Bab 18. Rujak Mangga

Di taman rumah sakit, dokter Sila mencoba menenangkan Airilia yang sedang menangis.

"Jadi, ibu saya harus segera menjalani kemoterapi, Dok?" tanya Airilia dengan suara bergetar.

Dokter Sila mengangguk. "Iya, Ibu Sumi harus segera mendapatkan penanganan, karena kanker yang dideritanya sudah semakin parah."

Airilia mengusap air matanya yang terus mengalir. "Kalau boleh tahu, berapa biaya kemoterapinya, Dok?"

"Sekitar lima juta rupiah," jawab dokter Sila.

Airilia menggigit bibirnya, berpikir keras. "Saya akan berusaha mencari uangnya secepat mungkin. Saya ingin ibu segera menjalani kemoterapi."

Dokter Sila tersenyum simpati. "Saya harap kamu bisa menemukannya tepat waktu." Setelah berkata demikian, dokter Sila meninggalkan Airilia yang masih terduduk di bangku taman.

Kemana aku harus mencari uang sebanyak itu? batin Airilia. Aku harus menemui Kak Luna. Mungkin dia bisa membantu.

Ia menghapus air matanya, menguatkan hati, lalu kembali ke ruang rawat ibunya.

Sesampainya di sana, Sumi menatapnya penuh harap. "Lia, bagaimana? Apa ibu bisa pulang hari ini?"

Airilia menggeleng pelan. "Ibu, dokter Sila menyarankan ibu untuk segera menjalani kemoterapi agar bisa sembuh."

Sumi menghela napas berat. "Ibu tidak mau. Biayanya pasti sangat mahal. Dari mana kita bisa mendapatkan uang sebanyak itu?"

"Ibu jangan pikirkan soal biaya. Biar aku yang cari uangnya," kata Airilia mantap.

Sumi tersenyum sedih. "Ibu tidak mau menjadi bebanmu lebih lama. Ibu sudah tua, Nak."

Airilia tak bisa menahan air matanya lagi. Ia berlutut dan bersujud di kaki ibunya.

"Bu, tolong... Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain ibu," isaknya.

Sumi terkejut, lalu segera menarik Airilia ke dalam pelukannya. "Jangan bilang begitu. Kamu masih punya Kak Luna."

"Tapi aku ingin ibu... bukan Kak Luna," ujar Airilia, memeluk ibunya erat.

Sumi terdiam sejenak, lalu mengusap kepala Airilia dengan lembut. "Baiklah. Ibu akan menjalani kemoterapi, tapi dengan satu syarat."

"Apa pun itu, aku pasti akan mengabulkannya," kata Airilia penuh harap.

"Syaratnya... kamu harus jadi juara kelas tahun ini."

Airilia tertegun, lalu tertawa kecil di tengah air matanya. "Itu gampang, Bu. Aku selalu jadi juara setiap tahun."

Sumi tersenyum. "Sombong sekali kamu," godanya sambil menggelitik perut Airilia.

"Bu, ampun! Perutku sakit!" Airilia tertawa terpingkal-pingkal, merasa lebih lega setelah obrolan itu.

---

Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Sumi melihat Airilia yang sudah terlelap di sofa kecil di sudut ruangan. Ia menatap ke luar jendela, pikirannya kembali ke percakapannya dengan dokter Sila sore tadi.

(Flashback - Sebelum Airilia kembali ke rumah untuk mengambil pakaian)

Dokter Sila memasuki ruang rawat Sumi dengan senyum hangat. "Ibu Sumi, tadi Airilia menitipkan pesan agar saya menjaga Anda sebentar, karena dia harus pulang untuk mengambil pakaian ganti."

Sumi mengangguk. "Terima kasih, Dok."

Dokter Sila memeriksa kondisi Sumi, lalu berkata, "Saya membawa kabar baik. Karena ibu memiliki BPJS, semua biaya kemoterapi dan pengobatan lainnya akan ditanggung sepenuhnya. Mulai besok, ibu sudah bisa menjalani kemoterapi."

Namun, Sumi hanya menggeleng pelan. "Saya tidak mau, Dok. Saya sudah lelah hidup."

Dokter Sila terkejut. "Kenapa? Anda masih punya anak yang ingin Anda tetap hidup."

Sumi tersenyum getir. "Jika saya hidup lebih lama, itu hanya akan menjadi beban bagi Airilia. Saya tidak ingin membuatnya terus-menerus mengkhawatirkan saya."

Dokter Sila terdiam, memahami kepedihan seorang ibu yang merasa pasrah akan hidupnya.

"Ibu Sumi, apakah Anda tidak ingin sembuh? Airilia pasti akan sangat senang jika ibunya tetap ada di sisinya."

Sumi terdiam sejenak, lalu berkata, "Dok, bolehkah saya meminta dua lembar kertas dan sebuah pena?"

Dokter Sila mengangguk dan segera memberikan apa yang diminta. Sumi menulis sesuatu di atas kertas, lalu menatap dokter Sila dengan penuh harapan.

"Dok, bisakah saya meminta satu hal lagi?"

"Tentu. Ibu Sumi ingin apa?"

Sumi membisikkan sesuatu di telinga dokter Sila, lalu menyerahkan dua lembar kertas yang telah ia lipat.

"Terima kasih, Dok."

Dokter Sila tersenyum kecil, lalu pergi meninggalkan ruangan.

---

Sementara itu, di rumahnya, Aluna sedang menonton TV. Matanya tertuju pada tayangan seorang artis yang tengah menikmati rujak mangga muda.

"Kayaknya enak nih kalau makan rujak mangga malam-malam," gumamnya.

Ia melirik jam di ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Tanpa pikir panjang, ia segera menelepon Reza.

"Ya, ada apa?" jawab Reza dari seberang telepon.

"Mas, tolong belikan aku mangga muda. Anakmu kepingin," pinta Aluna manja.

"Jam segini mana ada yang jual mangga? Jangan aneh-aneh, deh," jawab Reza kesal.

"Aku nggak mau tahu! Kamu harus cari sampai dapat! Kalau nggak, aku akan ke rumah Dinda sekarang dan menceritakan semuanya," ancam Aluna.

Reza mendesah berat. "Oke, aku akan cari."

Setengah jam kemudian, Reza tiba di rumah Aluna dengan membawa sebuah plastik hitam.

"Ini mangganya," katanya, meletakkan plastik di meja.

Aluna membuka plastik itu dan langsung mengerutkan dahi. "Loh, kok cuma satu biji?"

"Itu aja yang sisa. Untung masih dapat," ujar Reza santai.

Tanpa banyak protes, Aluna segera ke dapur untuk mengambil pisau dan piring. Ia mulai mengupas mangganya dengan antusias.

Saat itu, ponsel Reza berdering. Ia melihat layar dan langsung terkejut—Dinda yang menelepon!

Ia buru-buru menjauh dari Aluna sebelum mengangkatnya. "Ada apa, sayang?"

"Kamu di mana, Mas?" tanya Dinda dari seberang sana.

"Aku lagi di luar sama teman. Kenapa?"

"Nanti kalau pulang, beliin aku mangga muda, ya? Aku lagi pengen makan yang asem-asem," kata Dinda manja.

Reza melirik Aluna yang sedang mengupas mangga. Dengan cepat, ia meraih setengah mangga yang tersisa dan menutup mulut Aluna sebelum ia sempat protes.

"Iya, sayang. Nanti aku belikan. Assalamualaikum," katanya buru-buru sebelum menutup telepon.

"Mas, kenapa manggaku diambil?" protes Aluna.

"Udah, kamu kan sudah makan. Ini buat Dinda, ya?"

"Kenapa nggak beli lagi aja?" cemberut Aluna.

"Udah nggak ada, ini yang terakhir," ujar Reza cepat.

Aluna menghela napas kesal. "Kalau gitu, ganti uang aja deh."

Reza mengeluarkan sepuluh lembar uang merah dari dompetnya. "Ini, nanti aku tambahin lagi."

"Janji?"

"Janji."

Setelah itu, Reza pun pergi. Sesampainya di rumah, ia tersenyum saat melihat Dinda menyambutnya dengan hangat.

"Mas, mana mangganya?"

Reza menyerahkan plastik hitam itu. Saat dibuka, Dinda terkejut. "Kok tinggal setengah?"

"Tadi aku makan sedikit di jalan," jawab Reza santai.

Dinda melotot, tapi akhirnya tetap memakan mangga itu dengan lahap.

Bersambung

Episodes
1 Bab 1. AIRILIA
2 Bab 2. DO dari kampus
3 Bab 3. Dinda
4 Bab 4. Sumi Sakit
5 Bab 5. Gilbert
6 Bab. 6 Sumi pingsan
7 Bab. 7. Dinda hamil
8 Bab 8. Putus
9 Bab 9. Aluna hamil
10 Bab 10. Mimisan
11 Bab 11. Aluna pulang
12 Bab 12. Reza datang
13 Bab 13. Persiapan pernikahan
14 Bab 14. Menikah siri
15 Bab 15. Rumah sakit
16 Bab 16. Kanker darah
17 Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18 Bab 18. Rujak Mangga
19 Bab 19. Menemui Aluna
20 Bab 20. Surprise
21 Bab 21. Kecelakaan
22 Bab 22. Aku bukan pembunuh
23 Bab 23. Diusir dari rumah
24 Bab 24. Acara empat bulanan
25 Bab 25 Andini
26 Bab 26. Air Doa
27 Bab 27. Menemukan surat dan atm
28 Bab 28. Kedatangan pak RT
29 Bab 29. Selembar photo
30 Bab 30. Pindah Rumah
31 Bab 31. pembantu
32 Bab 32. Rumah sakit jiwa
33 Bab 33. Rakha Marah
34 Bab 34. Andira Kabur
35 Bab 35. Rakha minta maaf
36 Bab 36. Andira pulang
37 Bab 37. Menemukan petunjuk
38 Bab 38. Reza pusing
39 Bab 39. Rencana licik Aluna
40 Bab 40. Permintaan Airilia
41 Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42 Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43 Bab 43. Aira Maharani
44 Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45 Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46 Bab 46. Bertemu Renata
47 Bab 47. Andini atau Andira
48 Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49 Bab 49. Ide Andira
50 Bab 50. Aluna Kerja
51 Bab 51. Rehan Cemburu
52 Bab 52. Membujuk Dinda
53 Bab 53. Rencana Licik Nadine
54 Bab 54. Aiza Nadhira
55 Bab 55. Andira Curiga
56 Bab 56. Rakha pulang
57 Bab 57. Wisuda
58 Bab 58. Kebun Binatang
59 Bab 59. Kembali Pulang
60 Bab 60. Keysa Calista
61 Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62 Bab 62. Aira sakit
63 Bab. 63 Andira mencari tahu
64 Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65 Bab 65. Magang
66 Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67 Bab 67. Reza disekap Dion
68 Bab 68. Pantai
69 Bab 69. Mencari Aluna
70 Bab 70. Aluna pulang kampung
71 Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72 Bab 72. Luekimia
73 Bab 73. Makan Malam
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1. AIRILIA
2
Bab 2. DO dari kampus
3
Bab 3. Dinda
4
Bab 4. Sumi Sakit
5
Bab 5. Gilbert
6
Bab. 6 Sumi pingsan
7
Bab. 7. Dinda hamil
8
Bab 8. Putus
9
Bab 9. Aluna hamil
10
Bab 10. Mimisan
11
Bab 11. Aluna pulang
12
Bab 12. Reza datang
13
Bab 13. Persiapan pernikahan
14
Bab 14. Menikah siri
15
Bab 15. Rumah sakit
16
Bab 16. Kanker darah
17
Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18
Bab 18. Rujak Mangga
19
Bab 19. Menemui Aluna
20
Bab 20. Surprise
21
Bab 21. Kecelakaan
22
Bab 22. Aku bukan pembunuh
23
Bab 23. Diusir dari rumah
24
Bab 24. Acara empat bulanan
25
Bab 25 Andini
26
Bab 26. Air Doa
27
Bab 27. Menemukan surat dan atm
28
Bab 28. Kedatangan pak RT
29
Bab 29. Selembar photo
30
Bab 30. Pindah Rumah
31
Bab 31. pembantu
32
Bab 32. Rumah sakit jiwa
33
Bab 33. Rakha Marah
34
Bab 34. Andira Kabur
35
Bab 35. Rakha minta maaf
36
Bab 36. Andira pulang
37
Bab 37. Menemukan petunjuk
38
Bab 38. Reza pusing
39
Bab 39. Rencana licik Aluna
40
Bab 40. Permintaan Airilia
41
Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42
Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43
Bab 43. Aira Maharani
44
Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45
Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46
Bab 46. Bertemu Renata
47
Bab 47. Andini atau Andira
48
Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49
Bab 49. Ide Andira
50
Bab 50. Aluna Kerja
51
Bab 51. Rehan Cemburu
52
Bab 52. Membujuk Dinda
53
Bab 53. Rencana Licik Nadine
54
Bab 54. Aiza Nadhira
55
Bab 55. Andira Curiga
56
Bab 56. Rakha pulang
57
Bab 57. Wisuda
58
Bab 58. Kebun Binatang
59
Bab 59. Kembali Pulang
60
Bab 60. Keysa Calista
61
Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62
Bab 62. Aira sakit
63
Bab. 63 Andira mencari tahu
64
Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65
Bab 65. Magang
66
Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67
Bab 67. Reza disekap Dion
68
Bab 68. Pantai
69
Bab 69. Mencari Aluna
70
Bab 70. Aluna pulang kampung
71
Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72
Bab 72. Luekimia
73
Bab 73. Makan Malam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!