17. Menjaga Jarak

Semakin hari wajah Lala semakin berbinar. Beda dari biasanya. Dan Devan pun sering melihat Lala masuk ke ruangan Brian. Mengawasi dari kejauhan itulah yang Devan lakukan.

"Lu gak capek ngikutin Lala terus?"

Devan tak menjawab. Kini, dia dan Akbar tengah berada di kantin. Sudah seminggu ini Lala mengunjungi kantin. Padahal, setelah hubungan mereka merenggang, perempuan itu seakan sangat menghindari kantin.

"Van, kata gua mah lu samperin Lala. Minta maaf sama dia. Perbaiki hubungan lu lagi. Semenjak jauh dari Lala lu benar-benar gak keurus," imbuh Akbar dengan serius.

"Apa dia masih bersedia gua deketin?" tanya Devan.

"Percaya diri aja dulu. Daripada lu kesiksa begini."

Bukan hanya Akbar yang mengatakan jika dirinya seperti orang tak terurus, sang bunda pun mengatakan hal yang sama. Bahkan, selalu menanyakan Lala.

Devan menimbang-nimbang ide dari Akbar. Ada benarnya juga ucapan Akbar tadi siang. Ponsel mulai Devan raih. Dia mencoba untuk mengirim pesan kepada Lala. Sayangnya, pesan itu tak dibalas sama sekali.

"Apa sebenci itu lu sama gua?"

.

"Saya nyerah."

Lala sudah merebahkan kepalanya di atas meja. Brian yang ada di hadapannya malah tersenyum dan mengusap lembut ujung kepala Lala.

"Besok lagi kerjainnya ya, Pak. Otak saya udah keriting gantung ini."

"Oke. Tapi, besok tugas kamu dua kali lipat."

"Atuhlah, Pak! Coba kasihani saya."

"No. Kamu mahasiswa saya. Jadi, kamu harus kerjain tugas yang saya beri."

Wajah lelah dan tak bergairah sudah Lala tunjukkan. Dia bangkit dari duduknya. Brian mulai mengerutkan dahi.

"Mau ke mana?"

"Toilet. Sekalian cuci muka biar melek."

Mereka berdua sedang berada di King Kafe. Di mana Lala yang tengah mengerjakan tugas tak sengaja bertemu dengan Brian. Alhasil, Brian menghampiri Lala dan sedikit membantu tugas yang tengah Lala kerjakan.

Getaran ponsel milik Lala membuat atensi Brian teralihkan. Dia segera meraih ponsel apel digigit tupai milik Lala. Senyum begitu tipis terukir di wajah Brian. Digesernya anak panah ke arah gagang telepon hijau.

"La, lagi ap--"

"Jangan ganggu Lala lagi."

Panggilan pun segera Brian akhiri. Wajahnya sudah berubah. Dan pada saat itu juga Brian memblokir nomor Devan di ponsel Lala.

Lala yang baru saja kembali dari toilet menatap bingung ke arah Brian. Di mana mimik wajah Brian sudah sangat berubah. Ingin dia bertanya, tapi diurungkan karena wajah Brian begitu seram.

Walaupun berangkat sendiri, tapi pulang diantar oleh Brian sampai ke depan rumah. Lala menoleh ke arah Brian ketika mobil sudah berhenti.

"Makasih, Pak."

"Langsung tidur. Besok pagi baru salin jawabannya."

"Siap, Pak."

Tak ada senyum di wajah Brian. Tidak seperti biasanya. Lala sebenarnya ingin bertanya, tapi dia takut.

"Are you okay?" tanya Lala sedikit ragu.

"Jika, saya katakan sedang tidak baik-baik saja. Apa boleh saya meminta sesuatu dari kamu?" Dengan cepat Lala pun mengangguk.

"Tolong peluk saya."

Tatapan yang berbeda dari Brian mampu Lala lihat. Tanpa banyak bertanya Lala pun memeluk tubuh sang dosen di mana mereka masih berada di dalam mobil. Cukup lama Brian tak melepaskan pelukan Lala. Dan Lala juga begitu. Pelukan Brian begitu nyaman dan hangat.

"Makasih."

Lala hanya mengangguk dan mulai membuka pintu mobil. Lambaian tangan menjadi tanda perpisahan di antara keduanya. Lala masuk ke dalam rumah dengan wajah yang sumringah. Sedangkan ada seseorang yang sedari tadi melihat adegan yang dilakuan Lala juga Brian di dalam mobil. Hatinya seketika perih.

"Gua juga kangen lu peluk, La."

Sedangkan Brian sudah menyunggingkan senyum kemenangan. Ketika mobil baru saja masuk ke area rumah Lala, dia melihat ada Devan yang sedikit bersembunyi. Maka dari itu Brian meminta Lala memeluknya.

.

Devan terus mencoba mengirimkan pesan kepada Lala. Namun, semua pesannya hanya ceklis satu. Dia meyakini jika nomornya diblokir.

Setiap kali Devan ingin menghampiri Lala, selalu Brian berada tak jauh dari Lala. Mereka memang tak saling bicara, tapi Devan mengetahui isi hati mereka.

"Kenapa sesulit ini sih buat deket sama lu lagi?"

Lala pun seperti sangat menjaga jarak. Setiap kali Devan menyapa, dia hanya tersenyum. Lalu, berlalu begitu saja.

"Ternyata susah ya buat deket lagi sama Lala," keluhnya pada Akbar.

"Sekecil apapun luka yang pernah lelaki torehkan akan diingat selamanya oleh yang namanya wanita."

Kembali perkataan Akbar menampar keras hati Devan hingga mampu membuat dia terdiam.

Devan yang memang sering nongkrong di kantin tak sengaja melihat Lala yang tengah duduk sendirian. Sepertinya dia tengah mengerjakan tugas. Tak menyiakan kesempatan, lelaki itu segera menghampiri Lala.

"Boleh duduk di sini gak?"

Atensi Lala berubah karena dia sangat mengenali suara itu. Devan yang terlihat lebih tirus sudah tersenyum kepadanya.

"Duduk aja."

Dua kata yang begitu dingin dan datar. Lala pun kembali memfokuskan pandangannya pada tugas.

"Bunda nanyain lu terus."

Devan sengaja memancing agar Lala mengalihkan pandangannya pada dirinya. Sayangnya, Lala masih fokus pada tugas-tugasnya.

"Mama juga nanyain lu."

Seketika senyum Devan merekah tatkala mendengar mama Aleeya menanyakannya. Dia bisa mengambil kesempatan ini.

"Berarti masih boleh dong gua main ke rumah lu."

"Dari dulu emang gak ada yang larang kan."

Sikap dingin Lala membuatnya teringat akan pertemuan pertama mereka di SMA.

Devan sudah kehabisan kata. Dia hanya bisa memperhatikan Lala yang tengah dikejar deadline tugas. Hingga sebuah kata maaf terucap dari bibirnya dan mampu membuat Lala menegakkan kepala. Menatap ke arah Devan yang juga tengah menatapnya.

"Kenapa lu minta maaf? Itu bukan salah lu."

"Tetep aja, La. Gua yang udah buat hubungan persahabatan kita renggang. Andaikan--"

"Hidup terus berjalan, bukan terus berandai-andai," potongnya penuh dengan penekanan.

"Gua udah gak mau mendengar sesuatu yang sudah gua letakkan di dalam kotak dan sudah gua kunci dengan rapat."

Devan kembali terdiam. Namun, tatapan penuh permohonan maaf terpancar.

"Kalau lu udah menutup semuanya, apa bisa kita kembali berteman lagi kayak dulu?"

Devan sudah mengulurkan jari kelingkingnya. Dan Lala sudah menatap ke arah jari kelingking kanan lelaki yang ada di depannya.

"Tidak ada pertemanan yang tulus antara lelaki dan perempuan."

Raut kecewa pun nampak. Dia pikir akan semudah itu kembali berteman dengan Lala. Ternyata tidak. Rasa sakit yang dia torehkan sepertinya sangat dalam. Sehingga membuat Lala benar-benar menjaga jarak dengannya.

Lambaian tangan seseorang yang baru masuk area kantin membuat Lala mengerutkan dahi. Devan mengikuti arah pandang Lala di mana Alfa sudah menghampiri mereka.

"Kok lu udah jemput? Katanya mau nongkrong dulu"

"Gak jadi," balas Alfa.

"Yuk, balik!" ajaknya.

Lala membereskan barang bawaannya dan pergi meninggalkan kantin. Tinggal Devan yang hanya bisa memandang punggung perempuan yang sudah dia tolak cintanya.

"Apa gak bisa kita kembali seperti dulu lagi?"

Tibanya di parkiran motor, Alfa mengangkat jempol atas-atas. Seulas senyum penuh kemenangan terangkat dari seseorang yang tengah berdiri di balik jendela ruangan.

...*** BERSAMBUNG ***...

Jangan kendor atuh komennya, ini aku up lagi ..

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

kan bener.... makin yakin kalau King cafe punya pak Brian si dosen killer . dan suka aja yang diam-diam tetap bergerak meski tak harus turun tangan langsung .
di tambah udah deket sama calon adik ipar lagi , dari orang tua juga kayaknya udah ada lampu hijau , masih kurang apa lagi coba . langsung gas aja bang Bri....
bucin dan posesifnya dah gak ada obatnya . pokoke gak ada tempat lagi buat si Devan .
yaaahhh.... meski kasihan juga sih , dia harus plonga plongo sendiri gak dapat dua-duanya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-02-04

4

Salim S

Salim S

cie...pakdos...posesif nya..diam tapi tetep bergerak ya pakdos takut banget ayang di embat s devan....mana udah dapat dukungan dari calon adik ipar lagi..nyengir aja ya pakdos ayang udah aman sama sang adek ipar...maaf devan tapi bener loh kata akbar wanita kalau sudah di sakiti sekecil apapun pasti akan selalu di ingat dan di ungkit /Tongue//Tongue//Tongue/selamat move on devan...cari lah wanita lain jangan ganggu lagi ayang nya pakdos killer...

2025-02-04

0

Nurminah

Nurminah

laki-laki nggak peka dan seenaknya sendiri jauhi masak iya nggak bisa bedain rasa hadeh bukan karena lebih mapan tapi dicintai lebih baik dari pada mengejar akhirnya mengorbankan harga diri

2025-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pertemanan Enam Tahun
2 2. Antusias
3 3. Terlalu Percaya Diri
4 4. Cuti Kuliah
5 5. Jalan Berdua
6 6. Menghindar Perlahan
7 7. Kebetulan (Dosen Killer)
8 8. Mengungkapkan Perasaan
9 9. Bahan Gunjingan dan Perbandingan
10 10. Bahagia dan Khawatir
11 11. Sedikit Tersiksa
12 12. Datang Di Waktu Tak Tepat
13 13. Layaknya Cenayang
14 14. Tak Berkata, Tapi Peka
15 15. Hukuman dan Ungkapan
16 16. Sudah Ditolak, Dinasihati Pula
17 17. Menjaga Jarak
18 18. Tidak Nyaman
19 19. Let Me Love You
20 20. Plot Twist
21 21. Di Luar Dugaan
22 22. Hanya Sebagai Pemanis
23 23.Tak Membersamai
24 24. Jujur Yang Melegakan
25 25. Scared
26 26. Khawatir Juga Cemburu
27 27. Jawaban Atas Keraguan serta Ketidakyakinan Hati
28 28. Orang Lama
29 29. Second Choice
30 30. Memang Kalah, Dan Berbahagialah!
31 31. One Month
32 32. Dosen Wanita Pengganti
33 33. Long Distance Relationship
34 34. Trip Singapura
35 35. Orang Lama
36 36. Bukan Membela Teman
37 37. Tak Sadarkan Diri
38 38. Selalu Dirayakan
39 39. Sama-sama Beruntung
40 40. Fakta Yang Dibuka
41 41. Apalagi Ini?
42 42. Lelaki Berani
43 43. Lelaki Sejati
44 44. Sangat Beruntung
45 45. Tuhan Pemilik Kuasa
46 46. Restu Yang Sama Sulitnya
47 47. Hari H
48 48. Meninggalkan Resepsi
49 49. Effort Tak Main-main
50 50. Bibit Premium
51 51. Pengantin Baru
52 52. Sensitifitas Yang Meninggi
53 53. Kebahagiaan Yang Tak Bisa Diungkapkan
54 54. Ibu Hamil
55 55. Berulah
56 56. Tak Ngidam Aneh Lagi
57 Ada Yang Baru!!!
58 57. Bagian Dari Keluarga
59 58. Bahagia
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Pertemanan Enam Tahun
2
2. Antusias
3
3. Terlalu Percaya Diri
4
4. Cuti Kuliah
5
5. Jalan Berdua
6
6. Menghindar Perlahan
7
7. Kebetulan (Dosen Killer)
8
8. Mengungkapkan Perasaan
9
9. Bahan Gunjingan dan Perbandingan
10
10. Bahagia dan Khawatir
11
11. Sedikit Tersiksa
12
12. Datang Di Waktu Tak Tepat
13
13. Layaknya Cenayang
14
14. Tak Berkata, Tapi Peka
15
15. Hukuman dan Ungkapan
16
16. Sudah Ditolak, Dinasihati Pula
17
17. Menjaga Jarak
18
18. Tidak Nyaman
19
19. Let Me Love You
20
20. Plot Twist
21
21. Di Luar Dugaan
22
22. Hanya Sebagai Pemanis
23
23.Tak Membersamai
24
24. Jujur Yang Melegakan
25
25. Scared
26
26. Khawatir Juga Cemburu
27
27. Jawaban Atas Keraguan serta Ketidakyakinan Hati
28
28. Orang Lama
29
29. Second Choice
30
30. Memang Kalah, Dan Berbahagialah!
31
31. One Month
32
32. Dosen Wanita Pengganti
33
33. Long Distance Relationship
34
34. Trip Singapura
35
35. Orang Lama
36
36. Bukan Membela Teman
37
37. Tak Sadarkan Diri
38
38. Selalu Dirayakan
39
39. Sama-sama Beruntung
40
40. Fakta Yang Dibuka
41
41. Apalagi Ini?
42
42. Lelaki Berani
43
43. Lelaki Sejati
44
44. Sangat Beruntung
45
45. Tuhan Pemilik Kuasa
46
46. Restu Yang Sama Sulitnya
47
47. Hari H
48
48. Meninggalkan Resepsi
49
49. Effort Tak Main-main
50
50. Bibit Premium
51
51. Pengantin Baru
52
52. Sensitifitas Yang Meninggi
53
53. Kebahagiaan Yang Tak Bisa Diungkapkan
54
54. Ibu Hamil
55
55. Berulah
56
56. Tak Ngidam Aneh Lagi
57
Ada Yang Baru!!!
58
57. Bagian Dari Keluarga
59
58. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!