Bab 19 Masa lalu Raina

Malam ini Raina terlihat gelisah. apalagi saat ini, fero menghubunginya terus menerus tanpa henti.

Raina enggan mengangkat panggilan dari, fero. sebab dia tahu, apa yang akan fero katakan kepadanya.

Tok... tok... tok...

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Raina yang belum tidur pun, membuka pintu itu.

"Kamu. Apa yang kamu lakukan di sini?" Raina seketika terkejut, melihat keberadaan arsenio di depan kamarnya.

Arsenio tidak menjawab pertanyaan Raina. dia memilih masuk ke dalam kamarnya, tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Raina menghela nafas kasar, melihat sikap arsenio seperti itu. dia pun menutup pintu kamarnya, sebelum ada orang yang melihat keberadaan arsenio di kamarnya.

"Bukannya, ini sudah malam. Aku mau beristirahat." ucap Raina, pelan.

Arsenio seketika, melirik jam dinding dan waktu menunjukkan pukul sembilan malam.

"Apa aku menganggu waktu mu?" tanya arsenio, tersenyum remeh.

"Iya kamu...."

Raina menghentikan ucapannya, saat tiba-tiba ponselnya berbunyi kembali.

Arsenio yang berada dekat dengan ponsel Raina, ikut memperhatikan ponsel Raina. dia yang penasaran pun, langsung mengambil ponsel Raina.

Arsenio memperhatikan layar ponsel Raina. dia pun melihat nama 'Tuan fero', yang tertera di layar.

Raina yang tidak mau terjadi salah paham pun, segera mengambil ponselnya. namun sayang, arsenio tidak memberikannya.

"Berikan ponsel itu pada, ku." titah Raina, mencoba meraih ponselnya.

Arsenio menyeringai. dia sangat penasaran, dengan apa yang akan di katakan oleh fero pada istrinya itu. dia pun segera mengangkat panggilan, dari fero.

"Halo, Raina? Kenapa kamu mengabaikan panggilan, ku? Kamu sekarang berada di mana, Raina? Kembalilah ke rumah ku. Aku sangat merindukan, mu." ucap fero dari seberang telepon.

Raina membulatkan mata, saat mendengar suara fero yang memanggilnya. dia pun melihat sekilas pada arsenio, yang terlihat kesal ketika mendengar perkataan fero.

Arsenio merasakan dadanya bergemuruh. dia pun merasa tidak suka, dengan cara berbicara fero yang terkesan sangat merindukan Raina.

Dia yang terlanjur kesal pun, memutuskan panggilan sepihak. "Jadi ini, yang kamu lakukan? Apa kamu lupa dengan status, mu?" tanya arsenio dingin.

Raina menggeleng pelan. "Kamu jangan salah paham dulu. Dia bukan siapa-siapa. Dia hanya...."

"Hanya siapa? Aku kira, selama ini kamu seorang kakak yang baik! Mungkin adik mu akan kecewa, dengan sikap mu ini!" Arsenio menggenggam erat ponsel Raina. dia benar-benar marah saat ini, merasa harga dirinya di rendahkan.

Raina mengepalkan tangan. hal yang dia takutkan akhirnya terjadi. arsenio saat ini sedang salah paham, padanya.

"Kenapa kamu diam? Apa yang aku katakan benar, kan?" tanya arsenio kembali, dengan nada dingin.

"Apa kamu akan mendengarkan penjelasan, ku? Apa kamu yakin, bisa menerima semuanya?"

Arsenio terdiam, melihat sikap Raina yang terlihat serius. "Katakan." titahnya dingin.

Raina menghela nafas. dia pun mengumpulkan keberanian, untuk menceritakan tentang masa lalunya.

Raina akan menceritakan semuanya pada arsenio, meskipun dia belum yakin bagaimana sikap arsenio setelah mendengarkan ceritanya.

"Dulu, aku mencoba mencari pekerjaan ke sana kemari, untuk bisa mencukupi kebutuhan kami berdua. Awalnya fikri, tidak mengizinkan ku untuk bekerja. Namun aku memohon pada fikri, untuk mengizinkan ku bekerja." papar Raina, mulai bercerita.

"Di kota, berkali-kali semua orang menolak lamaran, ku. Namun ada satu orang, yang menerima ku bekerja. Dia adalah nona Merlin, ibu dari tuan fero. Dia sangat baik pada ku. Bahkan nyonya Merlin, sudah menganggap ku sebagai anaknya."

Arsenio mendengarkan cerita Raina, tanpa ingin menyelanya. sebenarnya dia juga tahu, siapa itu Merlin.

"Dari situlah aku mulai bekerja pada keluarga, tuan fero. Sampai pada suatu hari, aku selalu mendapatkan perlakuan buruk darinya."

"Apa yang dia lakukan pada, mu?" sela arsenio cepat.

Raina mengepalkan tangannya. dia sebenarnya enggan, untuk mengingat apa yang sudah di lakukan fero kepadanya.

"Dia hampir saja melecehkan, ku. Jika saja tidak ada nyonya Merlin, mungkin hal buruk sudah terjadi pada ku." Dengan mata yang berkaca-kaca Raina pun, mencoba untuk kuat menceritakan semuanya pada arsenio.

Arsenio mengeraskan rahangnya, ketika mendengar kenyataan pahit yang Raina alami selama bekerja di kota. dia benar-benar tidak percaya, jika fero sangat berani melakukan hal itu.

"Lalu, kenapa kamu tidak berhenti bekerja, dan keluar dari rumah itu?" tanya arsenio dingin.

"Tuan fero selalu mengancam, ku. Jika aku berhenti bekerja, maka dia akan membunuh fikri. Bahkan dia tidak segan-segan melakukan apapun, demi menghalangi ku untuk keluar dari rumah itu." jawab Raina pelan.

Arsenio seketika menggeram marah. andai saja Raina tahu, jika orang yang sudah membunuh fikri adalah fero. dapat dia pastikan, jika Raina akan sangat marah dan kecewa.

"Mulai malam ini tidurlah di kamar, ku. Aku ingin kamu segera melakukan, apa yang sudah kita sepakati."

Arsenio tiba-tiba saja berlalu dari hadapan, Raina. tanpa ingin mengomentari cerita Raina, dia pun segera pergi dari sana.

"Tidak. Aku tidak mau tidur di kamar, mu!" ucap Raina, membantah perintah arsenio.

Arsenio menghentikan langkahnya. dia pun melirik sekilas pada Raina, yang tetap pada pendiriannya.

"Jika laki-laki itu bisa mengancam, mu. Maka aku juga bisa melakukan hal yang lebih, darinya." balas arsenio, dengan nada beratnya.

Raina seketika tersentak, mendengar ucapan arsenio. lagi-lagi dirinya tidak bisa berkutik, setelah mendapatkan ancaman dari arsenio.

Raina terpaksa mengikuti arsenio menuju, ke kamarnya. meskipun saat ini pikirannya berkecamuk, memikirkan apa yang akan arsenio lakukan kepadanya.

Arsenio tersenyum penuh kemenangan. dia sudah yakin, jika Raina tidak akan mampu menolak perintahnya.

Di depan kamar arsenio, terlihat Raina semakin gelisah. hal itu pun tidak luput dari perhatian arsenio. sebenarnya arsenio pun, enggan melakukan hal ini. jika saja bukan karena wasiat kakeknya, maka arsenio akan tetap memegang prinsipnya.

"Masuk." Arsenio berdiri di ambang pintu. dia memberi perintah pada Raina untuk masuk ke dalam kamarnya.

Raina melangkahkan kaki perlahan. jantungnya berdegup kencang, saat untuk pertama kalinya dia memasuki kamar arsenio yang terlihat besar, rapi dan juga bersih.

Arsenio menutup pintunya dan menguncinya. dia pun menyimpan ponsel Raina, yang masih di bawanya. setelah itu dia pun pergi ke kamar mandi, untuk membersihkan diri dulu.

Raina menghela nafas, melihat arsenio sudah masuk ke dalam kamar mandi. kini dia mencoba memperhatikan sekeliling kamar arsenio, yang membuatnya berdecak kagum.

Dia pun tersenyum tipis saat tahu, jika suaminya itu tipe laki-laki yang sangat memperhatikan kebersihan.

Cklek...

Pintu kamar mandi pun terbuka. arsenio keluar dengan hanya memakai handuk, yang menutupi tubuh bagian bawahnya.

Raina pun sontak memalingkan wajahnya, saat melihat pahatan indah yang terpampang di depan matanya.

Arsenio melirik sekilas pada Raina. dia pun tersenyum miring, melihat sikap Raina saat ini.

"Apa kamu sudah siap melakukannya?" Arsenio menghampiri Raina, yang duduk di tepi ranjang.

"A-aku...? Kenapa secepat ini? Bukannya aku sudah bilang, jika aku akan melakukan semuanya kalau di antara kita.... "

"Saling menerima." sela arsenio cepat, tersenyum remeh. "Aku tidak akan melupakan syarat dari, mu. Dan aku akan mencoba menerima pernikahan ini, meskipun demi mendapatkan apa yang aku mau." sambungnya sinis.

Raina menundukkan kepalanya, mengepalkan tangan yang menandakan jika saat ini dirinya, sedang marah. perkataan arsenio, sangat melukai hatinya.

"Jadi bagaimana?" Arsenio mendorong tubuh Raina, hingga terlentang. setelah itu, dia pun mengukungnya.

Raina yang terkejut, menatap lekat wajah arsenio yang jaraknya sangat dekat dengannya. dia dapat melihat wajah tampan arsenio, yang terlihat mempesona.

'Aku yakin, abang adalah orang yang tepat untuk melindungi kakak, ku. Apa abang mau janji kepada ku, untuk menjaga kakak, ku.'

Arsenio, tiba-tiba saja menghentikan pergerakannya. ketika kata-kata almarhum fikri, terngiang-ngiang kembali di telinganya.

Dia pun pergi begitu saja, meninggalkan Raina yang terlihat heran melihat sikap arsenio saat ini.

"Dia kenapa? Ya Tuhan, aku berharap dia membatalkan niatnya." gumam Raina, melihat kepergian arsenio.

Terpopuler

Comments

Merica Bubuk

Merica Bubuk

Goblig jg kau, Arsen 😡
Hanya krna warisan kau ancam Raina pdhal tanpa Fikri kau dah Modar di tangan si Fero

2025-04-04

0

Merica Bubuk

Merica Bubuk

Arsen, gw getok pala kau pake popor pistol, mau 😡😡😡

2025-04-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Aku rindu kakak
3 Bab 3 Mulai bekerja
4 Bab 4 Naik helikopter
5 Bab 5 Keinginan fikri
6 Bab 6 Kekejaman arsenio
7 Bab 7 Tertembaknya fikri
8 bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9 Bab 9 Kembalikan adik ku !
10 bab 10 Kesedihan Raina
11 Bab 11 Kesedihan Raina 2
12 Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13 Bab 13 Sikap dingin arsenio
14 Bab 14 Berusaha meminta maaf
15 Bab 15 Hasil pencarian Raina
16 Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17 Bab 17 Perjanjian pernikahan
18 Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19 Bab 19 Masa lalu Raina
20 Bab 20 Malam yang gagal
21 Bab 21 Bertemu dengan fero
22 Bab 22 Kekesalan arsenio
23 Bab 23 Pengakuan arsenio
24 Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25 Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26 Bab 26 Anak buah fero
27 Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28 Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29 Bab 29 Arsenio mulai berulah
30 Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31 Bab 31 Kemarahan Andreas
32 Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33 Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34 Bab 34 Drama di pagi hari
35 Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36 Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37 Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38 Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39 Bab 39 Tanda merah
40 Bab 40 Kembali ke indonesia
41 Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42 Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43 Bab 43 Selamatkan Raina
44 Bab 44 Perhatian Arsenio
45 Bab 45 Kemarahan Arsenio
46 Bab 46 Antara rindu dan candu
47 Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48 Bab 48 Kejutan di pesta
49 Bab 49 Rencana licik Joana
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Aku rindu kakak
3
Bab 3 Mulai bekerja
4
Bab 4 Naik helikopter
5
Bab 5 Keinginan fikri
6
Bab 6 Kekejaman arsenio
7
Bab 7 Tertembaknya fikri
8
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9
Bab 9 Kembalikan adik ku !
10
bab 10 Kesedihan Raina
11
Bab 11 Kesedihan Raina 2
12
Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13
Bab 13 Sikap dingin arsenio
14
Bab 14 Berusaha meminta maaf
15
Bab 15 Hasil pencarian Raina
16
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17
Bab 17 Perjanjian pernikahan
18
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19
Bab 19 Masa lalu Raina
20
Bab 20 Malam yang gagal
21
Bab 21 Bertemu dengan fero
22
Bab 22 Kekesalan arsenio
23
Bab 23 Pengakuan arsenio
24
Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25
Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26
Bab 26 Anak buah fero
27
Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29
Bab 29 Arsenio mulai berulah
30
Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31
Bab 31 Kemarahan Andreas
32
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33
Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34
Bab 34 Drama di pagi hari
35
Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36
Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37
Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38
Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39
Bab 39 Tanda merah
40
Bab 40 Kembali ke indonesia
41
Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42
Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43
Bab 43 Selamatkan Raina
44
Bab 44 Perhatian Arsenio
45
Bab 45 Kemarahan Arsenio
46
Bab 46 Antara rindu dan candu
47
Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48
Bab 48 Kejutan di pesta
49
Bab 49 Rencana licik Joana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!