Bab 14 Berusaha meminta maaf

Morgan pun kembali menghampiri Raina, yang tertidur di sofa. namun seketika dia terkejut, saat melihat Raina sudah terbangun.

"Kamu sudah bangun?" tanya Morgan.

Raina yang merasa pusing pun, mengangguk pelan. "Apa dia sudah pulang?" Balik bertanya.

Morgan pun mengangguk pelan. "Dia baru saja pulang. Kenapa, kamu tidur di sini?"

"Tadi Aku ketiduran. Kalau begitu, Aku permisi dulu." jawab Raina, berlalu dari hadapan Morgan.

Morgan menatap kepergian Raina, dengan tatapan sulit di artikan. dia benar-benar tidak habis pikir, dengan sikap arsenio kepada Raina saat ini.

Dia juga menyayangkan kenapa almarhum fikri, membiarkan Raina menikah dengan laki-laki dingin seperti arsenio.

Morgan yang tidak ingin pusing pun, memutuskan untuk pergi ke kamarnya. saat ini tubuhnya sangat lelah, karena seharian menemani arsenio bertemu dengan para kliennya.

*

*

*

Raina melangkahkan kaki, menuju ke kamarnya. sekilas dia melirik ke arah pintu kamar arsenio. dia menghela nafas merasa ragu, jika bisa meminta maaf pada laki-laki dingin itu.

Raina pun segera masuk ke kamarnya. dia pun membaringkan tubuhnya. sebelum tidur kembali, raina pun mengambil ponsel milik Fikri dan melihat kembali video peninggalannya.

Seketika Raina menangis. dirinya merasa tidak sanggup saat berada di posisi seperti ini. kehilangan Fikri membuat hatinya sangat sedih. bahkan luka di hatinya semakin sakit, saat melihat sikap dingin arsenio kepadanya.

'Aku ingin kakak merasakan, apa yang aku rasakan, kak. Naik helikopter, Jalan-jalan bersama bang arsen. Aku harap kakak bisa melakukan, apa yang aku lakukan bersama bang arsen.'

Seketika perkataan Fikri terngiang-ngiang, di telinga Raina. dia pun menangis sejadi-jadinya, mengingat hal yang sangat menyakitkan hatinya.

*

*

*

Pagi ini, Raina bangun lebih awal. hal itu merupakan kebiasaannya, saat bekerja selama di kota.

"Nona! Apa yang sedang anda lakukan di sini?" Dila terkejut, melihat Raina sedang berkutat di dapur.

Raina melirik sekilas pada dila dan tersenyum. "Aku ingin membuat sarapan, dila. "

"Nona, biar saya saja. Nona tinggal bilang, mau makan apa?" Dila yang takut arsenio marah pun, mengambil pisau yang sedang di pegang oleh Raina.

Raina pun terdiam, melihat sikap Dila yang begitu takut saat ini. satu alasan di balik sikap Dila, yaitu dia takut jika arsenio memarahinya.

"Tidak apa-apa, Dila. Jika tuan mu marah, maka aku akan menghadapinya." Raina pun, kembali mengambil pisau itu. dia pun, melanjutkan aktivitasnya yang sedang memotong bawang.

Dila menghela nafas kasar. baru kali ini, dia di hadapkan dengan perempuan yang sangat keras kepala. tetapi Dila bangga, karena Raina tidak bersikap sombong seperti istri orang kaya pada umumnya.

Dila pun mendekati Raina. dia pun menatap bahan makanan, yang sudah berjejer di atas meja.

"Nona mau membuat makanan apa?" tanya Dila, menatap Raina.

"Aku akan membuat ayam goreng bawang putih, Dila. Apa kira-kira, tuan mu menyukainya?" tanya Raina balik.

Dila tersenyum tipis. "Tuan arsenio, tidak pernah pilih-pilih makanan, Nona. Tapi perlu Nona ketahui, jika tuan arsenio tidak menyukai makanan pedas."

Raina pun mengangguk pelan. dia pun semakin bersemangat, untuk membuat makanan untuk arsenio.

Satu jam berlalu, kini di meja makan sudah tersedia berbagai macam makanan.

Raina yang sudah selesai memasak pun, memutuskan untuk membersihkan diri. dia pun pamit pada Dila, untuk pergi ke kamarnya.

Di saat akan menaiki tangga, Raina pun berpapasan dengan arsenio yang terlihat tampan dengan memakai baju kemeja hitam, di sertai rambut yang masih basah.

Raina terlihat gugup, saat arsenio menatapnya tajam. Raina hanya mampu menundukkan kepalanya. namun siapa sangka, jika arsenio sama sekali tidak menyapanya.

Arsenio menuruni anak tangga begitu saja. hal itu pun, membuat Raina mematung dan terdiam di pertengahan anak tangga.

Dia merasa, jika arsenio sangat membatasi jarak antara dirinya dan Raina. kini Raina pun semakin ragu, jika dirinya bisa bertahan berdampingan dengan laki-laki seperti arsenio.

"Apa dia tidak normal?" gumam Raina pelan.

"Kamu sedang melihat apa?"

Raina tiba-tiba saja terkejut, ketika Morgan sudah berdiri di sampingnya.

"A-aku tidak melihat apa-apa. Maaf, aku permisi dulu." Raina yang merasa malu pun, segera pergi dari hadapan Morgan.

Hal itu membuat Morgan mengangkat bahu acuh. dia pun melanjutkan langkahnya, mengikuti arsenio yang sudah pergi duluan.

Raina pun segera membersihkan badannya. dia tidak mau, membuat arsenio dan yang lainnya menunggu dirinya.

*

*

*

Arsenio duduk di kursi sambil menatap makanan, yang tersedia di meja makan. dia merasa ada aneh, dengan menu sarapan kali ini.

"Siapa yang menyuruh mu, membuat makanan sebanyak ini?" Arsenio menatap tajam Dila, yang menunduk ketakutan.

"Maaf tuan. Sebenarnya saya sudah memberitahu Nona Raina, supaya tidak usah memasak. Tapi Nona Raina sendiri, tetap memaksa ingin memasak untuk semua orang yang berada di sini." Dila memberitahu arsenio, yang sebenarnya. dia berharap tuannya itu, benar-benar tidak marah kepadanya.

Arsenio mengeraskan rahangnya, saat tahu Raina sudah mulai berani melakukan hal apapun tanpa perintahnya. dia pun menatap semua makanan itu, dengan tatapan sulit di artikan.

"Kenapa dengan diri mu, arsen?" Morgan yang baru datang pun, berdiri di samping arsenio.

"Tanyakan saja pada dia." jawab arsenio, dingin.

Morgan yang mengerti akan perkataan arsenio pun, langsung menanyakan hal membuat arsenio bisa marah.

Dila pun segera memberitahukan semuanya tentang Raina, pada Morgan.

"Jadi, semua masakan ini dia yang buat. Hebat! Zaman sekarang, jarang sekali ada perempuan cantik yang bisa memasak seperti ini." ujar Morgan, tegas.

Arsenio hanya terdiam. dia sama sekali tidak berniat, untuk memakan masakan yang di buat Raina.

"Selamat pagi." Raina yang selesai mandi pun, menghampiri meja makan. dia pun melirik sekilas pada arsenio, yang terdiam dengan aura dinginnya.

Arsenio pun mengambil piring dan mengisinya dengan nasi.

"B-biar Aku saja yang mengisi piringnya." ucap Raina, bangkit dari duduknya.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri!" balas arsenio dingin.

Raina yang sedikit kecewa, kembali duduk. dia pun melanjutkan kembali sarapannya, dengan keadaan sangat canggung di antara mereka.

Morgan dan dila hanya saling tatap, melihat interaksi kedua orang di hadapan mereka. sesekali mereka merasa gemas pada sikap arsenio, yang sangat dingin kepada Raina.

Raina hanya melirik sekilas pada arsenio, yang mulai menyuapkan makanannya. dia berharap, arsenio menyukai masakannya itu.

"Maaf, jika masakan ku tidak enak." Dengan suara pelan, Raina memberanikan diri membuka suaranya.

Arsenio tiba-tiba menghentikan pergerakannya. dia melirik sekilas pada Raina, yang menatapnya.

Raina menghela nafas kasar, saat melihat sikap arsenio. "Maafkan, sikap ku selama ini. Sekarang aku tahu semuanya, jika memang kamu bukanlah yang membunuh adik ku."

Arsenio mengeratkan tangannya, pada sendok. dia pun beranjak dari duduknya, dan meninggalkan meja makan.

Raina menatap kepergian arsenio. dia pun merutuki dirinya sendiri, karena sudah berbicara hal yang sensitif saat arsenio masih makan.

"Nona, apa anda baik-baik saja?" Dila yang khawatir pun, menghampiri Raina.

Raina melihat ke arah Dila. "Aku baik-baik saja. Tapi saat ini, aku juga harus berbicara dengan dia."

Setelah mengatakan keinginannya, Raina pun segera menyusul arsenio yang sudah pergi menjauh.

Dila menatap kepergian Raina. dia merasa khawatir dan takut, jika arsenio akan bersikap kasar pada Raina.

"Kamu jangan khawatir. Dia pasti tahu, apa yang harus di lakukan untuk menghadapi, tuan arsenio." Morgan yang tahu akan kekhawatiran Dila pun, memberikan penjelasan.

*

*

*

"Tunggu!" Raina berlari kecil, menyusul arsenio yang sudah pergi menjauh.

Arsenio menghentikan langkahnya. dia pun menatap tajam Raina yang sedang mengatur nafas.

Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Aku rindu kakak
3 Bab 3 Mulai bekerja
4 Bab 4 Naik helikopter
5 Bab 5 Keinginan fikri
6 Bab 6 Kekejaman arsenio
7 Bab 7 Tertembaknya fikri
8 bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9 Bab 9 Kembalikan adik ku !
10 bab 10 Kesedihan Raina
11 Bab 11 Kesedihan Raina 2
12 Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13 Bab 13 Sikap dingin arsenio
14 Bab 14 Berusaha meminta maaf
15 Bab 15 Hasil pencarian Raina
16 Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17 Bab 17 Perjanjian pernikahan
18 Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19 Bab 19 Masa lalu Raina
20 Bab 20 Malam yang gagal
21 Bab 21 Bertemu dengan fero
22 Bab 22 Kekesalan arsenio
23 Bab 23 Pengakuan arsenio
24 Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25 Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26 Bab 26 Anak buah fero
27 Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28 Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29 Bab 29 Arsenio mulai berulah
30 Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31 Bab 31 Kemarahan Andreas
32 Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33 Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34 Bab 34 Drama di pagi hari
35 Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36 Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37 Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38 Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39 Bab 39 Tanda merah
40 Bab 40 Kembali ke indonesia
41 Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42 Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43 Bab 43 Selamatkan Raina
44 Bab 44 Perhatian Arsenio
45 Bab 45 Kemarahan Arsenio
46 Bab 46 Antara rindu dan candu
47 Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48 Bab 48 Kejutan di pesta
49 Bab 49 Rencana licik Joana
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Aku rindu kakak
3
Bab 3 Mulai bekerja
4
Bab 4 Naik helikopter
5
Bab 5 Keinginan fikri
6
Bab 6 Kekejaman arsenio
7
Bab 7 Tertembaknya fikri
8
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9
Bab 9 Kembalikan adik ku !
10
bab 10 Kesedihan Raina
11
Bab 11 Kesedihan Raina 2
12
Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13
Bab 13 Sikap dingin arsenio
14
Bab 14 Berusaha meminta maaf
15
Bab 15 Hasil pencarian Raina
16
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17
Bab 17 Perjanjian pernikahan
18
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19
Bab 19 Masa lalu Raina
20
Bab 20 Malam yang gagal
21
Bab 21 Bertemu dengan fero
22
Bab 22 Kekesalan arsenio
23
Bab 23 Pengakuan arsenio
24
Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25
Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26
Bab 26 Anak buah fero
27
Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29
Bab 29 Arsenio mulai berulah
30
Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31
Bab 31 Kemarahan Andreas
32
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33
Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34
Bab 34 Drama di pagi hari
35
Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36
Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37
Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38
Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39
Bab 39 Tanda merah
40
Bab 40 Kembali ke indonesia
41
Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42
Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43
Bab 43 Selamatkan Raina
44
Bab 44 Perhatian Arsenio
45
Bab 45 Kemarahan Arsenio
46
Bab 46 Antara rindu dan candu
47
Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48
Bab 48 Kejutan di pesta
49
Bab 49 Rencana licik Joana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!