Bab 11 Kesedihan Raina 2

"FIKRI...!" Raina terbangun dari tidurnya. dia melihat ke sekeliling kamarnya, yang terlihat sunyi. dia teringat kembali, jika sedang berada di rumah laki-laki yang sudah menjadi suaminya. "Fikri... kenapa kamu tinggalkan kakak.... " lirih Raina terisak.

Raina menyandarkan bahunya, di head board. dia terdiam, merasakan kerongkongannya sangat kering. namun Raina enggan untuk turun dan mengambil minum, yang tersedia diatas meja. baginya semuanya percuma saja, dia pun berpikir jika sebaiknya dia mati saja.

*

*

*

Malam berganti siang, suasana di rumah arsenio terasa sangat sepi. bahkan hanya terdengar suara burung, yang berkicau dan angin yang berhembus cukup kencang.

Raina yang masih tertidur pun, membuka matanya. dia pun mengejapkan mata, untuk menyesuaikan sinar yang masuk lewat tirai kamarnya.

Tok... Tok... Tok...

Terdengar suara ketukan pintu, dari luar. Raina pun bangun dan segera turun, dari ranjang kemudian membuka pintu kamarnya.

"Selamat pagi nona," sapa pelayan ramah. "Saya membawakan sarapan, untuk anda nona."

Raina memperhatikan nampan, yang ada di tangan pelayan itu. tak lama kemudian, dia mempersilahkan pelayan itu untuk menyimpannya di atas meja.

"Nona, apa kemarin anda tidak memakan makanannya?" Pelayan sangat terkejut, saat melihat nasi dan lauk kemarin masih terlihat utuh tak tersentuh. dia pun menatap Raina, yang berjalan menuju ke kamar mandi.

"Sudah aku bilang, jika aku tidak lapar! Kamu boleh sekalian, membawa semuanya keluar. Karena aku juga, tidak akan memakan makanan itu!" ucapnya dingin, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Pelayan menghela nafas kasar. "Tuan Arsenio, pasti akan marah lagi. Jika tahu, hal ini." gumamnya pelan.

Pelayan menyimpan nampan berisi makanan baru, sedangkan yang kemarin dia bawa untuk di buang. dia pun berharap, jika hari ini Raina mau memakan makanan yang sudah tersedia di atas meja.

Raina yang baru selesai membersihkan diri pun, keluar dari kamar mandi. sekilas dia melihat ke arah meja, yang sudah tersedia makanan yang di bawa oleh pelayan tadi. Raina terlihat tidak tertarik, dengan apa yang di hidangkan oleh pelayan tadi.

Raina memilih duduk di meja rias. dia menatap bayangannya, yang terlihat menyedihkan di depan cermin. "Apa aku bisa melewati semua ini? Jika saja ada alasan, untuk semua ini. Setidaknya, aku bisa menerima semua ini." gumamnya pelan.

Raina kembali meneteskan air mata, saat dirinya teringat pada adiknya, fikri. dia benar-benar sangat frustasi, dengan keadaan ini. apalagi saat ini, dirinya hanya menghabiskan waktu di dalam kamar sendirian saja. bahkan untuk sekedar teman curhat saja, Raina tidak memilikinya.

Dua hari sudah, Raina lalui tanpa ada perubahan. bahkan kondisinya saat ini, sangat mengkhawatirkan. beberapa hari, dia sama sekali tidak makan dan minum, hingga mengakibatkan tubuhnya terasa lemas dan wajahnya pun terlihat pucat.

Saat ini juga, Raina merasakan kepalanya yang sangat pusing. dia pun memutuskan, untuk merebahkan kembali tubuhnya. namun saat beranjak dari duduknya, tubuh Raina pun tumbang dan dia pun hilang kesadaran.

Kondisi mental yang lemah, membuatnya terpuruk saat ini. Raina pun berpikir, untuk menyakiti dirinya sendiri dengan tidak makan dan minum. berharap apa yang sudah terjadi, hanyalah sebuah mimpi.

Tiga jam kemudian...

Raina saat ini, sudah sadarkan diri. dia membuka matanya perlahan, menatap langit-langit kamar. dia pun mencoba mengingat, apa yang sudah terjadi pada dirinya hari ini. sampai suara seseorang, mengalihkan pandangannya.

"Nona, syukurlah anda sudah sadar." Pelayan itu tersenyum senang, saat melihat Raina yang sudah sadarkan diri.

Raina tidak menyahut, karena masih merasa linglung dengan keadaannya saat ini.

"Sebentar lagi, tuan arsenio akan pulang. Saya memberitahu tuan, tentang keadaan anda saat ini nona," ujar pelayan, memberitahu Raina.

Raina memalingkan wajahnya. "Aku ingin sendiri," ujarnya dingin.

Pelayan pun seketika terdiam, mendengar ucapan Raina. namun dia tidak dapat meninggalkan Raina, dengan kondisi seperti ini. "Apa nona membutuhkan sesuatu? Jika ada hal, yang sangat mengganggu hati nona. Saya siap, mendengarkan cerita nona."

Raina terdiam, mendengar perkataan pelayan itu. dia pun meremas ujung selimut, dengan sangat erat. "Apa kamu tahu, tentang adik ku fikri?" tanyanya, dengan suara lemah.

"Fikri. Dia anak yang baik dan juga sopan." Pelayan tersenyum, karena dia mengenal sosok fikri yang belum ini selalu ikut bersama, tuannya arsenio.

Mendengar jawaban sang pelayan, membuat Raina segera menatap pelayan itu. dia pun memastikan, jika pelayan itu tidak sedang berbohong. "Apa kamu mengenal adik, ku?" tanyanya sekali lagi.

Pelayan tersenyum dan mengangguk pelan. "Benar nona. Beberapa kali, saya sempat melihat fikri di rumah ini. dia orangnya, baik dan juga sopan. Itulah sebabnya, tuan arsenio sangat menyayanginya," jawabnya, dengan tegas.

Raina hanya terdiam, mendengar jawaban pelayan itu yang membuat hatinya tidak percaya. "Apa, kamu tidak sedang berbohong?"

"Tidak nona. Apa yang saya katakan benar. Bahkan jika perlu, saya akan bawa semua orang yang berada di sini untuk menceritakan, tentang adiknya nona." Pelayan tersenyum tipis, berharap Raina mempercayainya.

"Jika tuan mu menyayangi adik, ku. Kenapa dia membunuh adik, ku?" Dengan suara yang bergetar, Raina pun menanyakan hal yang sangat mengganggu pikirannya saat ini.

Pelayan itu pun terdiam. sebenarnya dia juga tidak tahu, dengan apa yang sudah terjadi pada fikri. namun yang pelayan tahu, jika fikri tertembak oleh musuh dari tuannya arsenio.

Sebelum menjawab pertanyaan Raina. pelayan itu melihat ke arah pintu, yang tiba-tiba saja terbuka. arsenio berdiri di ambang pintu, melihat dengan tajam ke arahan pelayan itu.

"Tuan... anda sudah pulang." Pelayan itu, menghampiri arsenio dan membungkuk hormat.

"Keluar." titah arsenio dingin.

Pelayan mengangguk kembali. "Baik tuan. Permisi." Dia pun pergi, tanpa melihat ke arah Raina.

Setelah kepergian pelayan. arsenio pun menghampiri Raina, yang masih saja memalingkan wajahnya. dia pun berdiri, tepat di samping ranjang. " Bagaimana keadaan mu?" tanyanya dingin.

Raina tidak menjawab, tenggorokan terasa tercekat saat ingin membalas ucapan arsenio.

"Jika kamu diam seperti ini. Maka kamu, tidak akan pernah mengetahui tentang adik mu, yang sebenarnya." Arsenio menatap tajam, Raina yang sama sekali tidak menatapnya.

"Biarkan aku sendiri. Aku tidak akan mempercayai semua perkataan, mu! Bagi ku, kamu itu tetap pembunuh, adik ku!" Dengan suara yang bergetar, Raina mengungkapkan isi hatinya.

Arsenio tersenyum sinis. "Lalu bagaimana, dengan dirimu sendiri? Kamu menelantarkan adik mu, yang mengidap penyakit serius. Jika kamu tahu yang sebenarnya, mungkin kamu akan menarik kembali ucapan mu, itu!"

Setelah mengatakan hal itu, arsenio pun pergi dari kamar itu. baginya berada dekat dengan Raina, membuatnya selalu emosi.

Setelah kepergian arsenio dari kamarnya, Raina pun kembali menangis lagi. apa yang di katakan oleh arsenio, memang benar. jika dirinya, adalah sosok kakak yang buruk bagi fikri.

"Maafkan kakak, fikri. Kakak sudah membiarkan mu, melewati semua ini sendiri. Maafkan kakak.... " Lirih raina.

***

(Di ruangan arsenio)

"Ini milik fikri. Aku menyimpannya saat, kita berada di rumah sakit." Morgan memberikan ponsel milik fikri, pada arsenio.

Arsenio menatap ponsel itu, dan mengambilnya. dia pun terdiam, dan terlihat sedang memikirkan sesuatu. tak lama kemudian, dia pun bangkit berdiri dan keluar dari ruangannya.

"Kamu mau kemana, Arsen?" tanya Morgan, menatap heran arsenio.

Arsenio menghentikan langkahnya. " Aku akan memberikan ponsel milik fikri pada, perempuan itu. Siapa tahu, di ponsel ini ada hal yang sengaja fikri tinggalkan untuknya," jawabnya tegas.

Morgan yang paham pun, sangat setuju dengan sikap arsenio. dia pun mengikuti arsenio, yang pergi kembali ke kamar Raina.

Terpopuler

Comments

PengGeng EN SifHa

PengGeng EN SifHa

lanjuuut thoooorrrr✊️✊️✊️

2025-02-24

0

Uswatun Kasanah

Uswatun Kasanah

lanjut Thor

2025-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Aku rindu kakak
3 Bab 3 Mulai bekerja
4 Bab 4 Naik helikopter
5 Bab 5 Keinginan fikri
6 Bab 6 Kekejaman arsenio
7 Bab 7 Tertembaknya fikri
8 bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9 Bab 9 Kembalikan adik ku !
10 bab 10 Kesedihan Raina
11 Bab 11 Kesedihan Raina 2
12 Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13 Bab 13 Sikap dingin arsenio
14 Bab 14 Berusaha meminta maaf
15 Bab 15 Hasil pencarian Raina
16 Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17 Bab 17 Perjanjian pernikahan
18 Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19 Bab 19 Masa lalu Raina
20 Bab 20 Malam yang gagal
21 Bab 21 Bertemu dengan fero
22 Bab 22 Kekesalan arsenio
23 Bab 23 Pengakuan arsenio
24 Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25 Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26 Bab 26 Anak buah fero
27 Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28 Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29 Bab 29 Arsenio mulai berulah
30 Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31 Bab 31 Kemarahan Andreas
32 Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33 Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34 Bab 34 Drama di pagi hari
35 Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36 Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37 Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38 Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39 Bab 39 Tanda merah
40 Bab 40 Kembali ke indonesia
41 Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42 Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43 Bab 43 Selamatkan Raina
44 Bab 44 Perhatian Arsenio
45 Bab 45 Kemarahan Arsenio
46 Bab 46 Antara rindu dan candu
47 Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48 Bab 48 Kejutan di pesta
49 Bab 49 Rencana licik Joana
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Aku rindu kakak
3
Bab 3 Mulai bekerja
4
Bab 4 Naik helikopter
5
Bab 5 Keinginan fikri
6
Bab 6 Kekejaman arsenio
7
Bab 7 Tertembaknya fikri
8
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9
Bab 9 Kembalikan adik ku !
10
bab 10 Kesedihan Raina
11
Bab 11 Kesedihan Raina 2
12
Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13
Bab 13 Sikap dingin arsenio
14
Bab 14 Berusaha meminta maaf
15
Bab 15 Hasil pencarian Raina
16
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17
Bab 17 Perjanjian pernikahan
18
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19
Bab 19 Masa lalu Raina
20
Bab 20 Malam yang gagal
21
Bab 21 Bertemu dengan fero
22
Bab 22 Kekesalan arsenio
23
Bab 23 Pengakuan arsenio
24
Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25
Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26
Bab 26 Anak buah fero
27
Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29
Bab 29 Arsenio mulai berulah
30
Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31
Bab 31 Kemarahan Andreas
32
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33
Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34
Bab 34 Drama di pagi hari
35
Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36
Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37
Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38
Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39
Bab 39 Tanda merah
40
Bab 40 Kembali ke indonesia
41
Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42
Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43
Bab 43 Selamatkan Raina
44
Bab 44 Perhatian Arsenio
45
Bab 45 Kemarahan Arsenio
46
Bab 46 Antara rindu dan candu
47
Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48
Bab 48 Kejutan di pesta
49
Bab 49 Rencana licik Joana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!