Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas

Arsenio menatap serius, ke arah bawah. dimana raina dan dila, sedang membicarakan sesuatu.

"Arsen." panggil Morgan sekali lagi. "Apa yang sedang kamu lihat?" tanyanya, mengikuti arah pandang arsenio.

Arsenio menatap tajam Morgan. dia pun memilih tidak menjawab pertanyaan Morgan, dan memilih pergi dari sana.

Morgan seketika mengernyitkan dahi, melihat sikap arsenio kepadanya. dia pun tidak bertanya lagi, dan mengikuti langkah arsenio.

Raina dan dila tiba-tiba saja terdiam, setelah melihat kedatangan arsenio.

Dila segera pergi dari sana, untuk mempersiapkan sarapan untuk semuanya.

"Selamat pagi." sapa Raina, kepada arsenio.

Tidak sahutan dari arsenio. hal itu pun membuat Raina merasa sedikit heran, dengan sikap arsenio yang menurutnya sangat pelit berbicara.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Kali ini Morgan bertanya, pada Raina. sebab dia tahu, jika arsenio tidak akan menjawab sapaan dari Raina.

Raina tersenyum tipis. setidaknya masih ada orang yang mau berbicara dengan dirinya. meskipun, itu bukanlah arsenio.

"Aku sedang membersihkan ruangan ini." jawabnya sopan.

Morgan pun mengangguk pelan. kini tatapannya beralih pada arsenio, yang berdiri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Raina yang sama bingungnya dengan, Morgan. tidak ingin tetap di sana, dia pun memilih pergi dari sana.

"Kalau begitu aku permisi dulu."

Morgan mengangguk pelan, sebagai jawaban. namun tidak untuk arsenio yang terlihat acuh.

Raina pun pergi dari hadapan mereka. dia tidak lagi melihat ke arah, arsenio dan Morgan.

"Kenapa sikap mu seperti ini, arsen? Apa kamu tidak kasihan pada dia?" tanya Morgan, melirik sekilas pada arsenio.

"Dia tidak penting bagi ku. Jadi... biarkan saja. " Arsenio menjawab dengan nada dingin dan sinis. setelah itu, dia pergi meninggalkan Morgan.

"Aku harap suatu saat kamu menarik kata-kata mu, arsen. Ada masanya, kamu akan merasa jika Raina penting untuk hidup mu." gumam Morgan tegas.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di perusahaan arsenio

Kini waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. arsenio yang sedang berkutat dengan laptopnya, harus terganggu oleh kehadiran seseorang yang datang bersama Morgan.

"Maaf arsen. Pengacara keluarga kakek mu datang, untuk membicarakan hal penting dengan mu." Morgan pun mempersilahkan seorang laki-laki paruh baya berwajah tegas, untuk duduk di kursi.

Pria yang di ketahui bernama johan itu, membungkuk hormat dan tersenyum ketika melihat, arsenio. dia pun mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan, dengan arsenio.

Morgan berdiri di samping arsenio. dia pun, ikut memperhatikan tuan johan.

"Selamat pagi tuan arsenio. Bagaimana kabar anda?" Tuan johan, mengulurkan tangannya.

"Kabar ku baik, tuan johan." balas arsenio dingin. "Apa yang membuat anda datang ke sini?"

Tuan johan tersenyum tipis. dia sama sekali tidak terganggu dengan sikap arsenio. sebab dari dulu dia sangat tahu, bagaimana sikap cucu dari kliennya itu.

"Kedatangan saya ke sini ingin memberitahu, jika waktu kemarin tuan Andreas menemui saya. Dia pun menanyakan perihal harta milik kakek anda, tuan." jawaban menjelaskan.

Arsenio seketika mengeraskan rahangnya. dia pun marah saat tahu, jika ayahnya yang selama ini tidak pernah menyayanginya kini datang kembali dengan menanyakan harta milik, kakeknya.

"Lalu apa yang anda katakan pada dia?" tanya arsenio dingin.

Tuan johan menatap serius arsenio. "Saya memberitahu tuan Andreas, jika harta milik tuan arman jatuh pada anda tuan. Dan saya juga meminta beliau, untuk melakukan pertemuan dengan anda untuk membahas isi surat wasiat dari tuan arman, mengenai harta warisan."

Arsenio seketika menatap tajam, tuan johan. "Apa maksud mu, surat wasiat? Bukannya kakek sudah memberikan semua hartanya, pada ku?" tanyanya tidak Terima.

Tuan johan mengangguk pelan. "Benar tuan arsenio. Tapi, waktu itu saya di minta oleh tuan arman, untuk tidak memberitahu dulu semuanya. Dan sepertinya kali ini adalah waktu yang tepat, untuk anda dan tuan Andreas mengetahui isi surat wasiat itu."

Arsenio menghela nafas kasar. "Beritahu aku, kapan waktunya?"

"Lebih cepat lebih baik, tuan. Sebaiknya hari ini, kita rencanakan pertemuan dengan tuan Andreas. Dengan begitu, kita bisa sama-sama tahu apa isi surat wasiat itu." ujar tuan johan, memberikan saran.

Arsenio pun, menyetujui saran tuan johan. dia pun segera memberi perintah pada Morgan, untuk menjadwalkan pertemuan dengan ayah kandungnya itu.

3 jam kemudian

"Selamat siang tuan johan." Seorang laki-laki, bertubuh tinggi dan berwajah tampan menyapa tuan johan, yang sedang duduk bersama arsenio. dia adalah Andreas gaozan, ayah kandung dari arsenio.

Tuan johan pun, melihat ke arah suara. dia pun bangkit berdiri dan tersenyum, membalas sapaan Andreas.

" Selamat siang, tuan Andreas. Mari, silahkan duduk." balasnya sopan.

Andreas tersenyum. kini tatapannya beralih pada arsenio, yang sama sekali tidak menyapanya. Andreas tersenyum sinis, melihat sikap putra semata wayangnya dari hasil pernikahannya, dari istri pertamanya.

"Apa kamu tidak rindu pada papah, arsen?"

Arsenio mengeraskan rahangnya. dia merasa muak, dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Andreas. rasa sakit yang berusaha dia lupakan, kini terasa lagi saat melihat sosok laki-laki yang selama ini tidak pernah memperdulikannya.

" Baiklah tuan, sepertinya kita bisa memulai tujuan kita melakukan pertemuan ini. Sekarang juga, saya akan membacakan isi surat wasiat dari mendiang, tuan Arman." Tuan johan yang paham akan suasana hati arsenio pun, segera angkat bicara. dia tidak mau sampai terjadi keributan, antara ayah dan anak di hadapannya itu.

"Cepat katakan tuan johan. Aku yakin, jika ayah memberikan semua hartanya untuk ku. Karena bagaimana pun juga, aku adalah anak satu-satunya, ayah." sela Andreas, percaya diri dan tersenyum sinis.

Arsenio menggeram dalam hati, mendengar perkataan Andreas. dia benar-benar tidak menyangka, jika orang tuanya itu sama sekali tidak memperlihatkan rasa bersalahnya. hal itu pun yang membuat arsenio kini, semakin membenci papahnya.

Tuan johan hanya tersenyum tipis. dia pun, mengambil sebuah surat dan segera membacanya.

Arsenio dan Andreas pun, mendengarkan dengan seksama isi dari surat wasiat itu. mereka terlihat serius, mendengar apa saja yang di tulis oleh Arman sebelum meninggal.

"Pertama, tuan arman menuliskan jika semua hartanya dia berikan pada cucunya yang bernama, Arsenio gaozan." ucap tuan johan tegas.

Arsenio tersenyum tipis nyaris tidak terlihat. dia merasa menang satu langkah, dari papahnya.

Sebaliknya Andreas, terlihat tidak Terima dengan isi surat wasiat itu. dia hendak melayangkan protes, namun dia tahan ketika tuan johan kembali membaca isi surat wasiat itu.

"Tuan arman pun, memberikan dua puluh persen harta warisannya pada putranya bernama, Andreas gaozan. Itu pun dengan syarat, tuan Andreas harus meminta maaf pada tuan arsenio atas kesalahannya, beberapa tahun lalu. Maka jika sudah melakukan hal itu, harta tersebut mutlak milik tuan Andreas."

BRAKKK...!

"Apa-apaan ini! Bagaimana ayah hanya memberikan hartanya pada ku, sangat sedikit! Aku putranya, sedangkan dia hanya cucunya! Ini benar-benar tidak adil!" ucap Andreas marah.

Dengan nafas yang memburu, Andreas menatap tajam arsenio yang tersenyum penuh kemenangan.

Suasana di antara mereka kini menjadi tegang. apalagi dengan sikap Andreas, yang terlihat sangat arogan.

"Maaf tuan Andreas, bisakah anda tenang sedikit saja. Saya masih belum selesai, membaca isi suratnya." Dengan nada tegas, tuan johan pun menatap Andreas dengan tajam.

Andreas mencoba tenang. dia pun kembali mendengarkan perkataan tuan johan, meskipun dengan hati yang masih tidak terima.

"Tuan arsenio, akan menjadi pewaris mutlak kekayaan tuan arman, jika secepatnya mempunyai pendamping hidup dan juga keturunan. Dan jika kedua syarat itu belum terpenuhi, maka hak kepemilikan harta akan di tunda." ujar tuan johan, tegas.

Arsenio yang awalnya tersenyum penuh kemenangan. kini tiba-tiba saja terdiam, saat mendengarkan beberapa syarat yang di tulis oleh kakeknya. dia merasa tidak percaya, dengan apa yang dikatakan oleh tuan johan tentang wasiat kakeknya.

Terpopuler

Comments

Merica Bubuk

Merica Bubuk

Terima Rania, Arsen... sbelum si Fero mrebut'y dr kamu & biar warisan jatuh pd km smua

2025-04-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Aku rindu kakak
3 Bab 3 Mulai bekerja
4 Bab 4 Naik helikopter
5 Bab 5 Keinginan fikri
6 Bab 6 Kekejaman arsenio
7 Bab 7 Tertembaknya fikri
8 bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9 Bab 9 Kembalikan adik ku !
10 bab 10 Kesedihan Raina
11 Bab 11 Kesedihan Raina 2
12 Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13 Bab 13 Sikap dingin arsenio
14 Bab 14 Berusaha meminta maaf
15 Bab 15 Hasil pencarian Raina
16 Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17 Bab 17 Perjanjian pernikahan
18 Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19 Bab 19 Masa lalu Raina
20 Bab 20 Malam yang gagal
21 Bab 21 Bertemu dengan fero
22 Bab 22 Kekesalan arsenio
23 Bab 23 Pengakuan arsenio
24 Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25 Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26 Bab 26 Anak buah fero
27 Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28 Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29 Bab 29 Arsenio mulai berulah
30 Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31 Bab 31 Kemarahan Andreas
32 Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33 Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34 Bab 34 Drama di pagi hari
35 Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36 Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37 Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38 Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39 Bab 39 Tanda merah
40 Bab 40 Kembali ke indonesia
41 Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42 Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43 Bab 43 Selamatkan Raina
44 Bab 44 Perhatian Arsenio
45 Bab 45 Kemarahan Arsenio
46 Bab 46 Antara rindu dan candu
47 Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48 Bab 48 Kejutan di pesta
49 Bab 49 Rencana licik Joana
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Aku rindu kakak
3
Bab 3 Mulai bekerja
4
Bab 4 Naik helikopter
5
Bab 5 Keinginan fikri
6
Bab 6 Kekejaman arsenio
7
Bab 7 Tertembaknya fikri
8
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9
Bab 9 Kembalikan adik ku !
10
bab 10 Kesedihan Raina
11
Bab 11 Kesedihan Raina 2
12
Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13
Bab 13 Sikap dingin arsenio
14
Bab 14 Berusaha meminta maaf
15
Bab 15 Hasil pencarian Raina
16
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17
Bab 17 Perjanjian pernikahan
18
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19
Bab 19 Masa lalu Raina
20
Bab 20 Malam yang gagal
21
Bab 21 Bertemu dengan fero
22
Bab 22 Kekesalan arsenio
23
Bab 23 Pengakuan arsenio
24
Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25
Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26
Bab 26 Anak buah fero
27
Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29
Bab 29 Arsenio mulai berulah
30
Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31
Bab 31 Kemarahan Andreas
32
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33
Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34
Bab 34 Drama di pagi hari
35
Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36
Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37
Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38
Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39
Bab 39 Tanda merah
40
Bab 40 Kembali ke indonesia
41
Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42
Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43
Bab 43 Selamatkan Raina
44
Bab 44 Perhatian Arsenio
45
Bab 45 Kemarahan Arsenio
46
Bab 46 Antara rindu dan candu
47
Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48
Bab 48 Kejutan di pesta
49
Bab 49 Rencana licik Joana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!