, lalu tatapannya berubah sendu. "Sempat enggak, ya, Ibu lihat kamu wisuda?" suaranya bergetar.

Airilia mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang janggal. "Kok Ibu ngomong gitu? Ibu enggak mau lihat aku wisuda?"

Sumi mengusap matanya yang mulai berkaca-kaca. "Bukan begitu, Nak. Ibu ingin melihat kamu wisuda, menikah, dan bahagia. Semoga umur Ibu panjang untuk menyaksikan semua itu."

Airilia menggenggam tangan ibunya erat. "Aamiin. Aku juga selalu berdoa untuk kesehatan Ibu. Semoga Ibu diberi umur panjang, supaya bisa lihat aku dan Kak Aluna menikah serta punya anak."

"Aamiin," bisik Sumi, terharu. Ia memeluk putrinya dengan penuh kasih.

Tiba-tiba—

"Tok... tok... tok..."

Ketukan di pintu menghentikan momen mereka.

Airilia menoleh ke arah pintu, lalu menatap ibunya. "Bu, suara itu mirip suara Kak Luna."

Sumi menahan napas, lalu bergegas membuka pintu. Begitu melihat siapa yang berdiri di sana, air matanya langsung menetes.

"ALUNA!"

Ia langsung memeluk putrinya dengan erat. "Akhirnya kamu pulang juga! Ibu kangen sama kamu."

Aluna tersenyum tipis. "Udah deh, Bu, jangan lebay. Aku lapar."

Sumi mengangguk cepat dan menarik tangan Aluna menuju meja makan. Sementara itu, Airilia membawa koper Aluna masuk ke dalam rumah.

Di meja makan, Sumi meletakkan sepiring nasi dengan lauk tahu goreng di hadapan Aluna.

Aluna menatapnya dengan ekspresi tidak puas. "Makan apaan ini?"

Sumi tersenyum lembut. "Ibu enggak tahu kalau kamu pulang hari ini. Kalau Ibu tahu, Ibu pasti masak makanan kesukaan kamu."

Aluna menghela napas kasar. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan selembar uang biru, lalu melemparkannya ke lantai dekat kaki Airilia.

"Lia, belikan aku nasi goreng di warung Pak Kumis."

Airilia mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia mengambil uang itu dan pergi.

Sumi menatap Aluna dengan kecewa. "Enggak baik menyuruh adikmu dengan cara seperti itu. Kamu kan bisa memberikan uangnya langsung, bukan melemparnya."

Mendengar itu, ekspresi Aluna berubah sinis. "Kenapa sih, Ibu selalu membela anak pelakor itu?! Padahal Tante Dira sudah merebut Ayah dari kita!"

Sumi menarik napas panjang, mencoba menahan emosi. "Itu sudah masa lalu, Aluna. Ibu sudah berdamai dengan semuanya. Jangan membahas itu lagi, terutama di depan Airilia."

Mata Aluna memerah, suaranya mulai meninggi. "Anak Ibu itu aku atau Airilia sih?! Kenapa Ibu selalu membela dia? Seakan-akan dia itu anak kandung, sementara aku anak tiri!"

Sumi menggeleng pelan. "Ibu enggak pernah membedakan kamu ataupun Airilia. Kalian berdua sama-sama anak Ibu."

Aluna mengepalkan tangannya di atas meja. "Sampai kapan pun, aku enggak akan pernah sudi menganggap Airilia sebagai adikku!"

"ALUNA!" Sumi hampir kehilangan kesabarannya.

Aluna mendongak dengan tatapan penuh amarah. "Apa? Mau nampar aku? Silakan! Dengan begitu, Ibu bisa membuktikan kalau Ibu memang lebih sayang Airilia daripada aku!"

Sumi membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya terhenti ketika mendengar suara pintu terbuka.

"Assalamualaikum."

Airilia sudah kembali, membawa sebungkus nasi goreng di tangannya.

"Waalaikumsalam," jawab Sumi dengan suara lemah.

Airilia meletakkan bungkusan nasi goreng di depan Aluna. "Ini nasi goreng yang Kak Luna minta, beserta kembaliannya."

Tanpa berkata apa-apa, Sumi bangkit dan masuk ke kamarnya. Airilia pun mengikuti, meninggalkan Aluna sendiri di meja makan.

Di dalam kamar, Sumi duduk di tepi tempat tidur, menatap foto mendiang suaminya, Sento. Air matanya mengalir perlahan.

"Mas Sento... seberapa besar luka yang telah kau torehkan di hati putri kita, Aluna?" bisiknya lirih.

Bersambung…

Episodes
1 Bab 1. AIRILIA
2 Bab 2. DO dari kampus
3 Bab 3. Dinda
4 Bab 4. Sumi Sakit
5 Bab 5. Gilbert
6 Bab. 6 Sumi pingsan
7 Bab. 7. Dinda hamil
8 Bab 8. Putus
9 Bab 9. Aluna hamil
10 Bab 10. Mimisan
11 Bab 11. Aluna pulang
12 Bab 12. Reza datang
13 Bab 13. Persiapan pernikahan
14 Bab 14. Menikah siri
15 Bab 15. Rumah sakit
16 Bab 16. Kanker darah
17 Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18 Bab 18. Rujak Mangga
19 Bab 19. Menemui Aluna
20 Bab 20. Surprise
21 Bab 21. Kecelakaan
22 Bab 22. Aku bukan pembunuh
23 Bab 23. Diusir dari rumah
24 Bab 24. Acara empat bulanan
25 Bab 25 Andini
26 Bab 26. Air Doa
27 Bab 27. Menemukan surat dan atm
28 Bab 28. Kedatangan pak RT
29 Bab 29. Selembar photo
30 Bab 30. Pindah Rumah
31 Bab 31. pembantu
32 Bab 32. Rumah sakit jiwa
33 Bab 33. Rakha Marah
34 Bab 34. Andira Kabur
35 Bab 35. Rakha minta maaf
36 Bab 36. Andira pulang
37 Bab 37. Menemukan petunjuk
38 Bab 38. Reza pusing
39 Bab 39. Rencana licik Aluna
40 Bab 40. Permintaan Airilia
41 Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42 Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43 Bab 43. Aira Maharani
44 Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45 Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46 Bab 46. Bertemu Renata
47 Bab 47. Andini atau Andira
48 Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49 Bab 49. Ide Andira
50 Bab 50. Aluna Kerja
51 Bab 51. Rehan Cemburu
52 Bab 52. Membujuk Dinda
53 Bab 53. Rencana Licik Nadine
54 Bab 54. Aiza Nadhira
55 Bab 55. Andira Curiga
56 Bab 56. Rakha pulang
57 Bab 57. Wisuda
58 Bab 58. Kebun Binatang
59 Bab 59. Kembali Pulang
60 Bab 60. Keysa Calista
61 Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62 Bab 62. Aira sakit
63 Bab. 63 Andira mencari tahu
64 Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65 Bab 65. Magang
66 Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67 Bab 67. Reza disekap Dion
68 Bab 68. Pantai
69 Bab 69. Mencari Aluna
70 Bab 70. Aluna pulang kampung
71 Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72 Bab 72. Luekimia
73 Bab 73. Makan Malam
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1. AIRILIA
2
Bab 2. DO dari kampus
3
Bab 3. Dinda
4
Bab 4. Sumi Sakit
5
Bab 5. Gilbert
6
Bab. 6 Sumi pingsan
7
Bab. 7. Dinda hamil
8
Bab 8. Putus
9
Bab 9. Aluna hamil
10
Bab 10. Mimisan
11
Bab 11. Aluna pulang
12
Bab 12. Reza datang
13
Bab 13. Persiapan pernikahan
14
Bab 14. Menikah siri
15
Bab 15. Rumah sakit
16
Bab 16. Kanker darah
17
Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18
Bab 18. Rujak Mangga
19
Bab 19. Menemui Aluna
20
Bab 20. Surprise
21
Bab 21. Kecelakaan
22
Bab 22. Aku bukan pembunuh
23
Bab 23. Diusir dari rumah
24
Bab 24. Acara empat bulanan
25
Bab 25 Andini
26
Bab 26. Air Doa
27
Bab 27. Menemukan surat dan atm
28
Bab 28. Kedatangan pak RT
29
Bab 29. Selembar photo
30
Bab 30. Pindah Rumah
31
Bab 31. pembantu
32
Bab 32. Rumah sakit jiwa
33
Bab 33. Rakha Marah
34
Bab 34. Andira Kabur
35
Bab 35. Rakha minta maaf
36
Bab 36. Andira pulang
37
Bab 37. Menemukan petunjuk
38
Bab 38. Reza pusing
39
Bab 39. Rencana licik Aluna
40
Bab 40. Permintaan Airilia
41
Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42
Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43
Bab 43. Aira Maharani
44
Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45
Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46
Bab 46. Bertemu Renata
47
Bab 47. Andini atau Andira
48
Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49
Bab 49. Ide Andira
50
Bab 50. Aluna Kerja
51
Bab 51. Rehan Cemburu
52
Bab 52. Membujuk Dinda
53
Bab 53. Rencana Licik Nadine
54
Bab 54. Aiza Nadhira
55
Bab 55. Andira Curiga
56
Bab 56. Rakha pulang
57
Bab 57. Wisuda
58
Bab 58. Kebun Binatang
59
Bab 59. Kembali Pulang
60
Bab 60. Keysa Calista
61
Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62
Bab 62. Aira sakit
63
Bab. 63 Andira mencari tahu
64
Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65
Bab 65. Magang
66
Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67
Bab 67. Reza disekap Dion
68
Bab 68. Pantai
69
Bab 69. Mencari Aluna
70
Bab 70. Aluna pulang kampung
71
Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72
Bab 72. Luekimia
73
Bab 73. Makan Malam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!