Bagian ke sembilan belas

Hari sudah pagi, dan rasa pegal langsung mengerumuni tubuh Anggi begitu dia membuka kedua matanya dengan perlahan. Kemilau cahaya matahari yang menembus tirai kamar menyadarkan Anggi kalau sekarang dia harus bangkit dan membereskan diri. Meskipun ini akhir pekan, bukan berarti dia bisa berleha-leha di atas ranjang satu harian penuh tanpa melakukan apa pun yang berguna. Setidaknya, dia harus bangun cepat dan membuat semangkuk sup hangat yang mungkin bisa menghilangkan rasa pengar yang tengah dideritanya saat ini. 

Anggi ingat, kalau kemarin dia meminum minuman alkohol terlalu banyak dan membuat tubuhnya berakhir seperti papan pagi ini. Begitu tegang, dan siap patah, andaikan dia tidak berhati-hati untuk menggerakkan otot-ototnya. 

Dia juga ingat, kalau kemarin dia membiarkan Damar memeluk tubuhnya dan membawanya keluar dari klub malam tersebut. Hanya saja, setelah itu dia tidur dan tidak sadarkan diri lagi hingga akhirnya dia bangun pagi ini. 

"Ah…, gue ini kenapa sih?! Nyebelin banget!" rutuk Anggi kesal, semakin membenamkan wajahnya ke atas bantal, dan menghirup aroma yang menguar dari benda itu dalam-dalam. 

Sadar akan sesuatu, Anggi pun segera bangkit dari posisi tidurnya --seolah tubuhnya sedang baik-baik saja-- dan menatap horor ranjang yang saat ini dia duduki. 

Tunggu sebentar…. Pikir Anggi panik, lalu melihat ke sekeliling ruangan yang merupakan kamar dari seseorang tersebut. 

"Ini bukan kamar gue!" pekik Anggi langsung, melompat turun dari atas ranjang dan menatap ngeri pada sprei ranjang tersebut yang terlibat begitu berantakan. 

Ada dua bantal di atas ranjang, dan terdapat tanda-tanda kalau kedua sisi ranjang tersebut bekas ditiduri oleh dua orang. 

Siapa? 

Kalau satu sisi ranjang ditempati olehnya, lalu satu lagi siapa? 

"Kamu udah bangun?"

Anggi yang masih menebak dengan keras siapa kira-kira orang yang benar-benar ditemuinya sebelum pingsan, terkejut ketika pintu kamar tersebut terbuka dan menampilkan sosok Damar yang membawakan sebuah nampan berisi makanan ke dalamnya. 

"Pagi, Sayang…." Sapa pria itu manis, tersenyum dengan sangat lebar, hingga membuat Anggi merasa takut dan mundur beberapa langkah. 

"L--lo…!" tuding Anggi gemetaran, dengan punggungnya yang sudah menempel pada dinding kamar yang berwarna krem. 

"Nga--ngapain lo di sini? Dan… dan kenapa gue juga ada di sini? Maksud gue, ini bukan kamar gue! Dan jelas ini juga bukan salah satu kamar yang ada di apartemen gue. Ini dimana? Dan kenapa gue bisa ada di tempat ini?!" tanya Anggi panjang, dengan nada suara panik bercampur emosi, pada Damar yang hanya diam menatap wajahnya dengan sorot mata yang datar, tidak terbaca. 

"Ini apartemen gue. Dan gue yang bawa lo ke mari." Ujar pria itu dingin, kembali dengan tata bahasanya yang buruk, khas pria brengsek yang tidak memiliki sifat lembut dalam hatinya. 

"Hah?! Apartemen lo?!" pekik Anggi sekali lagi, memperhatikan sekilas ruangan beraroma maskulin itu dan mendengus. 

Benar…. Harusnya dia sadar, kalau sejak bangun dari tidur tadi, dia seperti mengenal aroma yang melayang di sekitar tubuhnya. Bau yang dulu setiap hari dia cium, dan hampir tidak bisa tidur jika tidak menciumnya pada malam hari. 

"Tadi malam lo mabuk berat. Gue cuma--"

"Nggak semestinya lo bawa gue nginap di apartemen lo kayak gini." Sela Anggi cepat, terlihat sangat marah, ketika mendapati dirinya ternyata hanya mengenakan pakaian dalam --maksudnya masih berlapis tanktop dan juga celana karet pendek-- di tubuhnya. 

Dengan cepat dia mencari di mana letak pakaiannya dan segera meraihnya, begitu dia melihat semua benda itu tengah tergantung di sebuah rak kecil di kamar tersebut. 

"Nggi,"

"Gue nggak tau kenapa lo bisa terpikir buat bawa gue ke sini daripada nganterin gue ke apartemen. Apa di mata lo, gue ini sama kayak cewek-cewek yang sering lo bawa nginep di tempat ini?" oceh Anggi memasang pakaiannya, dengan posisi membelakangi Damar yang masih berdiri memegang nampan. 

"Biarpun gue terkesan murahan, tapi setidaknya, gue nggak lebih murah dari cewek-cewek lo yang lainnya."

"Nggi!"

Anggi membalikkan tubuhnya dengan cepat, menatap geram pada Damar yang juga tampak kesal memandangnya. 

Kini, dengan pakaian yang sudah melekat sempurna di tubuhnya --meskipun tidak begitu rapi--, Anggi berjalan mendekati Damar yang masih mengatur napasnya karena emosi. 

"Demi apa pun, gue lebih milih terlantar di jalanan, ketimbang dibawa pulang sama cowok kayak lo! Terserah, orang mau anggap gue gelandangan kek, karena udah tiduran di pinggir jalan, setidaknya gue nggak harus disentuh sama orang kayak lo!" tuding Anggi angkuh, sontak membuat Damar merasa marah dan meletakkan nampannya di atas ranjang. 

"Orang kayak gue? Emang, orang kayak gue itu gimana? Brengsek?" dengus Damar bertolak pinggang, berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan sang mantan istri. Mereka seperti tengah perang urat syaraf, yang mana keduanya tampak tidak terima dengan ucapan satu sama lain. 

"Brengsek? Hmph! Gue malah merasa sekarang kata itu terlalu bagus buat lo." Ejek Anggi kemudian, semakin membuat Damar marah dan ingin mencacah wanita itu jika bisa. 

"Apa? Lo bilang--"

"Kalau ada hal yang lebih buruk daripada kata brengsek, itu adalah elo!" tuding Anggi menyela, menunjuk sebelah dada Damar keras, hingga terdorong sedikit ke belakang. 

Sesaat, Damar mencoba menahan amarahnya. Dia mencengkram pegangan nampan erat, hingga nampan tersebut bergetar dengan hebat. 

Sedangkan Anggi, melihat Damar seolah bungkam, mendenguskan napasnya muak, dan berniat pergi dari apartemen pria itu. 

Namun, belum sempat keluar, Damar yang merasa sudah tidak bisa menahan emosi lagi, langsung melemparkan nampan tersebut ke atas lantai, dan berbalik mengejar Anggi yang sudah mencapai pintu kamar hendak keluar. 

Tap! 

Saat pergelangannya ditangkap, Anggi refleks berbalik dan menatap jengkel kepada Damar. 

"Lo?! Apaan, sih?!"

Baru akan protes, tubuh Anggi yang terbilang cukup besar itu pun langsung melayang di udara, dengan lengan kokoh Damar yang memegang pinggangnya. 

"HEH! LO MAU APA, BRENGSEK! TURUNIN GUE! HEH! TURUNIN GUE!"

Bersambung….

Episodes
1 Prolog
2 Bagian pertama
3 Bagian kedua
4 Bagian ketiga
5 Bagian keempat
6 Bagian kelima
7 Bagian keenam
8 Bagian ke tujuh
9 Bagian ke delapan
10 Bagian ke sembilan
11 Bagian ke sepuluh
12 Bagian ke sebelas
13 Bagian ke dua belas
14 Bagian ke tiga belas
15 Bagian ke empat belas
16 Bagian Ke Lima Belas
17 Bagian ke enam belas
18 Bagian ke tujuh belas
19 Bagian ke delapan belas
20 Bagian ke sembilan belas
21 Bagian ke dua puluh
22 Bagian ke dua puluh satu
23 Bagian ke dua puluh dua
24 Bagian dua puluh tiga
25 Bagian dua puluh empat
26 Bagian dua puluh lima
27 Bagian dua puluh enam
28 Bagian dua puluh tujuh
29 Bagian dua puluh delapan
30 Bagian dua puluh sembilan
31 Bagian tiga puluh
32 Bagian tiga puluh satu
33 Bagian tiga puluh dua
34 Bagian tiga puluh tiga
35 Maaf
36 Bagian tiga puluh empat
37 Bagian tiga puluh lima
38 Bagian tiga puluh enam
39 Bagian tiga puluh tujuh
40 Bagian tiga puluh delapan
41 Bagian tiga puluh sembilan
42 Bagian ke empat puluh
43 Bagian empat puluh satu
44 Bagian empat puluh dua
45 Bagian Empat Puluh Tiga
46 Bagian empat puluh empat
47 Bagian empat puluh lima
48 Bagian Empat Puluh Enam
49 Bagian Empat Puluh Tujuh
50 Bagian Empat Puluh Delapan
51 Bagian Empat Puluh Sembilan
52 Bagian Lima Puluh
53 Bagian Lima Puluh Satu
54 Bagian Lima Puluh Dua
55 Bagian Lima Puluh Tiga
56 Mr. Evan's Brides
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Prolog
2
Bagian pertama
3
Bagian kedua
4
Bagian ketiga
5
Bagian keempat
6
Bagian kelima
7
Bagian keenam
8
Bagian ke tujuh
9
Bagian ke delapan
10
Bagian ke sembilan
11
Bagian ke sepuluh
12
Bagian ke sebelas
13
Bagian ke dua belas
14
Bagian ke tiga belas
15
Bagian ke empat belas
16
Bagian Ke Lima Belas
17
Bagian ke enam belas
18
Bagian ke tujuh belas
19
Bagian ke delapan belas
20
Bagian ke sembilan belas
21
Bagian ke dua puluh
22
Bagian ke dua puluh satu
23
Bagian ke dua puluh dua
24
Bagian dua puluh tiga
25
Bagian dua puluh empat
26
Bagian dua puluh lima
27
Bagian dua puluh enam
28
Bagian dua puluh tujuh
29
Bagian dua puluh delapan
30
Bagian dua puluh sembilan
31
Bagian tiga puluh
32
Bagian tiga puluh satu
33
Bagian tiga puluh dua
34
Bagian tiga puluh tiga
35
Maaf
36
Bagian tiga puluh empat
37
Bagian tiga puluh lima
38
Bagian tiga puluh enam
39
Bagian tiga puluh tujuh
40
Bagian tiga puluh delapan
41
Bagian tiga puluh sembilan
42
Bagian ke empat puluh
43
Bagian empat puluh satu
44
Bagian empat puluh dua
45
Bagian Empat Puluh Tiga
46
Bagian empat puluh empat
47
Bagian empat puluh lima
48
Bagian Empat Puluh Enam
49
Bagian Empat Puluh Tujuh
50
Bagian Empat Puluh Delapan
51
Bagian Empat Puluh Sembilan
52
Bagian Lima Puluh
53
Bagian Lima Puluh Satu
54
Bagian Lima Puluh Dua
55
Bagian Lima Puluh Tiga
56
Mr. Evan's Brides

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!