Bab. 6 Sumi pingsan

Pulang dari sekolah, Airilia mampir ke toko kue untuk membeli donat pesanan Sumi.

Setibanya di rumah, ia langsung mencari ibunya, tetapi tak menemukan Sumi di mana pun.

"Bu... Ibu..." panggilnya sambil mengelilingi rumah.

Airilia memeriksa kamar Sumi, dapur, hingga halaman belakang, tetapi tetap tidak menemukan keberadaannya.

Saat hendak mencari ke luar rumah, terdengar suara ketukan di pintu depan.

"Apakah itu Ibu?" batinnya penuh harap.

Namun, saat membuka pintu, ia justru dikejutkan oleh sosok yang berdiri di sana.

"Bibi Asih?"

Airilia terperanjat. Yang datang bukan ibunya, melainkan Bibi Asih.

"Saya mau memberi tahu, tadi ibumu pingsan dan sudah dibawa ke klinik dokter Mala," ujar Asih dengan wajah cemas.

Mendengar itu, Airilia langsung mengunci pintu rumah dan bergegas pergi ke klinik, tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bibi Asih.

---

Di Klinik Dokter Mala

Dengan napas terengah, Airilia masuk ke dalam klinik dan segera mencari keberadaan ibunya.

Di salah satu ruangan, ia melihat Sumi tengah terbaring di tempat tidur dengan infus terpasang di tangan kirinya.

"Bu, kenapa bisa pingsan?" serunya cemas, lalu segera memeluk Sumi erat.

"Ibu baik-baik saja, Nak. Hanya kecapekan," ujar Sumi sambil mengusap punggung Airilia, berusaha menenangkannya.

Saat itu, Dokter Mala masuk ke ruangan sambil membawa sepiring sup ayam dan segelas air putih.

"Ibu kamu hanya kurang istirahat, tidak perlu terlalu khawatir," ujarnya dengan senyum lembut.

"Lia, sudah ya, jangan menangis terus. Malu sama Ibu Dokter," ujar Sumi lembut.

Airilia akhirnya menghapus air matanya dan menatap Dokter Mala.

"Bu Dokter, ibu saya kenapa bisa sampai pingsan?" tanyanya lagi, memastikan keadaan ibunya.

Dokter Mala tersenyum sabar. "Seperti yang saya bilang tadi, ibu kamu hanya butuh banyak istirahat."

"Bu, dengarkan kata Ibu Dokter, ya. Aku sudah bilang, jangan terlalu banyak menerima cucian. Aku enggak mau Ibu sakit..." ucap Airilia dengan suara lirih.

Sumi tersenyum menenangkan. "Ibu tidak apa-apa, Besok juga sudah boleh pulang, ya kan, Bu Dokter?"

"Iya, betul. Besok Ibu Sumi sudah boleh pulang. Tapi untuk sekarang, beliau harus beristirahat dan mengisi tenaga dulu. Saya sudah bawakan sup ayam dan air putih," ujar Dokter Mala sebelum meninggalkan ruangan, terharu melihat kasih sayang antara ibu dan anak itu.

"Bu, sekarang makan, ya. Biar aku suapi," ujar Airilia, mengambil piring sup ayam dan mulai menyuapi ibunya dengan penuh kasih sayang.

Sumi menatap putrinya lembut. "Lia sudah makan?"

"Aku sudah makan tadi di warung Pak Kumis," jawab Airilia.

Namun, belum sempat melanjutkan ucapannya, tiba-tiba suara perutnya berbunyi.

Sumi terkekeh melihat wajah malu-malu putrinya. "Kalau sudah makan, kenapa perutnya bunyi?" godanya.

Airilia cengar-cengir, tertangkap basah telah berbohong.

"Ya sudah, Lia makan juga, ya. Lagipula, sepiring ini ibu tidak akan habis sendiri. Kita makan bersama," bujuk Sumi.

Airilia mengangguk dan ikut menyantap sup ayam bersama ibunya.

Sumi tersenyum, tetapi di balik senyumnya, pikirannya kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu...

---

(Flashback – 30 Menit Sebelumnya)

Sumi baru saja sadar dari pingsannya. Ia terkejut saat melihat tangannya diinfus.

"Saya di mana?" tanyanya bingung.

Seorang dokter muda berusia sekitar 25 tahun menghampirinya.

"Anda sedang berada di klinik saya. Tadi, tetangga Anda mengantarkan Anda ke sini," jelasnya ramah.

Sumi berusaha bangun. "Terima kasih, Dokter. Tapi saya harus pulang, takutnya Airilia mencari saya."

Namun, saat hendak melepas infus, Dokter Mala dengan sigap menahannya.

"Maaf, kondisi Anda masih belum stabil. Untuk sementara, sebaiknya tetap di sini. Saya akan mengutus seseorang untuk memberitahu putri Anda bahwa Anda dirawat di sini," ujarnya lembut.

Sumi akhirnya mengangguk dan berterima kasih.

"Perkenalkan, nama saya Dokter Mala. Kalau boleh tahu, apa yang Anda rasakan selama ini?"

Sumi terdiam sejenak sebelum menjawab. "Akhir-akhir ini saya sering mimisan, pusing, dan demam, Dok."

"Apakah Anda sering kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun?" tanya Dokter Mala lagi.

Sumi mengangguk pelan, membenarkan dugaan sang dokter.

Dokter Mala menghela napas, lalu menatap Sumi dengan penuh empati. "Maaf, berdasarkan analisa awal saya, sepertinya Anda mengalami kanker darah. Saya sarankan untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit agar mendapat diagnosis yang lebih akurat, karena di klinik ini alatnya masih terbatas."

Darah Sumi seakan membeku. "Kanker darah?" bisiknya lirih.

"Saya tidak mau ke rumah sakit, Dok," lanjutnya cepat, menggeleng dengan ketakutan.

Dokter Mala menghela napas panjang. Ia sudah sering menghadapi pasien yang menolak menerima kenyataan.

"Kenapa tidak mau, Bu Sumi? Siapa tahu analisa saya salah? Apa Anda memiliki BPJS?"

Sumi mengangguk, tetapi ia menatap dokter dengan mata berkaca-kaca. "Dokter, saya mohon... Jangan bilang kepada putri saya. Saya tidak mau Airilia sedih..." Suaranya bergetar menahan tangis.

Dokter Mala terdiam sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Kenapa harus dirahasiakan? Bukankah support keluarga adalah obat terbaik?"

Sumi menggeleng pelan. "Saya tidak punya siapa-siapa selain Airilia... Dia bukan anak kandung saya, Dok. Dia anak dari suami saya dengan istri pertamanya. Suami saya meninggal saat Airilia baru berusia seminggu..."

Air mata mulai mengalir di pipinya.

"Tapi, saya sangat menyayanginya... Bahkan melebihi anak kandung saya sendiri. Anak saya, Aluna, sudah tiga tahun kuliah di Banjar, tapi tidak pernah pulang, padahal jaraknya hanya tiga jam dari kampung ini..."

Dokter Mala menatapnya dengan penuh simpati.

"Saya banyak menyusahkan Airilia, Dok... Dia yang bekerja untuk membantu saya. Uang hasil cucian saya tidak cukup untuk hidup kami, jadi Airilia harus bekerja paruh waktu. Bahkan, uang hasil kerjanya pun dia berikan kepada saya untuk mengirimi kakaknya, Aluna. Dia tidak pernah meminta apa pun, bahkan untuk peralatan sekolah saja, dia harus bekerja lebih keras..."

Air mata Sumi semakin deras mengalir.

"Kalau Airilia tahu saya sakit, dia pasti akan mengorbankan segalanya demi saya. Saya tidak mau penyakit ini menjadi beban baginya atau menghalangi masa depannya..."

Dokter Mala ikut meneteskan air mata mendengar kisah Sumi. Dengan lembut, ia menghapus air mata di pipinya.

"Baik, Bu Sumi... Saya akan merahasiakan ini dari putri Anda," ujarnya pelan.

Sumi tersenyum lega.

Bersambung...

Episodes
1 Bab 1. AIRILIA
2 Bab 2. DO dari kampus
3 Bab 3. Dinda
4 Bab 4. Sumi Sakit
5 Bab 5. Gilbert
6 Bab. 6 Sumi pingsan
7 Bab. 7. Dinda hamil
8 Bab 8. Putus
9 Bab 9. Aluna hamil
10 Bab 10. Mimisan
11 Bab 11. Aluna pulang
12 Bab 12. Reza datang
13 Bab 13. Persiapan pernikahan
14 Bab 14. Menikah siri
15 Bab 15. Rumah sakit
16 Bab 16. Kanker darah
17 Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18 Bab 18. Rujak Mangga
19 Bab 19. Menemui Aluna
20 Bab 20. Surprise
21 Bab 21. Kecelakaan
22 Bab 22. Aku bukan pembunuh
23 Bab 23. Diusir dari rumah
24 Bab 24. Acara empat bulanan
25 Bab 25 Andini
26 Bab 26. Air Doa
27 Bab 27. Menemukan surat dan atm
28 Bab 28. Kedatangan pak RT
29 Bab 29. Selembar photo
30 Bab 30. Pindah Rumah
31 Bab 31. pembantu
32 Bab 32. Rumah sakit jiwa
33 Bab 33. Rakha Marah
34 Bab 34. Andira Kabur
35 Bab 35. Rakha minta maaf
36 Bab 36. Andira pulang
37 Bab 37. Menemukan petunjuk
38 Bab 38. Reza pusing
39 Bab 39. Rencana licik Aluna
40 Bab 40. Permintaan Airilia
41 Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42 Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43 Bab 43. Aira Maharani
44 Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45 Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46 Bab 46. Bertemu Renata
47 Bab 47. Andini atau Andira
48 Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49 Bab 49. Ide Andira
50 Bab 50. Aluna Kerja
51 Bab 51. Rehan Cemburu
52 Bab 52. Membujuk Dinda
53 Bab 53. Rencana Licik Nadine
54 Bab 54. Aiza Nadhira
55 Bab 55. Andira Curiga
56 Bab 56. Rakha pulang
57 Bab 57. Wisuda
58 Bab 58. Kebun Binatang
59 Bab 59. Kembali Pulang
60 Bab 60. Keysa Calista
61 Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62 Bab 62. Aira sakit
63 Bab. 63 Andira mencari tahu
64 Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65 Bab 65. Magang
66 Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67 Bab 67. Reza disekap Dion
68 Bab 68. Pantai
69 Bab 69. Mencari Aluna
70 Bab 70. Aluna pulang kampung
71 Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72 Bab 72. Luekimia
73 Bab 73. Makan Malam
74 Bab 74. Sebuah Fakta
75 Bab 75. Penolakan Reza
76 Bab 75. Dinda ingin cerai
77 Bab 76. Perubahan sikap Rehan
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1. AIRILIA
2
Bab 2. DO dari kampus
3
Bab 3. Dinda
4
Bab 4. Sumi Sakit
5
Bab 5. Gilbert
6
Bab. 6 Sumi pingsan
7
Bab. 7. Dinda hamil
8
Bab 8. Putus
9
Bab 9. Aluna hamil
10
Bab 10. Mimisan
11
Bab 11. Aluna pulang
12
Bab 12. Reza datang
13
Bab 13. Persiapan pernikahan
14
Bab 14. Menikah siri
15
Bab 15. Rumah sakit
16
Bab 16. Kanker darah
17
Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18
Bab 18. Rujak Mangga
19
Bab 19. Menemui Aluna
20
Bab 20. Surprise
21
Bab 21. Kecelakaan
22
Bab 22. Aku bukan pembunuh
23
Bab 23. Diusir dari rumah
24
Bab 24. Acara empat bulanan
25
Bab 25 Andini
26
Bab 26. Air Doa
27
Bab 27. Menemukan surat dan atm
28
Bab 28. Kedatangan pak RT
29
Bab 29. Selembar photo
30
Bab 30. Pindah Rumah
31
Bab 31. pembantu
32
Bab 32. Rumah sakit jiwa
33
Bab 33. Rakha Marah
34
Bab 34. Andira Kabur
35
Bab 35. Rakha minta maaf
36
Bab 36. Andira pulang
37
Bab 37. Menemukan petunjuk
38
Bab 38. Reza pusing
39
Bab 39. Rencana licik Aluna
40
Bab 40. Permintaan Airilia
41
Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42
Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43
Bab 43. Aira Maharani
44
Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45
Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46
Bab 46. Bertemu Renata
47
Bab 47. Andini atau Andira
48
Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49
Bab 49. Ide Andira
50
Bab 50. Aluna Kerja
51
Bab 51. Rehan Cemburu
52
Bab 52. Membujuk Dinda
53
Bab 53. Rencana Licik Nadine
54
Bab 54. Aiza Nadhira
55
Bab 55. Andira Curiga
56
Bab 56. Rakha pulang
57
Bab 57. Wisuda
58
Bab 58. Kebun Binatang
59
Bab 59. Kembali Pulang
60
Bab 60. Keysa Calista
61
Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62
Bab 62. Aira sakit
63
Bab. 63 Andira mencari tahu
64
Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65
Bab 65. Magang
66
Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67
Bab 67. Reza disekap Dion
68
Bab 68. Pantai
69
Bab 69. Mencari Aluna
70
Bab 70. Aluna pulang kampung
71
Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72
Bab 72. Luekimia
73
Bab 73. Makan Malam
74
Bab 74. Sebuah Fakta
75
Bab 75. Penolakan Reza
76
Bab 75. Dinda ingin cerai
77
Bab 76. Perubahan sikap Rehan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!