Bab 13 Sikap dingin arsenio

Raina berjalan, menghampiri meja makan. dia melihat arsenio, sedang menikmati sarapan paginya.

"S-selamat pagi." Dengan ragu, Raina menyapa arsenio.

"Duduk." titah arsenio, tanpa membalas sapaan Raina.

Arsenio memilih memakan makanannya, tanpa melihat kedatangan Raina di hadapannya. dia sama sekali tidak tertarik, dengan keberadaan Raina di depannya. namun dia hanya menjaga janji pada almarhum Fikri, untuk memperlakukan Raina dengan baik.

Raina yang merasa sungkan pun terlihat ragu, saat hendak akan menghampiri kursi. dia hanya terdiam, tanpa menyentuh makanannya.

Sreeet...

Terdengar suara kursi, yang bergeser. Arsenio pun, beranjak dari duduknya.

"Makanlah." ujar Arsenio pergi begitu saja, meninggalkan Raina yang terdiam.

Raina menghela nafas, melihat sikap arsenio kepadanya. dia pun berpikir, mungkin arsenio tidak suka kepadanya.

Raina terlihat bengong setelah melihat kepergian arsenio. tak lama kemudian datanglah Morgan, yang memang akan sarapan pagi.

"Hai, apa kamu sendirian? Mana arsen?" tanyanya, kemudian menggeser kursi.

Raina menggeleng pelan. "Dia sudah pergi."

Morgan mengernyitkan dahi, mendengar jawaban Raina.

"Kamu tidak perlu memikirkan dia. Lebih baik, kamu segera sarapan." titah Morgan, yang tahu akan sikap arsenio.

Raina pun mengangguk pelan. dia pun mengambil satu lembar roti, dan mengolesinya dengan selai coklat.

Morgan melihat sekilas pada Raina, yang memakan rotinya. dia merasa tenang, karena setidaknya saat ini Raina mau makan.

*

*

*

Tok tok tok

Morgan yang selesai sarapan pun, memutuskan untuk menemui arsenio di ruangannya. ada sesuatu, yang ingin dia bahas bersama arsenio.

"Kenapa kamu tidak menemani istri mu sarapan, arsen?" Morgan masuk, ke ruangan arsenio.

Arsenio melirik sekilas pada morgan, yang datang menghampirinya.

"Apa masalah, mu?" Tanpa melihat ke arah Morgan. arsenio pun balik bertanya.

Morgan menghela nafas. "Sekarang dia itu istri mu, arsen. Apalagi kamu sudah janji, pada almarhum fikri untuk menjaganya."

Arsenio menatap tajam, Morgan yang terkesan ikut campur dengan urusannya. dia pun, berdiri dan membelakanginya.

"Kamu tahu, aku paling benci dengan sebuah ikatan. Apalagi, jika aku harus terlibat dengan seseorang perempuan," ujar arsenio dingin.

"Di sini, bukan hanya kamu saja yang merasa terpaksa dengan pernikahan ini. Apa kamu tidak memikirkan, jika perempuan itu mungkin juga terpaksa melakukan semua ini." sahut Morgan mengingatkan.

Arsenio mengeraskan rahangnya. dia benar-benar tidak menyangka, jika harus menjalani kehidupan yang bertentangan dengan prinsipnya.

Dia pun membalikkan badannya dan menatap tajam, Morgan. "Itu resiko dia. Aku tidak akan mengingkari janji ku pada, almarhum fikri. Tapi aku juga belum bisa menerima, dia. Namun aku tetap akan bertanggung jawab, untuk melindungi dia sesuai keinginan fikri."

Morgan terdiam, tidak lagi membuka suaranya. sebab dia tahu, jika akan percuma berbicara dengan arsenio yang sangat keras kepala. dia pun segera pamit pada, arsenio.

Setelah kepergian Morgan, Arsenio menghela nafas kasar. dia pun mengambil sebuah foto kebersamaannya, dengan kedua orang tuanya.

Arsenio pun menatap foto itu, dengan sorot mata tajam. "Kalian yang membuat hidup ku, seperti ini! Bahkan aku tidak bisa merasakan, apa itu kasih sayang? Aku benci kalian!"

Arsenio pun melemparkan foto itu, ke sembarang arah. kini hatinya marah, saat mengingat bagaimana hancurnya hati arsenio pada waktu kecil dulu.

*

*

*

Setelah selesai sarapan, Raina pun memutuskan untuk pergi kembali ke kamarnya. namun langkahnya terhenti, saat melihat arsenio yang berjalan berpapasan dengan wajah datar dan dinginnya.

Arsenio yang menyadari kehadiran Raina pun, sama sekali tidak menegur maupun menyapanya.

Raina menghela nafas, melihat sikap arsenio kepadanya. sebenarnya dia ingin meminta maaf, atas sikapnya selama ini karena sudah asal menuduhnya.

Dia pun, cepat-cepat kembali ke kamarnya. dia pun berusaha mencari cara, supaya bisa menyampaikan permintaan maafnya pada arsenio.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam harinya...

Suasana di rumah arsenio, sangat sepi. Raina yang merasa bosan pun, memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Raina memperhatikan sekeliling rumah, yang sangat sepi.

"Selamat malam nona." sapa pelayanan, tiba-tiba saja muncul di hadapan Raina.

Raina seketika memegangi dadanya, karena terkejut. dia pun menatap tajam pelayan, yang tersenyum kepadanya.

"Maaf nona, jika saya mengagetkan anda." ucapnya, menundukkan kepalanya.

Raina pun menghela nafas. "Kali ini aku, maafkan. Tapi lain kali jangan seperti ini, ya?"

Pelayan itu pun, mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Baik nona, saya mengerti."

"Oh.. iya kita belum berkenalan. Siapa nama mu?" Tiba-tiba Raina, mengulurkan tangannya.

Pelayan pun tertegun, melihat Raina bersikap seperti itu. dia pun melihat ke sekeliling rumah, memastikan tidak ada yang melihatnya berjabatan tangan dengan istri tuannya.

"Nama ku dila, nona." jawabnya sopan.

"Jangan panggil aku nona. Panggil saja aku, Raina. Sepertinya, usia kita tidak terlalu jauh." ujar Raina, memberikan saran.

Dila pun menundukkan kepalanya. "Maaf nona, di sini usia tidak lah penting. Saya takut, tuan arsenio marah jika lancang memanggil anda dengan sebutan nama. Karena bagaimana pun juga, anda adalah istri dari tuan arsenio."

Raina mendesah pelan. bukan hal seperti ini, yang dia inginkan. tapi sepertinya, semua orang di sini terlihat menghormati arsenio. dia pun menjadi penasaran, siapa sebenarnya arsenio.

"Kalau boleh aku tahu, sebenarnya kemana semua orang di rumah ini?" tanya Raina hati-hati.

Dila pun tersenyum. "Tuan arsenio belum pulang dari kantornya, nona. Sedangkan yang lain, mereka sedang melakukan pekerjaan seperti biasanya."

Raina mengernyitkan dahi, saat mendengar jawaban terakhir dila.

"Memangnya, mereka bekerja apa malam-malam seperti ini?" tanya Raina heran.

Dila hanya pun tersenyum. "Untuk itu, nona bisa menanyakan pada tuan arsenio. Sebab jujur, saya juga kurang tahu tentang hal itu."

Raina sedikit kecewa, dengan jawaban Dila. dia memutuskan untuk duduk di ruang tamu, sembari menunggu arsenio pulang.

Hampir dua jam lebih menunggu, tetapi arsenio belum juga pulang. Raina yang menunggunya pun, tidak terasa tertidur di sofa.

"Nona, sebaiknya jangan tidur di sini. Tuan arsenio, bisa marah." ucap Dila, mendekati Raina.

"Aku tidak tidur, Dila. Aku akan tetap menunggunya, di sini." balas Raina, nyaris tidak jelas.

Dila hanya menghela nafas. dia pun membiarkan Raina tidur di sofa, sambil menunggu arsenio pulang.

Pukul dua belas malam, arsenio pun baru pulang ke rumah bersama morgan. saat melewati ruang tamu, tiba-tiba arsenio menghentikan langkahnya, menatap seseorang yang sedang tidur di sofa.

"Maaf tuan, tadi saya sudah meminta nona Raina untuk tidur di kamarnya. Tapi nona menolaknya, dengan alasan ingin menunggu tuan pulang." Dila menyambut kedatangan arsenio, yang menatapnya tajam.

"Biarkan saja. Nanti juga, dia akan pindah sendiri." Arsenio pergi dari sana begitu saja. dia sama sekali tidak peduli, dengan keadaan Raina yang tertidur di sofa.

Dila dan morgan saling tatap, melihat sikap arsenio yang begitu acuh. morgan pun langsung menyusul arsenio, yang sudah naik ke lantai atas.

"Arsen, apa kamu tidak kasihan pada Raina. Dia sengaja menunggu, mu. Setidaknya, kamu pindahkan dia ke kamarnya."

Arsenio menghentikan langkahnya. dia pun menatap tajam morgan, yang berani menyuruhnya.

"Kalau kamu khawatir kepadanya. Maka silahkan pindahkan dia, ke kamarnya." Arsenio dengan entengnya, berbicara seperti itu pada morgan.

Morgan pun menghela nafas kasar. "Baiklah, jangan salah kan aku, jika nanti kami tidur bersama satu ranjang!" celetuk morgan kesal.

Dia pun meninggalkan arsenio, yang seketika terdiam dengan tatapan sulit di artikan.

Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Aku rindu kakak
3 Bab 3 Mulai bekerja
4 Bab 4 Naik helikopter
5 Bab 5 Keinginan fikri
6 Bab 6 Kekejaman arsenio
7 Bab 7 Tertembaknya fikri
8 bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9 Bab 9 Kembalikan adik ku !
10 bab 10 Kesedihan Raina
11 Bab 11 Kesedihan Raina 2
12 Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13 Bab 13 Sikap dingin arsenio
14 Bab 14 Berusaha meminta maaf
15 Bab 15 Hasil pencarian Raina
16 Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17 Bab 17 Perjanjian pernikahan
18 Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19 Bab 19 Masa lalu Raina
20 Bab 20 Malam yang gagal
21 Bab 21 Bertemu dengan fero
22 Bab 22 Kekesalan arsenio
23 Bab 23 Pengakuan arsenio
24 Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25 Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26 Bab 26 Anak buah fero
27 Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28 Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29 Bab 29 Arsenio mulai berulah
30 Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31 Bab 31 Kemarahan Andreas
32 Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33 Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34 Bab 34 Drama di pagi hari
35 Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36 Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37 Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38 Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39 Bab 39 Tanda merah
40 Bab 40 Kembali ke indonesia
41 Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42 Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43 Bab 43 Selamatkan Raina
44 Bab 44 Perhatian Arsenio
45 Bab 45 Kemarahan Arsenio
46 Bab 46 Antara rindu dan candu
47 Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48 Bab 48 Kejutan di pesta
49 Bab 49 Rencana licik Joana
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Aku rindu kakak
3
Bab 3 Mulai bekerja
4
Bab 4 Naik helikopter
5
Bab 5 Keinginan fikri
6
Bab 6 Kekejaman arsenio
7
Bab 7 Tertembaknya fikri
8
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9
Bab 9 Kembalikan adik ku !
10
bab 10 Kesedihan Raina
11
Bab 11 Kesedihan Raina 2
12
Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13
Bab 13 Sikap dingin arsenio
14
Bab 14 Berusaha meminta maaf
15
Bab 15 Hasil pencarian Raina
16
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17
Bab 17 Perjanjian pernikahan
18
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19
Bab 19 Masa lalu Raina
20
Bab 20 Malam yang gagal
21
Bab 21 Bertemu dengan fero
22
Bab 22 Kekesalan arsenio
23
Bab 23 Pengakuan arsenio
24
Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25
Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26
Bab 26 Anak buah fero
27
Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29
Bab 29 Arsenio mulai berulah
30
Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31
Bab 31 Kemarahan Andreas
32
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33
Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34
Bab 34 Drama di pagi hari
35
Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36
Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37
Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38
Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39
Bab 39 Tanda merah
40
Bab 40 Kembali ke indonesia
41
Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42
Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43
Bab 43 Selamatkan Raina
44
Bab 44 Perhatian Arsenio
45
Bab 45 Kemarahan Arsenio
46
Bab 46 Antara rindu dan candu
47
Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48
Bab 48 Kejutan di pesta
49
Bab 49 Rencana licik Joana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!