Bab 7 Tertembaknya fikri

"Fikri, sebaiknya kamu pergi dari sini! Lari sejauh mungkin!" sahut arsenio, memberi perintah.

Fikri menggeleng cepat. "Tidak bang! Aku akan tetap di sini, menemani bang arsen!" Dengan tegas, Fikri menolak perintah arsenio.

Arsenio tidak lagi berkata, kini tatapannya beralih pada Morgan yang terluka parah. bahkan banyak sekali anak buahnya, yang tumbang akibat serangan bantuan dari fero.

Arsenio mengambil senjata pistol, yang dia buat sendiri. dia yang marah pun, menatap tajam fero yang menertawakannya. Dengan amarah yang memuncak, arsenio menembakkan senjatanya ke arah fero.

Fero yang tidak menyadari hal itu pun terkejut, saat melihat senjata arsenio mengarah ke arahnya.

DOOR...

"Arrgghh...! Apa yang kau lakukan arsenio?!" teriak fero yang kesakitan, pada matanya yang terkena senjata milik arsenio.

Arsenio tersenyum senang, melihat lawannya mengerang kesakitan. dia pun menggunakan kesempatan itu, untuk keluar dari sana.

Namun tanpa arsenio sadari, jika fero yang kesakitan mengarahkan pistol kepadanya. Hal itu pun di sadari oleh Fikri, yang melihat jelas kemana arah senjata itu.

"Abang...! Awas...!" Fikri memeluk tubuh arsenio dari belakang, sampai peluru yang di tembakkan oleh fero mengenai punggungnya.

"FIKRI...!" teriak arsenio, saat melihat dengan jelas Fikri yang seketika tumbang di belakangnya.

Fero tersenyum puas, melihat arsenio yang begitu mengkhawatirkan seorang bocah yang tidak dia kenal. fero pun segera pergi dari sana, sebab keadaannya juga sedang terluka parah.

"Fikri. Bertahanlah! Kenapa kamu melakukan semua ini? Aku sudah bilang lari Fikri...Lari...! " Arsenio tidak kuasa melanjutkan kata-katanya, saat melihat keadaan Fikri yang memejamkan mata.

"Bang...! Apa abang mengkhawatirkan, ku? Aku senang, ada orang yang bersikap seperti ini kepada, ku. Maaf...jika Aku selalu merepotkan abang.... " Seketika Fikri terbatuk, bahkan mengeluarkan darah dari mulutnya.

Arsenio yang tidak mau kehilangan Fikri, segera menggendongnya dan membawanya keluar dari sana. arsenio pun membaringkan Fikri di kursi depan, dan segera membawanya ke rumah sakit terdekat.

"Kamu harus kuat, Fikri." Arsenio mengusap puncak kepala Fikri, dengan lembut. Hatinya sakit, melihat keadaan orang yang sudah melindunginya. untuk kedua kalinya arsenio, berhutang budi pada Fikri. bahkan saat ini, dia berhutang nyawa padanya.

Arsenio menyalakan mobilnya dan melajukan nya, dengan kecepatan tinggi. dia berharap, Fikri masih dapat tertolong.

***

Di tempat lain

Seorang gadis cantik, bernama raina terlihat gelisah ketika melihat figura foto di kamarnya, tiba-tiba saja terjatuh. dia pun seketika teringat, pada adiknya yang berada di desa dalam keadaan sendiri. dia pun segera menghubungi nomor adiknya, berharap jika firasatnya salah.

"Kamu kemana Fikri? Kenapa ponsel mu, tidak aktif?" Raina terlihat cemas, ketika nomor Fikri tiba-tiba saja tidak dapat di hubungi.

Di saat sedang cemas, tiba-tiba saja pintu kamar raina terbuka. "Raina ada apa? Apa sudah terjadi sesuatu pada, mu?" Seorang wanita paruh baya penuh wibawa, menghampirinya.

"Nyonya. Saya hanya sedang menghubungi adik saya, di kampung. Tapi nomornya tidak aktif, saya benar-benar khawatir padanya nyonya." Raina menundukkan kepalanya, saat mengungkapkan kekhawatirannya.

"Jika kamu memang ingin pulang. Pulanglah Raina. Kebetulan putra ku, sedang tidak ada di rumah. Jadi tidak akan ada yang, menghalangi mu lagi untuk pergi." Perempuan itu tersenyum lembut, menatap wajah cantik Raina.

"Tapi nyonya, bagaimana jika tuan muda marah? Saya khawatir, tuan muda akan menyakiti nyonya lagi." balasnya cemas.

Perempuan itu tersenyum tipis. "Pergilah, jangan khawatirkan saya." titahnya, dengan nada tegas.

Raina yang mendapat kesempatan untuk pulang pun, tidak menyia-nyiakannya. dia pun, segera mengemas semua barangnya. setelah tiga tahun lamanya Raina bekerja di sana, akhirnya bisa pulang juga.

Awalnya, dia sangat senang dan nyaman bekerja di sana. namun lambat laun, putra dari majikannya secara terang-terangan menyukainya. bahkan beberapa kali, Raina hampir di lecehkan oleh anak majikannya itu. namun beruntung, karena Raina selalu selamat dan dapat menghindar. bahkan saat ini Raina berencana untuk tidak kembali bekerja di sana, dan memilih untuk membuka usaha bersama adiknya Fikri.

Raina saat ini menggunakan pesawat, untuk pulang ke desanya. atas bantuan majikannya, dia berhasil mendapatkan tiket pulang dengan mudah, meskipun hari sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Raina sungguh tidak sabar, ingin bertemu dengan adiknya. dia berharap, dapat hidup bahagia bersama Fikri.

Pesawat yang di tumpangi Raina pun, lepas landas. Raina berdoa, semoga dirinya selamat sampai tujuan.

***

Di rumah sakit

Arsenio terlihat frustasi, menunggu Fikri yang sedang di tangani oleh dokter. bahkan kini semua anak buahnya, yang selamat pun sama-sama di rawat di sana.

"Bagaimana arsen? Apa sudah ada kabar, tentang Fikri?" Morgan yang baru mendapatkan pengobatan, menghampiri arsenio yang terlihat gusar.

"Mereka belum keluar juga, Morgan. Bagaimana, jika Fikri tidak selamat? Aku tidak bisa, memaafkan diri ku sendiri," ucap arsenio putus asa.

Morgan duduk di samping arsenio. "Kita berdoa saja, semoga Fikri bisa selamat." balasnya tenang.

Arsenio mengangguk pelan. Hatinya saat ini sangat cemas, sebab saat ini fikri sedang berada di antara, pilihan hidup dan mati. Andai saja Fikri tidak ikut bersamanya, mungkin hal ini tidak akan terjadi.

Dua jam kemudian...

Seorang dokter, keluar dari ruang bedah. Dengan sorot mata yang sulit di artikan, dia menghampiri arsenio.

"Bagaimana keadaan Fikri, dok?" tanya arsenio, tidak sabar menunggu jawaban dari dokter.

Dokter menghela nafas kasar. "Peluru yang bersarang di punggungnya, telah berhasil kami keluarkan. namun keadaan pasien saat ini kritis, karena penyakit kanker darah yang sudah memasuki stadium akhir. Dan hal itu, membuat kondisinya saat ini sangat lemah. Kita hanya bisa berdoa, semoga Fikri di berikan mukjizat untuk kembali sembuh," jawab dokter, menjelaskan panjang lebar.

Tubuh Arsenio, tiba-tiba saja membeku. dia baru tahu, jika selama ini Fikri mempunyai penyakit kanker darah. dia pun merutuki dirinya sendiri, sebab tidak menyadari tanda-tanda yang pernah di tunjukkan oleh Fikri.

"Dok, apa kemungkinan Fikri akan sembuh?" Kini Morgan, yang membuka suaranya. Melihat arsenio yang terdiam, membuat dia berinisiatif menanyakan hal yang memang mustahil.

Dokter tersenyum. "Kita berdoa saja, tuan. Kalau begitu, saya permisi dulu." Dokter pun pergi dari hadapan mereka, meninggalkan arsenio dan Morgan yang terdiam dengan pemikiran masing-masing.

"Sebaiknya, kita hubungi kakaknya Fikri. Bagaimana pun juga, kakaknya Fikri harus tahu keadaan adiknya saat ini." Morgan menatap arsenio, yang sejak tadi hanya terdiam. dia pun, mengeluarkan ponsel Fikri dan menyalakannya.

Morgan pun mencoba, mencari kontak kakaknya Fikri. dia tersenyum senang, saat melihat kontak yang bernamakan 'kakak cantik'.

Arsenio memicingkan mata, saat melihat gelagat aneh dari Morgan. dia pun merebut ponsel Fikri, dari tangan Morgan dan melihat apa yang membuat temannya itu bersikap aneh.

Arsenio mengernyitkan dahi, memperhatikan gambar profil kontak bernama kakak cantik. namun selang beberapa saat, dia pun memberikan kembali ponsel Fikri kepada Morgan. "Cepat hubungi dia!" titahnya dingin.

Morgan segera melakukan perintah arsenio. meskipun hatinya penasaran pada sikap arsenio, yang terlihat biasa ketika melihat foto seorang wanita cantik. hatinya bertanya-tanya, apa arsenio tidak normal?

Melupakan rasa penasarannya terhadap arsenio, Morgan pun segera menghubungi nomor kakaknya Fikri. hingga tidak lama kemudian, panggilannya pun tersambung.

"Halo Fikri." sapa seorang perempuan, dari seberang telepon.

Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Aku rindu kakak
3 Bab 3 Mulai bekerja
4 Bab 4 Naik helikopter
5 Bab 5 Keinginan fikri
6 Bab 6 Kekejaman arsenio
7 Bab 7 Tertembaknya fikri
8 bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9 Bab 9 Kembalikan adik ku !
10 bab 10 Kesedihan Raina
11 Bab 11 Kesedihan Raina 2
12 Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13 Bab 13 Sikap dingin arsenio
14 Bab 14 Berusaha meminta maaf
15 Bab 15 Hasil pencarian Raina
16 Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17 Bab 17 Perjanjian pernikahan
18 Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19 Bab 19 Masa lalu Raina
20 Bab 20 Malam yang gagal
21 Bab 21 Bertemu dengan fero
22 Bab 22 Kekesalan arsenio
23 Bab 23 Pengakuan arsenio
24 Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25 Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26 Bab 26 Anak buah fero
27 Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28 Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29 Bab 29 Arsenio mulai berulah
30 Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31 Bab 31 Kemarahan Andreas
32 Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33 Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34 Bab 34 Drama di pagi hari
35 Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36 Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37 Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38 Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39 Bab 39 Tanda merah
40 Bab 40 Kembali ke indonesia
41 Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42 Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43 Bab 43 Selamatkan Raina
44 Bab 44 Perhatian Arsenio
45 Bab 45 Kemarahan Arsenio
46 Bab 46 Antara rindu dan candu
47 Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48 Bab 48 Kejutan di pesta
49 Bab 49 Rencana licik Joana
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Aku rindu kakak
3
Bab 3 Mulai bekerja
4
Bab 4 Naik helikopter
5
Bab 5 Keinginan fikri
6
Bab 6 Kekejaman arsenio
7
Bab 7 Tertembaknya fikri
8
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9
Bab 9 Kembalikan adik ku !
10
bab 10 Kesedihan Raina
11
Bab 11 Kesedihan Raina 2
12
Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13
Bab 13 Sikap dingin arsenio
14
Bab 14 Berusaha meminta maaf
15
Bab 15 Hasil pencarian Raina
16
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17
Bab 17 Perjanjian pernikahan
18
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19
Bab 19 Masa lalu Raina
20
Bab 20 Malam yang gagal
21
Bab 21 Bertemu dengan fero
22
Bab 22 Kekesalan arsenio
23
Bab 23 Pengakuan arsenio
24
Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25
Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26
Bab 26 Anak buah fero
27
Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29
Bab 29 Arsenio mulai berulah
30
Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31
Bab 31 Kemarahan Andreas
32
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33
Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34
Bab 34 Drama di pagi hari
35
Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36
Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37
Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38
Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39
Bab 39 Tanda merah
40
Bab 40 Kembali ke indonesia
41
Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42
Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43
Bab 43 Selamatkan Raina
44
Bab 44 Perhatian Arsenio
45
Bab 45 Kemarahan Arsenio
46
Bab 46 Antara rindu dan candu
47
Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48
Bab 48 Kejutan di pesta
49
Bab 49 Rencana licik Joana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!