Bab 4. Sumi Sakit

Sudah hampir setengah jam Renata berada di dalam kamar kos Aluna. Ia mulai kesal karena Aluna terlalu lama bersiap-siap.

"Lama banget sih kamu dandannya? Pegel nih aku nungguin dari tadi," keluh Renata sambil melipat tangan di dada.

"Pegel apaan? Toh, kamu cuma duduk sambil lihat aku," jawab Aluna santai.

Renata memutar bola matanya, malas meladeni jawaban Aluna. Ia kemudian mengambil ponselnya yang sejak tadi terus berbunyi. Betapa kagetnya ia ketika melihat jam di layar ponsel sudah menunjukkan pukul 20.00.

"Astaga… udah jam delapan malam! Luna, cepat dong! Kamu enggak lihat jam berapa sekarang? Udah setengah jam aku nungguin kamu dandan!"

"Iya, iya. Yuk, berangkat. Aku sudah selesai."

Setelah sampai di Café Kenangan, Renata menarik tangan Aluna dan memilih tempat duduk dekat jendela. Aluna terkesima dengan dekorasi kafe yang begitu estetik dan nyaman.

Tak lama kemudian, seorang waitress datang menghampiri mereka.

"Mau pesan apa?" tanyanya ramah.

"Luna, kamu mau pesan apa?" tanya Renata sambil menyerahkan daftar menu kepada Aluna.

"Aku pesan matcha latte dan carbonara," jawab Aluna.

"Mbak, saya pesan matcha latte dua, carbonara satu, pasta satu, dan potato wedges satu," kata Renata kepada waitress yang mencatat pesanan mereka dengan senyum.

"Banyak banget pesanan kamu?" tanya Aluna heran.

"Aku lapar gara-gara nungguin kamu," sahut Renata sambil melipat tangan di meja.

Aluna nyengir, merasa bersalah karena telah membuat sahabatnya menunggu lama.

---

Sepulang dari Café Kenangan, Aluna merebahkan diri di atas kasurnya. Baru saja ia ingin memejamkan mata, ponselnya bergetar. Saat diperiksa, ternyata ada notifikasi dari bank.

"Saldo masuk: Rp500.000,00."

Aluna mengernyitkan dahi.

"Tumben banget Ibu cuma kirim lima ratus ribu. Biasanya tujuh ratus atau delapan ratus ribu."

Ia terdiam beberapa saat, berpikir. Namun, lamunannya buyar saat ponselnya kembali berbunyi. Nama Asih tertera di layar.

"Luna, gimana? Uangnya udah masuk atau belum?" suara Asih terdengar di seberang telepon.

"Udah, Bibi. Tapi tumben, ya? Biasanya Ibu kirim lebih banyak."

"Ya, saya enggak tahu. Mungkin cucian ibumu lagi sepi. Lagipula, kamu tahu kan kalau Airilia bentar lagi mau lulus dan butuh banyak biaya?" ujar Asih.

Aluna mengangguk, meskipun Asih tak bisa melihatnya. Ia setuju dengan pendapat itu.

"Ingat perjanjian kita?" Asih mengingatkan sesuatu kepada Aluna.

"Ingat kok. Besok aku beli kuota. Sekarang udah malam, aku mau istirahat. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," sahut Asih sebelum menutup telepon.

---

Di tempat lain, Yuni yang kebetulan melihat ibunya baru saja menutup telepon menjadi penasaran.

"Ibu telepon siapa malam-malam begini?" tanyanya.

"Ayahmu, Yun. Katanya mau kirim uang untuk biaya sekolahmu," jawab Asih santai.

Yuni mengangguk, meski sebenarnya ia tak begitu percaya.

"Yuni, tolong buatkan Ibu kopi hitam," pinta Asih.

Tanpa banyak tanya, Yuni segera pergi ke dapur untuk membuat kopi.

Sementara itu, Asih tersenyum puas.

"Yes! Hari ini aku dapat uang Rp20.000 plus kuota gratis. Memang enak kalau bisa bohongin orang," batinnya sambil terkekeh.

Tanpa sadar, Yuni sudah kembali dan berdiri di hadapannya.

"Ibu, ibu kenapa senyum-senyum sendiri? Ibu enggak sakit jiwa, kan?" tanyanya curiga.

Asih terlonjak kaget.

"Sembarangan kamu ngomong! Ibu senyum karena ayahmu mau kirim uang, itu saja!" ujar Asih agak kesal.

Yuni menyerahkan kopi kepada ibunya.

"Bu, ini kopinya. Yuni masuk kamar dulu, ya," katanya.

Asih mengangguk, kemudian menyesap kopinya sambil menonton televisi. Namun, Yuni yang melangkah pergi masih merasa ada yang janggal.

"Enggak biasanya Ibu senyum begitu hanya karena Ayah kirim uang," batinnya penuh curiga.

---

Sementara itu, di dalam kamar rumah sederhana mereka, Airilia panik melihat ibunya, Sumi, demam tinggi. Ia mondar-mandir mengambil air hangat untuk mengompres kening ibunya.

"Bu, aku udah beliin obat. Diminum, ya?"

Sumi mengangguk lemah. Dengan tangan gemetar, ia mengambil satu butir obat dan menelannya dengan air putih.

"Lia… Ibu mau ketemu Aluna. Suruh kakakmu pulang," pinta Sumi dengan suara lirih.

"Besok, Bu. Nanti aku telepon Kak Luna. Sekarang Ibu istirahat dulu, ya," bujuk Airilia.

Namun, Sumi menggeleng lemah.

"Ibu mau Aluna sekarang, Lia…"

Mata Airilia memanas. Ia menggenggam tangan ibunya yang terasa panas, menahan tangis.

"Bu, ini sudah jam sembilan malam. Kak Luna pasti sudah tidur. Sekarang Ibu tidur dulu, ya? Biar aku temani," katanya lembut.

Sumi mengangguk pasrah. Ia menggenggam tangan Airilia erat.

"Ibu beruntung memiliki kamu, Lia… Walaupun kamu bukan anak kandungku," batinnya, matanya berkaca-kaca.

Airilia tak tahu apa yang dipikirkan ibunya. Ia hanya membaringkan tubuh di samping Sumi dan memeluknya dengan erat.

---

Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi. Airilia terbangun dan segera memeriksa keadaan Sumi.

"Alhamdulillah… Demam Ibu sudah turun," bisiknya lega.

Setelah memastikan kondisi ibunya membaik, Airilia keluar dari kamar, membawa baskom bekas kompresan, dan meletakkannya di wastafel. Ia mencuci muka, lalu mulai mengerjakan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan ibunya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

indah 110

indah 110

Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩

2025-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. AIRILIA
2 Bab 2. DO dari kampus
3 Bab 3. Dinda
4 Bab 4. Sumi Sakit
5 Bab 5. Gilbert
6 Bab. 6 Sumi pingsan
7 Bab. 7. Dinda hamil
8 Bab 8. Putus
9 Bab 9. Aluna hamil
10 Bab 10. Mimisan
11 Bab 11. Aluna pulang
12 Bab 12. Reza datang
13 Bab 13. Persiapan pernikahan
14 Bab 14. Menikah siri
15 Bab 15. Rumah sakit
16 Bab 16. Kanker darah
17 Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18 Bab 18. Rujak Mangga
19 Bab 19. Menemui Aluna
20 Bab 20. Surprise
21 Bab 21. Kecelakaan
22 Bab 22. Aku bukan pembunuh
23 Bab 23. Diusir dari rumah
24 Bab 24. Acara empat bulanan
25 Bab 25 Andini
26 Bab 26. Air Doa
27 Bab 27. Menemukan surat dan atm
28 Bab 28. Kedatangan pak RT
29 Bab 29. Selembar photo
30 Bab 30. Pindah Rumah
31 Bab 31. pembantu
32 Bab 32. Rumah sakit jiwa
33 Bab 33. Rakha Marah
34 Bab 34. Andira Kabur
35 Bab 35. Rakha minta maaf
36 Bab 36. Andira pulang
37 Bab 37. Menemukan petunjuk
38 Bab 38. Reza pusing
39 Bab 39. Rencana licik Aluna
40 Bab 40. Permintaan Airilia
41 Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42 Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43 Bab 43. Aira Maharani
44 Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45 Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46 Bab 46. Bertemu Renata
47 Bab 47. Andini atau Andira
48 Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49 Bab 49. Ide Andira
50 Bab 50. Aluna Kerja
51 Bab 51. Rehan Cemburu
52 Bab 52. Membujuk Dinda
53 Bab 53. Rencana Licik Nadine
54 Bab 54. Aiza Nadhira
55 Bab 55. Andira Curiga
56 Bab 56. Rakha pulang
57 Bab 57. Wisuda
58 Bab 58. Kebun Binatang
59 Bab 59. Kembali Pulang
60 Bab 60. Keysa Calista
61 Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62 Bab 62. Aira sakit
63 Bab. 63 Andira mencari tahu
64 Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65 Bab 65. Magang
66 Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67 Bab 67. Reza disekap Dion
68 Bab 68. Pantai
69 Bab 69. Mencari Aluna
70 Bab 70. Aluna pulang kampung
71 Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72 Bab 72. Luekimia
73 Bab 73. Makan Malam
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1. AIRILIA
2
Bab 2. DO dari kampus
3
Bab 3. Dinda
4
Bab 4. Sumi Sakit
5
Bab 5. Gilbert
6
Bab. 6 Sumi pingsan
7
Bab. 7. Dinda hamil
8
Bab 8. Putus
9
Bab 9. Aluna hamil
10
Bab 10. Mimisan
11
Bab 11. Aluna pulang
12
Bab 12. Reza datang
13
Bab 13. Persiapan pernikahan
14
Bab 14. Menikah siri
15
Bab 15. Rumah sakit
16
Bab 16. Kanker darah
17
Bab 17. Mencari Alamat Rumah Aluna
18
Bab 18. Rujak Mangga
19
Bab 19. Menemui Aluna
20
Bab 20. Surprise
21
Bab 21. Kecelakaan
22
Bab 22. Aku bukan pembunuh
23
Bab 23. Diusir dari rumah
24
Bab 24. Acara empat bulanan
25
Bab 25 Andini
26
Bab 26. Air Doa
27
Bab 27. Menemukan surat dan atm
28
Bab 28. Kedatangan pak RT
29
Bab 29. Selembar photo
30
Bab 30. Pindah Rumah
31
Bab 31. pembantu
32
Bab 32. Rumah sakit jiwa
33
Bab 33. Rakha Marah
34
Bab 34. Andira Kabur
35
Bab 35. Rakha minta maaf
36
Bab 36. Andira pulang
37
Bab 37. Menemukan petunjuk
38
Bab 38. Reza pusing
39
Bab 39. Rencana licik Aluna
40
Bab 40. Permintaan Airilia
41
Bab 41. Rumah Aluna Dijual
42
Bab 42 Aluna Pergi Jauh
43
Bab 43. Aira Maharani
44
Bab 44. Aluna Pergi Ke Jakarta
45
Bab 45. Mila Berhenti Bekerja
46
Bab 46. Bertemu Renata
47
Bab 47. Andini atau Andira
48
Bab 48. Airilia bertemu Rakha
49
Bab 49. Ide Andira
50
Bab 50. Aluna Kerja
51
Bab 51. Rehan Cemburu
52
Bab 52. Membujuk Dinda
53
Bab 53. Rencana Licik Nadine
54
Bab 54. Aiza Nadhira
55
Bab 55. Andira Curiga
56
Bab 56. Rakha pulang
57
Bab 57. Wisuda
58
Bab 58. Kebun Binatang
59
Bab 59. Kembali Pulang
60
Bab 60. Keysa Calista
61
Bab 61. Airilia bertemu Gilbert
62
Bab 62. Aira sakit
63
Bab. 63 Andira mencari tahu
64
Bab 64. Awal kehilangan sertifikat berujung menemukan AIRILIA
65
Bab 65. Magang
66
Bab 66. Andira Bertemu Airilia
67
Bab 67. Reza disekap Dion
68
Bab 68. Pantai
69
Bab 69. Mencari Aluna
70
Bab 70. Aluna pulang kampung
71
Bab 71. Bertemu anak kecil mirip Reza
72
Bab 72. Luekimia
73
Bab 73. Makan Malam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!