Bab 5 Keinginan fikri

Arsenio, tidak menanggapi perkataan Fikri. memilih melanjutkan pekerjaannya, merakit senjata. dia pun melirik ke arah Fikri, yang sejak tadi memperhatikannya. "Apa kamu ingin membantu ku," tanyanya acuh.

Fikri tersenyum senang, mendekati arsenio. "Memangnya aku boleh ikut membantu, bang?"

Arsenio tersenyum tipis, melihat kearah Fikri. dia pun, mengangguk sebagai jawaban.

Dengan senang hati, Fikri membantu arsenio. mereka terlihat seperti adik kakak, yang sangat kompak saat sedang serius mengerjakan perakitan senjata. bahkan arsenio terkejut, ketika melihat Fikri yang langsung paham merakit senjatanya.

Dia tidak percaya, jika pemuda polos di hadapannya bisa melakukan hal yang tidak semua orang bisa melakukannya. "Apa kamu menyukainya?" tanya arsenio dingin.

Fikri menganggukkan kepalanya. "Aku sangat menyukainya, bang. Ternyata merakit senjata, tidak susah seperti yang aku bayangkan."

Arsenio mengangguk pelan, setuju dengan apa yang di katakan oleh Fikri. dia merasa, jika kepribadiannya dengan Fikri hampir sama. mereka berdua merakit senjata, tanpa ada orang yang mengganggu mereka. sampai waktu tidak terasa, sudah pukul dua pagi.

"Selesai." seru Fikri, dengan mata yang terlihat mengantuk.

Arsenio bangkit dari duduknya. "Beristirahatlah. Besok aku akan mengantar mu ke desa," ucapnya tegas.

"Baik, bang. Terima kasih atas ilmunya." Setelah mengatakan hal itu, Fikri pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat. sebab saat ini dia merasakan, jika seluruh tubuhnya sangat sakit.

Begitu pun, dengan arsenio yang pergi untuk istirahat. sebab besok, dia harus mengantarkan Fikri ke desanya.

***

Siang ini, arsenio sudah bersiap untuk mengantarkan Fikri ke desa. namun dia terlihat cemas, melihat keadaan Fikri yang tidak seperti biasanya.

"Apa kamu baik-baik saja, fik?" Arsenio menatap Fikri lekat.

Fikri mencoba tersenyum, tidak ingin membuat arsenio khawatir kepadanya.

"Aku baik-baik saja, bang. Mungkin ini akibat aku tidur terlalu larut," jawabnya berbohong.

Padahal saat ini, Fikri merasakan seluruh tubuhnya sakit tak tertahankan. namun sebisa mungkin dia menahannya, sebab tidak ingin sampai arsenio mengetahui tentang penyakitnya ini. Fikri takut jika arsenio tahu keadaannya, maka arsenio akan menyuruhnya untuk berhenti bekerja.

Arsenio mengangguk pelan, meskipun hatinya curiga pada Fikri yang terlihat tidak baik-baik saja. namun karena Fikri berhasil meyakinkannya, maka arsenio tidak mempertanyakan lagi keadaannya Fikri.

Di dalam mobil, suasana sangat hening. sesekali arsenio, melihat ke arah Fikri yang terlihat kesakitan.

"Apa kamu baik-baik saja, Fikri?" tanyanya khawatir.

Fikri pun menoleh. "Aku baik-baik saja, bang. Hanya saja aku merasa, jika kepala ku sedikit pusing."

Arsenio pun, memberikan obat pereda nyeri yang selalu dia simpan di mobil, untuk situasi darurat. dia pun, menyuruh Fikri untuk meminumnya.

Fikri tersenyum senang, mendapatkan perhatian dari arsenio. dia pun yakin, jika sebenarnya arsenio adalah orang yang baik.

"Terima kasih, bang," ucap Fikri tulus.

Arsenio mengangguk pelan, sebagai jawaban. dia pun, kembali fokus mengemudikan mobilnya.

"Bang, apa aku boleh menanyakan sesuatu?" Fikri yang terlihat ragu pun, memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?"

Fikri menatap arsenio. "Apa, abang sudah mempunyai pendamping?"

Mendengar pertanyaan Fikri membuat arsenio, seketika menghentikan mobilnya.

"Kenapa, kamu menanyakan hal itu?" Arsenio menatap tajam Fikri, yang seketika ketakutan.

"Ti- tidak bang. Lupakan saja." Fikri pun, menundukkan kepalanya. dia terlalu takut, jika melihat sikap arsenio seperti itu.

Arsenio pun, melajukan kembali mobilnya. dia tidak habis pikir, jika Fikri akan menanyakan hal sensitif seperti itu. masalahnya, arsenio sama sekali tidak tertarik untuk mencari pasangan. sebab keluarganya yang hancur, membuatnya berprinsip tidak akan menikah bahkan mencintai seseorang.

Keadaan di dalam mobil kembali hening, sampai tidak terasa mobil arsenio pun sampai di depan rumah Fikri.

"Terima kasih bang, sudah mengantarkan aku pulang. Apa abang, tidak ingin mampir dulu?" ucap Fikri tersenyum.

"Tidak. Aku harus segera pergi." jawabnya dingin.

Fikri pun mengangguk pelan, namun sebelum arsenio pergi Fikri pun kembali berkata," Bang, maafkan perkataan ku tadi. Sungguh, aku tidak bermaksud membuat mu marah."

Arsenio melirik sekilas pada Fikri, yang tertunduk. "Tidak perlu di bahas. Jaga dirimu, baik-baik. Dan ingat, besok lusa aku akan menjemput, mu." balasnya acuh.

Fikri pun, mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Terima kasih bang. Hati-hati di jalan."

Arsenio pun tersenyum tipis. dia pun melajukan mobilnya meninggalkan Fikri, yang menatap kepergian mobil arsenio yang semakin menjauh.

Memastikan mobil arsenio sudah pergi jauh, Fikri pun segera masuk dalam rumahnya. dia menjatuhkan dirinya di ranjang kecilnya, merasakan seluruh tubuhnya semakin sakit.

"Kakak, kapan pulang? Aku ingin bertemu dengan kakak, untuk yang terakhir kalinya..." lirihnya terisak.

Tak berselang lama, ponsel Fikri pun berdering. dia segera mengambilnya, dan melihat siapa nama yang tertera di layar ponselnya. "Kakak." ucapnya bahagia.

"Halo. Assalamu'alaikum, kak." sapa Fikri, menahan sakit.

"Halo. Wa'alaikumussalam, Fikri. Bagaimana, keadaan mu di sana? Apa kamu baik-baik saja?" Terdengar suara kakak Fikri, yang terdengar sangat mengkhawatirkannya.

Fikri tersenyum senang. "Aku baik-baik saja, kak. Kakak, tidak perlu mengkhawatirkan aku seperti itu."

Terdengar helaan nafas, dari seberang telepon. "Syukurlah Fikri, kakak senang. Oh... iya Fikri. Kakak mau memberitahu mu, kalau minggu depan kakak akan pulang. Jadi nanti, kita bisa bersama-sama lagi. Dengan begitu, kakak bisa merawat mu dengan baik."

Fikri tersenyum getir, mendengar perkataan kakaknya. dia merasa ragu, jika dirinya dapat bertemu lagi dengan kakaknya. sebab Fikri tahu, jika penyakit pada tubuhnya kini sudah sangat parah.

"Aku senang, kakak akan pulang. Aku tunggu, kakak di rumah." balasnya, dengan suara yang bergetar.

Setelah selesai berbincang, mereka mengakhiri panggilannya. seketika Fikri pun menangis sejadi-jadinya, membayangkan jika kakaknya pulang ke rumah dan melihat kondisinya, yang sangat mengkhawatirkan.

Fikri pun, mengambil ponselnya dan merekam dirinya sambil mengucapkan, kata-kata untuk kakaknya.

"Kak, aku sangat bahagia memiliki sosok kakak, penyayang seperti mu. Aku senang, karena kakak selalu mengkhawatirkan ku. Aku hanya mau bilang, jika kakak melihat video ku ini. Berarti aku, sudah tenang dan tidak merasakan sakit lagi." Sejenak Fikri menahan nafas, yang terasa sesak.

Dia pun membersihkan darah, yang kembali mengalir dari hidungnya. "Aku minta maaf, karena belum bisa menjaga kakak dengan baik. tapi kakak tidak perlu khawatir, karena aku akan meminta bang arsen untuk menjaga kakak, untuk ku."

Fikri tidak bisa menahan tangis, bahkan saat ini keadaannya terlihat mengkhawatirkan. hidungnya pun, terus saja mengeluarkan darah tanpa henti. "Oh iya kak, aku mempunyai seorang abang. Dia sangaaat baik pada, ku. Aku berharap, dia bisa menjaga kakak untuk ku. Bahkan Aku berharap, kakak mau menikah dengannya. Dengan begitu aku bisa tenang, meskipun harus meniggalkan kakak untuk selamanya."

Fikri yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit dan sedihnya pun, langsung mengakhiri rekamannya. dia pun membaringkan tubuhnya, sambil memeluk ponselnya erat. entah sampai kapan dia bisa bertahan, sedangkan Fikri merasa jika tubuhnya hari ke hari, semakin lemah.

"Tuhan. Berikan aku waktu sampai aku bisa melihat kakak ku menikah, dengan orang yang bisa menjaga dan membahagiakannya."

Setelah mengatakan hal itu, Fikri pun jatuh pingsan. kondisinya sangat memprihatinkan, apalagi saat ini di rumahnya dia hanya tinggal sendiri.

Terpopuler

Comments

felyna lie

felyna lie

/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/

2025-04-11

0

Merica Bubuk

Merica Bubuk

Knpa sih 😭😭😭

2025-04-04

0

Indah Darma Indah

Indah Darma Indah

lanjut

2025-02-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Aku rindu kakak
3 Bab 3 Mulai bekerja
4 Bab 4 Naik helikopter
5 Bab 5 Keinginan fikri
6 Bab 6 Kekejaman arsenio
7 Bab 7 Tertembaknya fikri
8 bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9 Bab 9 Kembalikan adik ku !
10 bab 10 Kesedihan Raina
11 Bab 11 Kesedihan Raina 2
12 Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13 Bab 13 Sikap dingin arsenio
14 Bab 14 Berusaha meminta maaf
15 Bab 15 Hasil pencarian Raina
16 Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17 Bab 17 Perjanjian pernikahan
18 Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19 Bab 19 Masa lalu Raina
20 Bab 20 Malam yang gagal
21 Bab 21 Bertemu dengan fero
22 Bab 22 Kekesalan arsenio
23 Bab 23 Pengakuan arsenio
24 Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25 Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26 Bab 26 Anak buah fero
27 Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28 Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29 Bab 29 Arsenio mulai berulah
30 Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31 Bab 31 Kemarahan Andreas
32 Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33 Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34 Bab 34 Drama di pagi hari
35 Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36 Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37 Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38 Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39 Bab 39 Tanda merah
40 Bab 40 Kembali ke indonesia
41 Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42 Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43 Bab 43 Selamatkan Raina
44 Bab 44 Perhatian Arsenio
45 Bab 45 Kemarahan Arsenio
46 Bab 46 Antara rindu dan candu
47 Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48 Bab 48 Kejutan di pesta
49 Bab 49 Rencana licik Joana
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Aku rindu kakak
3
Bab 3 Mulai bekerja
4
Bab 4 Naik helikopter
5
Bab 5 Keinginan fikri
6
Bab 6 Kekejaman arsenio
7
Bab 7 Tertembaknya fikri
8
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9
Bab 9 Kembalikan adik ku !
10
bab 10 Kesedihan Raina
11
Bab 11 Kesedihan Raina 2
12
Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13
Bab 13 Sikap dingin arsenio
14
Bab 14 Berusaha meminta maaf
15
Bab 15 Hasil pencarian Raina
16
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17
Bab 17 Perjanjian pernikahan
18
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19
Bab 19 Masa lalu Raina
20
Bab 20 Malam yang gagal
21
Bab 21 Bertemu dengan fero
22
Bab 22 Kekesalan arsenio
23
Bab 23 Pengakuan arsenio
24
Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25
Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26
Bab 26 Anak buah fero
27
Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29
Bab 29 Arsenio mulai berulah
30
Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31
Bab 31 Kemarahan Andreas
32
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33
Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34
Bab 34 Drama di pagi hari
35
Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36
Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37
Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38
Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39
Bab 39 Tanda merah
40
Bab 40 Kembali ke indonesia
41
Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42
Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43
Bab 43 Selamatkan Raina
44
Bab 44 Perhatian Arsenio
45
Bab 45 Kemarahan Arsenio
46
Bab 46 Antara rindu dan candu
47
Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48
Bab 48 Kejutan di pesta
49
Bab 49 Rencana licik Joana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!