bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina

Morgan dapat mendengar suara perempuan, dari seberang telepon. dia pun dapat memastikan, jika yang mengangkat panggilan darinya adalah kakaknya Fikri.

"Halo, Fikri. Apa kamu baik-baik saja?" Terdengar kembali seruan, dari seberang telepon dengan nada penuh kekhawatiran.

"Halo. Adik mu Fikri, berada di rumah sakit. Saya harap, kamu cepat datang ke sini." Dengan nada dingin, Morgan memberitahu tahu keberadaan Fikri.

"Ka- kamu siapa?" tanya Raina terkejut, sebab yang berbicara bukanlah, adiknya. "Di mana Fikri? Kamu jangan macam-macam pada adik, ku!" bentak Riana.

Morgan menghela nafas kasar. " Maka dari itu. Kamu cepat datang, ke rumah sakit x. Kamu bisa lihat sendiri , keadaan Fikri saat ini." Dengan kasar, Morgan pun mengakhiri panggilannya sepihak. dia pun, saat ini terlihat kesal. "Dasar wanita!" gumamnya kesal.

Arsenio hanya melirik sekilas pada Morgan yang terlihat kesal. namun dia tidak memperdulikan semua itu. sebab saat ini, yang terpenting baginya adalah keselamatan Fikri.

***

Bandara

Raina yang baru saja mendapatkan kabar tentang Fikri, langsung pergi ke rumah sakit yang di maksud. saat ini, hati Raina semakin cemas. sebenarnya apa, yang sudah terjadi pada adiknya itu.

Butuh waktu beberapa jam, untuk cepat sampai di rumah sakit itu. untungnya Raina sampai di bandara jakarta, pada waktu pagi hari. hal itu membuatnya tidak kesulitan, mencari alat transportasi umum untuk menuju ke rumah sakit.

Tak berselang lama, Raina pun sudah sampai rumah sakit. dia pun berjalan terburu-buru, dengan membawa kopernya. Raina pun, segera menghampiri resepsionis dan menanyakan tempat adiknya, di rawat.

Setelah mendapatkan informasi tentang, Fikri. Raina bergegas pergi menuju lift, untuk menuju ruangan adiknya. lift pun berhenti, Raina pun keluar dari sana. dia pun berusaha mencari kamar, yang di katakan oleh resepsionis tadi. langkah Raina terhenti, saat mendapati ruangan tempat adiknya di rawat.

Namun tubuh Raina seketika mematung, saat melihat beberapa orang yang memakai baju serba hitam. Raina berusaha abai, tetap melangkahkan kaki menghampiri arsenio yang duduk bersama Morgan. "Permisi, di mana adik ku?"

Arsenio dan Morgan melihat ke arah suara. arsenio bahkan hanya menatap sekilas ke arah Raina, yang terlihat ketakutan. berbeda dengan Morgan, yang terdiam terpaku melihat wanita cantik berdiri di hadapannya.

"Apa kamu kakaknya, Fikri?" tanya Morgan, dengan cepat mengubah mimik wajahnya datar.

Raina mengangguk pelan. "Benar. Aku kakaknya Fikri. Sekarang bagaimana keadaan adik ku? Dan kalau boleh tahu, sebenarnya apa yang sudah terjadi pada adikku?" tanyanya, dengan suara bergetar menahan tangis.

Sebelum Morgan menjawab, tiba-tiba pintu ruangan Fikri terbuka. seorang dokter keluar dari sana, dan menghampiri mereka. "Maaf tuan. Pasien ingin bertemu dengan anda. Saya harap, kalian berbesar hati menerima semua ini. Kami pihak rumah sakit, sudah berusaha semaksimal mungkin. namun, hanya Tuhan yang menentukan."

Arsenio mengangguk pelan, segera masuk ke dalam ruangan Fikri. Raina pun tidak tinggal diam, mengikuti langkah arsenio yang sudah masuk terlebih dahulu. Morgan pun mengikuti langkah mereka, ingin memastikan keadaan Fikri.

"Bang arsen," ucap Fikri, dengan nada lemah.

"Aku di sini Fikri. Sebaiknya, kamu jangan banyak bicara dulu." Arsenio menatap lekat, wajah pucat Fikri.

Fikri tersenyum tipis. Namun tatapannya beralih pada sosok perempuan yang baru saja masuk ke dalam kamar, yang di ikuti oleh Morgan dari belakang.

"Kakak...." ucap Fikri, dengan nada bergetar. seketika dia menangis, melihat sosok kakak yang selama ini dia rindukan. baginya ini adalah suatu kejutan, karena yang Fikri tahu jika kakaknya akan pulang besok lusa.

"Fikri...! Apa yang sudah terjadi pada mu...." Raina yang tidak mampu menahan rasa sedihnya pun, menghampiri Fikri dan memeluknya. hatinya sangat sakit, melihat keadaan adiknya sangat mengkhawatirkan sekali. "Sebenarnya kamu kenapa, fik?" tanyanya, menangis.

Arsenio dan Morgan hanya memperhatikan momen haru itu, dengan tatapan sulit di artikan. mereka pun memutuskan, untuk pergi dari sana.

"Mau kemana kalian? Kalian harus menjelaskan semuanya pada, ku!" Raina menatap, arsenio dan Morgan dengan tajam.

"Kak, mereka tidak salah. Justru selama ini, mereka selalu menemani ku. Mereka orang baik dan mereka juga, yang sudah menolong ku.... " sela Fikri, tidak ingin kakaknya salah paham.

"Tapi Fikri, mereka sepertinya bukan orang baik-baik," ungkap Raina, memperhatikan Arsenio dan Morgan sekilas.

Fikri tersenyum. "Jangan menilai orang dari penampilannya, kak. Belum tentu orang berpenampilan sopan itu, baik. Jadi hilangkan prasangka buruk kakak, terhadap mereka," balas Fikri, dengan nafas yang terlihat sesak.

Melihat hal itu, membuat Raina seketika cemas. dia pun memutuskan untuk memanggil dokter kembali. namun dengan cepat, Fikri melarangnya.

"Kak, sebelum aku pergi. Aku ingin memperkenalkan kakak, pada orang yang selama ini selalu mengkhawatirkan, ku. Dia orang baik, meskipun sikapnya dingin." Sekilas Fikri melihat ke arah arsenio, yang menatapnya tajam.

Raina terdiam, tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Fikri. tanpa ingin menyela, raina pun memilih mendengarkan terlebih dahulu perkataan Fikri. dia ingin tahu, apa yang akan di katakan lagi oleh Fikri.

Tatapan Fikri pun beralih pada arsenio, yang sejak tadi memperhatikannya. "Bang arsen..." Bang arsen sudah janji, akan menjaga kakak untuk, ku. Aku ingin sekarang, abang menepati janji itu." ucapnya dengan nafas, yang mulai tersengal.

Arsenio terlihat cemas, melihat keadaan Fikri seperti itu. dia pun mendekati Fikri. "Aku akan menepati janji ku, pada mu waktu itu. Katakan, sekarang Aku harus melakukan apa?" tanyanya tegas.

Fikri tersenyum tipis. dia pun menggenggam tangan arsenio dan mendekatkannya, ke tangan Raina. Fikri pun, menggenggam tangan arsenio dan Raina. "Nikahi kakak ku, bang. Dengan begitu, abang sudah menepati janji pada, ku." ucapnya, pelan.

Arsenio dan Raina seketika terdiam, saat mendengar permintaan Fikri yang terdengar tidak masuk akal. pasalnya baik arsenio dan Raina, sama-sama tidak saling mengenal satu sama lain.

"Apa yang kamu katakan, fik? Kakak belum mempunyai keinginan, untuk menikah. Kakak ingin merawat mu, dengan baik." Raina yang tidak setuju pun, mencoba menolak dengan halus.

"Kakak tidak perlu merawat, ku. Perjuangan kakak selama ini sudah cukup, bagi ku. Demi aku, kak. Menikahlah dengan bang arsen, saat ini juga. Dengan begitu, aku akan merasa tenang karena ada yang menjaga dan menemani kakak, di saat aku pergi nanti."

Raina menangis, mendengar permintaan Fikri. dia pun menatap arsen, yang hanya terdiam. entah apa, yang sedang laki-laki itu pikirkan saat ini. sungguh Raina bingung, harus menjawab apa?

"Kak Raina... Bang arsen... aku mohon... menikahlah saat ini juga. Izinkan aku, menjadi wali kakak... Izinkan aku, menyaksikan pernikahan kakak ku sendiri...." Fikri terlihat susah bernafas, hal itu membuat arsenio dan Raina panik.

"Morgan cari penghulu, dan bawa ke sini. Kita akan melakukan, pernikahan saat ini juga. CEPAT...!" titahnya tegas.

Morgan yang mendapat perintah pun, segera pergi keluar untuk mencari seorang penghulu. meskipun saat ini dia sendiri juga tidak tahu, kemana harus mencari penghulu itu.

Tak berselang lama, Morgan pun datang dengan seorang laki-laki paruh baya dengan peci di kepalanya. mereka pun segera masuk, ke ruangan Fikri dan segera melangsungkan pernikahan arsenio dan Raina.

Fikri yang di bantu oleh penghulu pun, menjabat tangan arsenio. dia pun merasa senang, karena akhirnya kakaknya menikah dengan laki-laki pilihannya.

"Saudara Arsenio Geozhan... bin Alfred Geozhan. Saya nikahkan dan saya kawinkan anda, dengan kakak saya...yang bernama Raina cantika dengan maskawin berupa... uang tunai lima juta... di bayar tunai." Dengan nafas yang semakin tersenggal, Fikri menatap serius arsenio yang menjabat tangannya.

"Saya terima, nikah dan kawinnya Raina cantika binti fadlan dengan mas kawin tersebut, tunai." Dengan satu tarikan nafas, arsenio pun mengucapkan ijab kabul membuat semua orang di sana, terlihat bahagia.

Fikri pun tersenyum senang. namun setelah selesai, dia pun tidak sadarkan diri. dokter yang ikut menyaksikan pernikahan pun, segera memeriksa keadaannya.

"Maaf...pasien sudah meninggal. Saya turut berduka." ucap dokter pelan, menatap fikri yang menutup kedua matanya.

Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Aku rindu kakak
3 Bab 3 Mulai bekerja
4 Bab 4 Naik helikopter
5 Bab 5 Keinginan fikri
6 Bab 6 Kekejaman arsenio
7 Bab 7 Tertembaknya fikri
8 bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9 Bab 9 Kembalikan adik ku !
10 bab 10 Kesedihan Raina
11 Bab 11 Kesedihan Raina 2
12 Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13 Bab 13 Sikap dingin arsenio
14 Bab 14 Berusaha meminta maaf
15 Bab 15 Hasil pencarian Raina
16 Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17 Bab 17 Perjanjian pernikahan
18 Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19 Bab 19 Masa lalu Raina
20 Bab 20 Malam yang gagal
21 Bab 21 Bertemu dengan fero
22 Bab 22 Kekesalan arsenio
23 Bab 23 Pengakuan arsenio
24 Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25 Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26 Bab 26 Anak buah fero
27 Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28 Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29 Bab 29 Arsenio mulai berulah
30 Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31 Bab 31 Kemarahan Andreas
32 Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33 Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34 Bab 34 Drama di pagi hari
35 Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36 Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37 Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38 Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39 Bab 39 Tanda merah
40 Bab 40 Kembali ke indonesia
41 Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42 Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43 Bab 43 Selamatkan Raina
44 Bab 44 Perhatian Arsenio
45 Bab 45 Kemarahan Arsenio
46 Bab 46 Antara rindu dan candu
47 Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48 Bab 48 Kejutan di pesta
49 Bab 49 Rencana licik Joana
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Aku rindu kakak
3
Bab 3 Mulai bekerja
4
Bab 4 Naik helikopter
5
Bab 5 Keinginan fikri
6
Bab 6 Kekejaman arsenio
7
Bab 7 Tertembaknya fikri
8
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9
Bab 9 Kembalikan adik ku !
10
bab 10 Kesedihan Raina
11
Bab 11 Kesedihan Raina 2
12
Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13
Bab 13 Sikap dingin arsenio
14
Bab 14 Berusaha meminta maaf
15
Bab 15 Hasil pencarian Raina
16
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17
Bab 17 Perjanjian pernikahan
18
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19
Bab 19 Masa lalu Raina
20
Bab 20 Malam yang gagal
21
Bab 21 Bertemu dengan fero
22
Bab 22 Kekesalan arsenio
23
Bab 23 Pengakuan arsenio
24
Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25
Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26
Bab 26 Anak buah fero
27
Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29
Bab 29 Arsenio mulai berulah
30
Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31
Bab 31 Kemarahan Andreas
32
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33
Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34
Bab 34 Drama di pagi hari
35
Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36
Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37
Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38
Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39
Bab 39 Tanda merah
40
Bab 40 Kembali ke indonesia
41
Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42
Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43
Bab 43 Selamatkan Raina
44
Bab 44 Perhatian Arsenio
45
Bab 45 Kemarahan Arsenio
46
Bab 46 Antara rindu dan candu
47
Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48
Bab 48 Kejutan di pesta
49
Bab 49 Rencana licik Joana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!